scholarly journals Keanekaragaman Lamun di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado

Jurnal MIPA ◽  
2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Klion Ngongira ◽  
Marnix L. D. Langoy ◽  
Deidy Yulius Katili ◽  
Pience V. Maabuat

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Tongkaina dengan menggunakan metode observasi lapangan pada purposive sampling dengan garis transek kuadrat. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Holodule pinifolia. Jumlah individu yang ditemukan adalah 2993 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang bila dibandingkan dengan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Sea grasses are flowering plants that can grow well in shallow marine environments. This research was conducted in Tongkaina Beach using field observation, with purposive sampling using line transect squares. Data analysis was performed using the formula of Krebs and Fachrul. Identification of sea grass and determination of diversity index is done using Shannon Wiener. Results obtained in this research showed that there are seven types of sea grasses, namely Enhalus acaroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Holodule pinifolia. Number of individual found was 2993. Value of diversity index at Tongkaina Beach showed that this area has moderate sea grass diversity compared to other 13 locations in Indonesia.

Jurnal MIPA ◽  
2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Zakiah Susanti Kamarrudin ◽  
Sendy B. Rondonuwu ◽  
Pience Veralyn Maabuat

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Desa Lihunu dengan menggunakan metode purposive random sampling yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 saat surut terendah. Analisis data meliputi perhitungan dengan menggunakan rumus menurut Shannon & Wienner dan buku identifikasi lamun. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu, Enhalus acoroides (L.f.) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea rotundata (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson, Halophila ovalis (R. Brwon) Hooker, Halodule pinifolia (Miki) den Hartog dan Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Cymodocea serrulata. Jumlah individu lamun yang ditemukan adalah 2316 individu. Nilai indeks keanekaragaman di Pesisir Desa Lihunu memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang dengan H’ = 1 ≤ H’ ≤ 3.Seagrass is flowering plants that can grow so well in shallow marine environments. This research was conducted in Seashore Lihunu Village on August 2015 using field observation with purposive random sampling when low withdraw. Data analysis was performed using the formula of Shannon-Wienner and identification of seagrass. Results obtained in this research showed that there are seven types of seagrass, namely Enhalus acoroides (L.f) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea rotundata (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson, Halophila ovalis (R. Brwon) Hooker, Halodule pinifolia (Miki) den Hartog and Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Cymodocea serrulata. Number of individual found was 2316 individuals. Value of diversity index at Seashore Lihunu Village showed that this area has moderate seagrass diversity with H’ = 1 ≤ H’ ≤ 3.


Jurnal Segara ◽  
2016 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
Author(s):  
Mariska A. Kusumaningtyas ◽  
Agustin Rustam ◽  
Terry L. Kepel ◽  
Restu Nur Afi Ati ◽  
August Daulat ◽  
...  

Penelitian mengenai ekologi dan struktur komunitas lamun ini dilakukan tanggal 10 – 15 Juni 2013 di perairan pesisir Teluk Ratatotok, Minahasa Tenggara. Metode penelitian dilakukan secara purposive sampling terkait dengan keberadaan lamun. Penelitian yang dilakukan meliputi pengukuran prosentase tutupan lamun, kerapatan, struktur komunitas, dan kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Terdapat tujuh jenis lamun yang terdiri dari dua famili. Famili Hydrocharitaceae ditemukan tiga jenis lamun yaitu Enhalus acoroides (Ea), Thalassia hemprichii (Th) dan Halophila ovalis (Ho). Empat jenis lamun dari famili Cymodoceaceae yaitu Cymodocea serrulata (Cs), Cymodocea rotundata (Cr), Halodule pinifolia (Hp), dan Syringodium isoetifolium (Si). Kisaran prosentase penutupan rata-rata antara 22,5% - 89,5%. Kerapatan lamun perstasiun berkisar antara 17 – 473 ind/m2, dengan kerapatan tertinggi lamun jenis Ho sebesar 473 ind/m2 di stasiun 6. Nilai INP tertinggi pada lamun jenis Ea sebesar 128% diikuti berturut-turut oleh Si (41%), Th (36%), Ho (27%), Cs (26%), Cr (24%) dan Hp (17%). Berdasarkan kriteria status kondisi padang lamun (Kepmen LH no 200 tahun 2004), kondisi padang lamun di Teluk Ratatotok antara rusak/miskin sampai dengan baik/sehat. Stasiun 5 kondisi rusak/miskin, stasiun 3 dan 4 kondisi rusak/kurang sehat dan tiga stasiun kondisi baik/sehat yaitu stasiun 1, 2 dan 6. Secara keseluruhan kondisi lingkungaan Teluk Ratatotok masih mendukung pertumbuhan lamun.


