scholarly journals OPTIMALISASI PENERAPAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU PADA ANAK DI KAMPUNG CIPAYUNG KABUPATEN BOGOR

PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (6) ◽  
pp. 580
Author(s):  
Realisa Murtiara Peutri ◽  
Fenti Dewi Pertiwi

<p>New Normal adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan semua institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian atau pola kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. “New Normal” dinarasikan menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru.</p>Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona, sebuah makhluk sangat kecil berukuran sekitar 125 nanometer namun bisa menyebabkan kematian. Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).

Batoboh ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Reza Kusuma Setyansah

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia, biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Salah satu cara gampang melakukan pencegahan terhadap penyebaran virus ini adalah dengan menggunakan Handsanitizer alami. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Handsanitizer alami harus mengandung setidaknya 60% alkohol untuk bekerja secara efektif. Selain handsanitizer, dengan melalukan metode penyemprotan disenfektan menggunakan cairan disenfektan. Disenfektan merupakan bahan kimia yang berguna untuk mencegah pertumbuhan bakteri ataupun jasad renik pada permukaan benda mati. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat mengadakan penyaluran handsanitizer dan sabun cuci tangan alami serta penyemprotan disenfektan di desa Ngale sebagai upaya pencegahan Covid-19. Metode dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu wawancara dan diskusi bersama kepala desa Ngale. Kegiatan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan, salah satunya menjaga kebersihan tangan serta dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di desa Ngale Kec Pilangkenceng Kab Madiun.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 21-25
Author(s):  
Erika Untari Dewi

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. (Kemenkes, 2020). Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang penting adalah dengan cara memutus rantai penularan, yaitu dengan menghentikan agen masuk ke pejamu dan pencegahan yang mengarah pada upaya penanggulangan faktor risiko penyakit, seperti perilaku yang merupakan akumulasi dari pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan seseorang untuk terbebas dari penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pencegahan penularan Covid-19. Desain yang digunakan pada penelitian ini deskriptif korelasi. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan dependen. Populasi dari Penelitian ini adalah masyarakat binaan Ners Stikes William Booth. Sampel yang digunakan 70 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data dengan kuisioner. Data diperoleh dari hasil kuisoner, data yang terkumpul ditabulasi dengan tabel dan dikonfirmasikan dalam bentuk tabel. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil dari empat faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan penularan Covid-19 yakni factor usia, tingkat Pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan, ternyata faktor tingkat pengetahuan yang mempengaruhi perilaku pencegahan penularan Covid-19. Berdasarakan hasil penelitian ini sehingga untuk meningkatkan perilaku pencegahan penularan Covid-19 diperlukan Pendidikan kesehatan kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 55-60
Author(s):  
Erika Untari Dewi

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. (Kemenkes, 2020). Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang penting adalah dengan cara memutus rantai penularan, yaitu dengan menghentikan agen masuk ke pejamu dan pencegahan yang mengarah pada upaya penanggulangan faktor risiko penyakit, seperti perilaku yang merupakan akumulasi dari pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan seseorang untuk terbebas dari penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pencegahan penularan Covid-19. Desain yang digunakan pada penelitian ini deskriptif korelasi. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan dependen. Populasi dari Penelitian ini adalah masyarakat binaan Ners Stikes William Booth. Sampel yang digunakan 70 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data dengan kuisioner. Data diperoleh dari hasil kuisoner, data yang terkumpul ditabulasi dengan tabel dan dikonfirmasikan dalam bentuk tabel. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil dari empat faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan penularan Covid-19 yakni factor usia, tingkat Pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan, ternyata faktor tingkat pengetahuan yang mempengaruhi perilaku pencegahan penularan Covid-19. Berdasarakan hasil penelitian ini sehingga untuk meningkatkan perilaku pencegahan penularan Covid-19 diperlukan Pendidikan kesehatan kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan.


2021 ◽  
Author(s):  
Isnaeni NurBestari

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).