2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Sendy L Merly ◽  
Billy T Wagey ◽  
Grevo S Gerung

Arakan waters is located in front of Arakan Wawontulap district as part of Bunaken National Park. This area has a vast seagrass meadow of 1943.45 ha. Seagrass-Watch method combined with line transect and quadrat methods were used to collected data. Four seagrass species were identified such as Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides and Syringodium isoetifolium. Diversity Index (H') was quite high at 1.2071 and was inversely correlated to the value of dominance (D) at 0.3366, and this was supported by the presence of a uniform species (J') of 0.8707. Important Index Value (INP) was highest at station I comprising E. acoroides species, and station II comprising E. acoroides and T. hemprichii, while the third station comprised T. hemprichii. Spatial distribution of the three stations ranged from random to contagious (aggregated)© Perairan Desa Arakan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bunaken wilayah Arakan Wawontulap yang memiliki luas area padang lamun sekitar 1.943,45 Ha. Data dikoleksi menggunakan metode seagrass-watch yang dikombinasikan dengan metoda transek garis dan kuadran. Empat spesies lamun berhasil diidentifikasi yaitu Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides dan Syringodium isoetifolium. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) cukup tinggi yakni 1,2071 berbanding terbalik dengan Nilai Dominansi (D) yang rendah yakni 0,3366 dan ditunjang dengan keberadaan spesies yang merata (J’) senilai 0,8707. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada Stasiun I diperlihatkan oleh E.acoroides, Stasiun II oleh E.acoroides dan T.hemprichii, dan sedangkan Stasiun III oleh T. hemprichii. Adapun pola penyebaran pada ketiga stasiun ini berkisar antara acak (random) dan mengelompok (contagious)©


2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Kurnia Tolule ◽  
Alex D. Kambey ◽  
Ari B. Rondonuwu

This study was aimed at revealing the structure of seagrass community in the coastal waters of Bahoi Village, West Likupang Sub-district, District of North Minahasa, North Sulawesi Province. Samples collection was conducted during the lowest tide period by deploying line transect and quadrate. Eight species of seagrasses were identified on this study, including species as follow: Enhalus acoroides, Thalassia hempricihii, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Syringodium isoetifolium, Hlodule pinifolia, H. uninervis and Halophila ovalis. The highest density value ( 112.16 individual/m2) was calculated from transect III data on S. isoetifolium species. In term of relative density value, S. isoetifolium also has the highest value (35.176 %). Index dominance (C) was calculated as well from transect III data (0.477) while the highest diversity index  (H’) was calculated from transect I data (1.724). Keyword : structure, Analysis, seagrass ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji struktur komunitas lamun di perairan pantai Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Sulawesi Utara.Pengambilan sampel  dilaksanakan sekali pada saat surut terendah, data dikumpulkan berdasarkan garis transek dan kuadrat. Jenis lamun yang ditemukan dalam keseluruhan kuadrat di lokasi penelitian berjumlah 8 spesies yaitu : Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis. Kepadatan individu tertinggi terdapat pada transek III yaitu spesies Syringodium isoetifolium 112,16 ind/m2. Kepadatan relatif tertinggi terdapat pada spesies Syringodium isoetifolium (35,176 %). Indeks dominasi (C) yang tertinggi terdapat pada transek III 0.477 indeks keanekaragaman spesies (H’) yang tertinggi pada transek I 1.724. Keyword : structure, Analysis, seagrass 1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi


2012 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Paskalina Th. Lefaan

<em>Seagrasses habitats have both physical and ecological functions that support adjacent waters qualities and its dwelling organisms. There are varies of pressure on seagrass environmental, especially due to people activities that could decrease its function and habitat stabilities. The study aimed to determine about seagrass habitat stabilities from its species composition and/or densities. Line transect-plots and exploration methods were used in five locations of Manokwari coastal waters, that were, Andai, Rendani, Wosi, Briosi, and Tanjung Manggewa. There are five pioneer species (Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, H. uninervis, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis) and 3 climax species (Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii). The pioneer only found in Andai and Wosi, however both pioneer and climax encountered in three other locations. In Rendani and Tanjung Manggewa higher density of climax species (T. hemprichii) were 617.7 and 828.0 stands m-2, respectively, although in Briosi the higher pioneer (C. rotundata) of 570.7 stands m-2. These conditions showed that seagrass habitat in Rendani and Tanjung Manggewa are more stable compared to Briosi, as well as Andai and Wosi. It concluded that pioneer species found in newly formed habitat or disturbed, on the other hand, climax in more stable habitat.</em>


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Stevani Rawung ◽  
Ferdinand F Tilaar ◽  
Ari B Rondonuwu