2021 ◽  
Author(s):  
Tsaqila nadhifa Harahap

Covid merupakan salah satu masalah kesehatan yang cakupannya mendunia. Penyebaran pandemic ini cukup cepat dan luas. Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Oleh karena itu keterlibatan manajemen keperawatan sangat diperlukan agar pelayanan keperawatan tetap bisa berlangsung dengan tetap menjaga perawat terhindar dari penularan Covid-19. Promosi kesehatan sebagai upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perawat COVID-19 ini sangatlah penting, mengingat pekerjaannya yang intens kontak dengan pasien COVID-19 dan berpotensi tinggi untuk tertular. Salah satu tujuan promosi kesehatan di Rumah Sakit yakni meningkatkan kemampuan masyarakat sasaran dalam mengenali, mencegah dan mengembangkan upaya kesehatan ke masyarakat sasaran, dan dalam hal ini masyarakat sasaran yang dimaksud adalah petugas kesehatan COVID-19 di Rumah Sakit.


2021 ◽  
Author(s):  
Sri Wulan Fajriani

Guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus. Tugas guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada peserta didik. Mustafa, Hermandra, dan Zulhafizh (2019) mengemukakan bahwa peserta didik bisa menjadi lebih terampil dan berwawasan ketika mereka mau mengendalikan diri mereka untuk terus belajar. Mereka mau memahami berbagai fenomena dengan cara-cara yang kreatif dan kritis agar memahami informasi secara maksimal. Mereka bisa mengkombinasikan dan mengelaborasikan pengetahuan maupun keterampilan, atau memberdayakan teknologi informasi (Zulhafizh, 2020; Paige, 2009). Mustafa, Hermandra, dan Zulhafizh (2019) ketika seorang guru menginginkan peserta didik produktif dengan cara-cara kreatif dan kritis maka perlu dipikirkan tiga komponen penting, yaitu: peserta didik, budaya, kondisi sosialSebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat 2 (2003: 27) yaitu: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Guru yang profesional harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan program pembelajaran. Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen (2006:7) “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. jelas bahwa seorang guru dituntut memiliki kompetensi atau kemampuan dalam ilmu yang dimilikinya, kemampuan penguasaan mata pelajaran, kemampuan berinteraksi sosial baik dengan sesama peserta didik maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Dan hal ini sejalan dengan pandangan Makmun (Usman, 2007: 262) bahwa: Setiap kompetensi pada dasarnya mempunyai 6 unsur yaitu: (1) performance: penampilan sesuai bidang profesinya; (2) subject component; penguasaan bahan/substansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai bidang profesinya; (3) professional; substansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai bidang profesinya; (4) process: kemampuan intelektual seperti berpikir logis, pemecahan masalah, kreatif, membuat keputusan; (5) adjustment: penyesuaian diri; (6) attitude: sikap, nilai kepribadian. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Karena seorang guru tidak hanya terampil dalam mengajar tentu juga harus memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat.Sejak diumumkan pemerintah mengenai kasus pertama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada bulan Maret 2020 yang lalu, Indonesia kemudian dihadapkan pada masa pandemi. Hampir seluruh sektor kehidupan terdampak, tidak terkecuali di sektor pendidikan. Covid-19 ini menular begitu cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjadikan wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020.Menurut Kementerian Kesehatan (2020:67) Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.


Author(s):  
Linda J. Saif

Several coronaviruses (CoV) are widespread in humans and cause only mild upper respiratory infections and colds; however, pandemic outbreaks of more severe coronavirus infections in humans have become more prevalent. The severe acute respiratory syndrome (SARS) coronavirus (betaCoV Lineage B) caused the first pandemic of the 21st century in 2002–2003, with its epicentre in China. The Middle East respiratory syndrome (MERS) coronavirus (betaCoV Lineage C) emerged almost a decade later and infections continue in the Middle East. Now, only 7 years after MERS, the COVID-19 SARS-CoV-2 (betaCoV Lineage B) has emerged, again in China, as an even more devastating pandemic. Its occurrence was not unexpected, because like SARS, for which the host origin was bats, scientists had previously identified SARS-like CoV in these animals in China. Based on sequence analysis of the SARS-CoV-2 genome, it is more closely related to SARS (80%) and to one bat RaTG13 SARS-like CoV (96%) than to MERS CoV (54%).


2020 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
Author(s):  
Seyed Ahmad Tabatabaii ◽  
Pegah Soltani ◽  
Ghamartaj Khanbabaee ◽  
Deepak Sharma ◽  
Rohollah Valizadeh ◽  
...  

Context: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic has caused irreparable damage to society. The pediatric population may be asymptomatic but has positive viral nucleic acid test results and plays an important role in spreading the infection in populations. However, there is a substantial information gap on the epidemiology, pathology, and clinical presentations of COVID-19 in pediatric patients. Evidence Acquisition: English research articles published before April 18, 2020, were reviewed to understand the clinical characteristics of SARS coronavirus 2, Severe Acute Respiratory Syndrome, and Middle East Respiratory Syndrome in children. The WHO (https://www.who. int/) and CDC (Centers for Disease Control and Prevention, https://www.cdc.gov/) websites were also reviewed to find eligible studies, besides articles extracted from PubMed, Scopus, and Google Scholar. Results: In comparison with SARS and MERS, COVID-19 seems to have wider clinical symptoms and routes of transmission. Multisystem inflammatory syndrome is a unique clinical feature of this novel virus. The low prevalence of COVID-19 in children may be due to lower contacts or incomplete identification rather than resistance to the virus. Conclusions: As this virus is novel, we believe that lessons learned from SARS and MERS outbreaks are very valuable in handling the current pandemic. The aim of this paper was to provide the updated summary of clinical manifestation, diagnostic, molecular, and genetic aspects of the novel coronavirus in comparison with SARS and MERS coronaviruses in children.


2020 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 156-157
Author(s):  
Mohammad Mostafa Ansari Ramandi ◽  
Mohammadreza Baay ◽  
Nasim Naderi

The disaster due to the novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) around the world has made investigators enthusiastic about working on different aspects of COVID-19. However, although the pandemic of COVID-19 has not yet ended, it seems that COVID-19 compared to the other coronavirus infections (the Middle East Respiratory Syndrome [MERS] and Severe Acute Respiratory Syndrome [SARS]) is more likely to target the heart. Comparing the previous presentations of the coronavirus family and the recent cardiovascular manifestations of COVID-19 can also help in predicting possible future challenges and taking measures to tackle these issues.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-4
Author(s):  
Richard Avoi ◽  
Syed Sharizman Syed Abdul Rahim ◽  
Mohammad Saffree Jeffree ◽  
Visweswara Rao Pasupuleti

  Since the Coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic unfolded in China (Huang et al., 2020) back in December 2019, thus far, more than five million people were infected with the virus and 333,401 death were recorded worldwide (WHO, 2020b). The exponential increase in number shows that COVID-19 spreads faster compared to Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) or Middle East Respiratory Syndrome (MERS). A study (Zou et al., 2020) has shown that high viral loads of Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) are detected in symptomatic patients soon after the onset of symptoms, wherein the load content is higher in their nose than in their throat. Furthermore, the same study has revealed similar viral loads between symptomatic and asymptomatic patients. Therefore, these findings may suggest the possibility of COVID-19 transmission earlier before the onset of symptoms itself. In the early stages of the pandemic, the control measures carried out have focused on screening of symptomatic person; at the time, the whole world thought that the spread of SARS-Cov-2 would only occur through symptomatic person-to-person transmission. In comparison, transmission in SARS would happen after the onset of illness, whereby the viral loads in the respiratory tract peaked around ten days after the development of symptoms by patients (Peiris et al., 2003). However, case detection for SARS (i.e. screening of symptomatic persons) will be grossly inadequate for the current COVID-19 pandemic, thus requiring different strategies to detect those infected with SARS-CoV-2 before they develop the symptoms.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document