This study was conducted in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Science of Sam Ratulangi University, Sub-district of East Likupang, North Minahasa. This study aims to identified the seagrasses in the water of Marine Field Station. The benefits of this study are for the database of seagrasses ecosystem management and comparative for other studies. The Observation and data collection was using random survey technic by analyzed the areas to collecting all the seagrass species found. Furthermore, the seagrass samples were categorised into each species. The result showed the amount of seagrass species in Marine Field Station are 8 species from 6 genera and 2 families: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor.Keyword: Inventory, Seagrass, Marine Field Station ABSTRAKPenelitian dilakukan di perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupatan Minahasa  Utara. Tujuan penelitian  untuk mengidentifikasi lamun yang ada di Perairan Marine Field station. Manfaat penelitian dapat menjadi data pengelolaan ekosistem padang lamun dan dapat menjadi perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik survei jelajah, yaitu dengan menjelajahi wilayah pengamatan sambil mencari semua spesies lamun. Lamun yang diambil adalah semua jenis yang ditemui. Selanjutnya, sampel lamun dikelompokan berdasarkan spesies. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah spesies lamun pada lokasi penelitian di Perairan Marine Field Station adalah 8 spesies dari 6 genera dan 2 famili yaitu, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor. Kata kunci: Inventarisasi, Lamun, Marine Field Station


Jurnal Segara ◽  
2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Indarto Happy Supriyadi ◽  
Ricky Rositasari ◽  
Marindah Yulia Iswari

Padang lamun memiliki peran penting sebagai sumber utama produktivitas primer atau penghasil bahan organik, habitat untuk berbagai biota, tempat asuhan, tempat memijah, sumber makanan bagi biota langka dan penyokong keanekaragaman jenis-jenis biota laut serta bernilai ekonomis dari jasa ekosistem lamun. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang terus meningkat telah mengakibatkan kerusakan padang lamun di perairan timur pulau Bintan. Saat ini kajian terbaru terkait dengan kondisi lamun belum tersedia. Kajian ini dilakukan pada Mei dan September (2015-2016) dengan tujuan untuk mengetahui dampak perubahan tutupan lahan terhadap kondisi lamun di perairan timur pulau Bintan. Kondisi lamun ditentukan berdasarkan persentase tutupan lamun. Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 dan ArcGIS 10.1. Pengukuran debit sungai dan penanganan sampel air dilakukan di lapangan dan laboratorium P2O-LIPI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbuka, perkebunan dan semak belukar pada DAS Kawal telah memberikan dampak menurunnya kondisi lamun khususnya di sekitar muara Sungai Kawal. Secara umum kondisi lamun di perairan timur Pulau Bintan menurun ditunjukkan dengan persentase tutupan lamun yaitu 46 % (2006) dan 41 % (2015). Dalam penelitian ini ditemukan tujuh spesies lamun, antara lain Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium.


2019 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 42-47
Author(s):  
Refaldi Baihaqi

Lamun merupakan salah satu tumbuhan penyokong kehidupan dilaut, khususnya daerah pesisir.Banyak manfaat yang dihasilkan dari adanya ekosistem lamun atau seagrass baik untuk ekosistem dan biota di laut maupun bagi ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikanjenis- jenis, ciri-ciri dan manfaat lamun yang ada di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, khususnya di Pulau Pramuka, Provinsi DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah data lamun berupa jenis-jenis lamun dan ciri-cirinya. selain itu, ada wawancara bebas dengan petugas dari Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) dan melalui dokumen yang diperoleh melalui penelusuran dengan menggunakan kata kunci distribusi lamun, spesies lamun melalui internet.Analisis data berupa deskriptif analisis untuk memaparkan mengenai jenis dan ciri lamun serta status konservasinya. Hasil yang didapatkan terdapat 7 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. manfaat lamun bagi daerah pesisir dan akibat yang ditimbulkan dari aktivitas manusia di daerah sekitar pesisiryang juga mempengaruhi kondisi komunitas lamun.


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 44-50
Author(s):  
Fiki Feryatun

Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup di lingkungan laut. Ekosistem lamun berperan penting di wilayah pesisir karena menjadi habitat penting untuk berbagai jenis hewan laut seperti ikan, moluska, crustacea, echinodermata. Penelitian yang dilakukan pada bulan April 2012 di Perairan Pantai Pulau Pramuka bertujuan untuk mengetahui komunitas lamun (jenis, kelimpahan, penutupan) dan distribusinya di berbagai zona di Perairan Pantai Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Sampling dilakukan di tiga stasiun, yakni stasiun 1 (zona alami), stasiun 2 (zona pemukiman) dan stasiun 3 (zona resort wisatawan) menggunakan kuadran transek. Hasil yang didapatkan 7 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan lamun yang tertinggi diperoleh di stasiun 1 yaitu 1.620 individu/15m2. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 20 Tahun 2004 bahwa stasiun 1 (zona alami) dengan persentase penutupan 68% masuk kedalam kondisi sehat (penutupan > 60%), sedangkan untuk stasiun 2 (zona pemukiman) dan 3 (zona resort) dengan persentase masing-masing 59% dan 48% masuk dalam kategori kondisi kurang sehat (penutupan 30-59,9%). Pola sebaran (distribusi) lamun pada stasiun 1 mengelompok (cluster) dan seragam (uniform) untuk stasiun 2 dan 3, dengan demikian ada pengaruh dari kegiatan manusia terhadap komunitas lamun.Kata kunci : Lamun, Kerapatan dan Distribusi, Zona kegiatanAbstractSeagrasses are plants adapted to live fully in the marine environment. Seagrass plays an important role in coastal areas due to critical habitat for many kinds of marine animals such as fish, mollusks, crustaceans, echinoderms. The research was conducted on April 9 to 22, 2012 at Pramuka Island Coastal Waters in order to know seagrass community (type, abundance, coverage) distribution in different activity zones. The method used transect quadrates in three stations, namely stations 1 (natural zone), station 2 (residential zone) and station 3 (tourist resort zone). The results obtained 7 seagrass species that was of Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. The highest seagrass density was in station 1 the total 1620 individuals/15m2. Based on the Ministry of Environment No. 20 In 2004 the station 1 (natural zone) was in healthy condition (coverage > 60%), while for station 2 (residential zone) and 3 (resort zone) were in the category of unhealthy conditions (coverage 30 to 59,9%). The pattern of distribution of seagrass at stations 1 was clumped, however distribution it was cluster at station 2 and 3, thus there is the influence of human activities on seagrass communities.Keywords : Seagrass, Density and Distribution, Activity zones


2018 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 651-665 ◽  
Author(s):  
Yunita Ramili ◽  
Dietriech G. Bengen ◽  
Hawis Madduppa ◽  
Mujizat Kawaroe

ABSTRAKKeberadaan ekosistem lamun di perairan pesisir pulau-pulau kecil berperan penting sebagai habitat dan penyedia sumber daya ikan, serta pelindung garis pantai dan daratan pulau-pulau kecil tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran, komposisi, kerapatan, penutupan dan asosiasi jenis lamun di perairan pulau-pulau kecil Hiri, Ternate, Maitara dan Tidore, Maluku Utara. Pengambilan data dengan menggunakan metode transek garis dan transek kuadrat. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan bantuan perangkat lunak MS Excel dan XLstat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau Tidore memiliki jumlah jenis lamun terbanyak yakni delapan jenis lamun dari sembilan jenis lamun yang ditemukan di seluruh lokasi penelitian. Tiga jenis lamun yaitu, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata, menyebar luas dan terdapat di keempat pulau tersebut. Komposisi, kerapatan dan penutupan jenis lamun bervariasi antar stasiun penelitian. Vegetasi lamun yang ditemukan di lokasi penelitian berupa vegetasi campuran yang terdiri dari tiga sampai delapan jenis lamun. E. acoroides banyak ditemukan di Stasiun Mtr1 dan Tte2 tidak berasosiasi dengan spesies lainnya, demikian juga dengan C. serrulata yang ditemukan di Stasiun Mtr2 dan T. hemprichii di Stasiun Tdr2 dan Tdr3. Asosiasi C. rotundata dan Syiringodium isoetifolium terlihat di stasiun Tdr1 dan Hr1, sementara Halophila ovalis dan H. spinulosa  tidak menunjukkan asosiasi dengan jenis lamun lainnya di lokasi penelitian. Secara keseluruhan kondisi lingkungan perairan di keempat pulau tersebut masih tergolong baik dan mampu mendukung ekosistem lamun. ABSTRACTThe existence of seagrass ecosystems in the coastal region of small islands has been playing an essential role as a habitat and the supplier of fish resources, as well as a shore and coastline protector of small islands. This study aimed to  determine the distribution, composition, density, coverage, and associations of seagrass plant in the islands of Hiri, Ternate, Maitara, and Tidore. Data were collected by using line transect method and quadrate transect. Furthermore, data were analyzed by using MS Excel and XLstat software. The results showed that Tidore Island has the highest number of seagrass species namely eight from nine species of seagrasses found in all research sites. Three species of seagrasses, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, and Cymodocea rotundata, were widespread in all four islands. The composition, density and coverage of seagrass species varied among research stations. Vegetation of seagrasses found in the study site in the form of mixed vegetation consisting of three to eight species. Enhalus acoroides found mostly in Mtr1 and Tte2 stations were not associated with other seagrass species, nor Cymodocea serrulata that found in Mtr2 Station and T. hemprichii at Tdr2 and Tdr3 stations. The associations of C. rotundata and Syringodium isoetifolium were observed at Tdr1 and Hr1 Stations. While Halophila ovalis and Halophila spinulosa showed no association with other seagrass species at the study area. Overall the condition of the marine environment on the four islands is still relatively good and able to support the life of the seagrass ecosystem.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document