halodule uninervis
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

63
(FIVE YEARS 30)

H-INDEX

9
(FIVE YEARS 1)

2021 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 429
Author(s):  
Ilham Antariksa Tasabaramo ◽  
Riska Riska ◽  
Petrus C. Makatipu ◽  
Aditya Hikmah Nugraha ◽  
Hasan Eldin Adimu

Kecamatan Tanggetada memiliki areal padang lamun yang luas dan sering dimannfaatkan oleh masyarakat. Padang lamun di daerah ini belum terkonfimasi secara ilmiah baik itu dari jenis, kerapatan dan komunitas lamunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kerapatan lamun di Kecamatan Tanggetada. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode transek kuadrat pada areal 100 m2 ditiap stasiun. Lokasi penelitian berada di 3 stasiun yaitu Stasiun 1 di Kelurahan Tanggetada, Stasiun 2 di Desa Palewai dan Stasiun 3 Kecamatan Anaiwoi. Hasil penelitian, ditemukan 6 jenis lamun tersebar di Kecamatan Tanggetada yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan lamun termasuk dalam kategori rapat dan jarang. Stsiun 1 memiliki kerapatan lamun yang tinggi dengan ketegori rapat yaitu 160.46 ind/m2, kemudian Stasiun 2 dengan kerapatan lamun agak rapat yaitu 117.49 ind/m2 dan Stasiun 3 dengan kerapatan lamun yang rendah dengan kategori jarang yaitu 60.59 ind/m2. Thalassia Hempricii merupakan lamun yang memiliki nilai kerapatan paling tinggi dibandingkan jenis lamun lainnya.


2021 ◽  
Vol 890 (1) ◽  
pp. 012058
Author(s):  
N Akbar ◽  
I Marus ◽  
R Ridwan ◽  
A Baksir ◽  
R E Paembonan ◽  
...  

Abstract Seagrass ecosystems are located between mangrove ecosystems and coral reefs. Seagrass ecosystems are habitats and foraging area for many marine organisms. Eco-biological cycles in seagrass ecosystems are important for maintaining populations of many organisms. Seagrass at Hiri Island is distributed horizontally along the coast. This island is also a location where Dugong dugon is found North Maluku. Dugong dugon is a vurneable species that has been included in the IUCN and Appendix I Cites. This study aimed to identify species, density of seagrass and existence of Dugong dugong. The survey method used quadratic transect method to collect seagrass data. The Results found 6 species of seagrass at Hiri Island. Five species of those seagrass (Cymodocea serrulata, Cymodecea rotundata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila spinulosa) are known as food of Dugong dugon. The highest species density was shown by Halodule uninervis. The presence of Dugong dugon and its feeding trail was found during field survey. Information on seagrass species and Dugong dugon sightings location can be used for endangered species conservation policies. Management and conservation efforts need to be done to maintain seagrass ecosystem and Dugong dugon potential habitat at Hiri Island.


2021 ◽  
Vol 26 (3) ◽  
Author(s):  
Amrit Kumar Mishra ◽  
Mukunda Kesari Khadanga ◽  
Shesdev Patro ◽  
Deepak Apte ◽  
Syed Hilal Farooq

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Risandi D Sitaba ◽  
Carolus P Paruntu ◽  
Billy Theodorus Wagey

This research was conducted in the waters of Tarabitan Peninsula, West Likupang North Minahasa using quadants transect method. The purpose of this study was to determine the community structure of seagrass found in that waters as initial information for sustainable management seagrass ecosystem . Field observation was conducted to identify the seagrass species, number of individuals/shoots, percent cover for each type of seagrass in those plotting quadrants. The result of this study documented 6 types of seagrass namely, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis and Halodule uninervis. The species composition and distribution of seagrass were varied and was dominated by Thalassia hemprichii was the most dominant seagrass species with a relative density of 55.55%, a relative frequency of 33.67%, 39.92% relative cover, an important value index of 129.03%, a diversity index of 1.30 belonging to this condition, moderate, the uniformity index of 0.72 is classified as high and the dominance index of 0.2 is classified as low. Based on Minister of Environment Decree Republic Indonesia No. 200 of 2004 concerning the status of seagrass beds, the condition of the seagrass beds in the waters of Tarabitan Village is classified as rich / healthy with a cover value of ≥ 60. Keywords : Seagrass Community, Species Composition,  distribution, Tarabitan Peninsula           Penelitian ini dilakukan di perairan Semenanjung Tarabitan Likupang Barat Minahasa Utara dengan menggunakan metode transek kuadran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas lamun yang terdapat di perairan tersebut sebagai informasi awal untuk pengelolaan lamun secara berkelanjutan. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi jenis lamun, jumlah individu/tegakan, persentase tutupan tiap jenis lamun pada tiap kuadran. Hasil penelitian ini mendokumentasikan 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. Komposisi jenis dan sebaran lamun bervariasi dan didominasi oleh jenis lamun Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling dominan dengan kerapatan relatif 55,55%, frekuensi relatif 33,67%, tutupan relatif 39,92%, indeks nilai penting 129,03%, indeks keanekaragaman 1,30 tergolong dalam kondisi sedang, indeks keseragaman 0,72 tergolong tinggi dan indeks dominansi 0,2 tergolong rendah. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, kondisi padang lamun di perairan Desa Tarabitan tergolong kaya / sehat dengan nilai tutupan ≥ 60.Kata Kunci: Komunitas Lamun, Komposisi Jenis, Distribusi, Semenanjung Tarabitan


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 59-64
Author(s):  
Dedi Nopiansyah ◽  
Wahyu Adi ◽  
Arief Febrianto

Gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di ekosistem lamun, dimana gastropoda merupakan hewan dasar pemakan detritus dan serasah dari daun lamun yang jatuh dan mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam air. Kelimpahan dan distribusi gastropoda dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat, ketersediaan makanan, pemangsaan dan kompetisi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2018 di Pantai Puding, Bangka Selatan. Adapun data yang dikumpulkan terdiri dari struktur komunitas dan kepadatan gastropoda, kerapatan jenis lamun, dan faktor fisika kimia perairan. Berdasarkan hasil penelitian struktur komunitas gastropoda di Pantai Puding masuk kategori sedang dan kepadatan tertinggi Cerithium granosum 12778 ind/Ha dan kepadatan terendah Turbinella fusus 556 ind/Ha, kerapatan lamun tertinggi Halodule uninervis 141 teg/m2 dan kerapatan terendah Enhalus acoroides dengan 7 teg/m2. Berdasarkan analisis korelasi kerapatan lamun dengan kepadatan gastropoda diperoleh nilai koefisien determinansi (R2)= 0,5864 dan koefisien korelasi (r)= 0,766 yang menunjukkan hubungan kerapatan lamun dan kepadatan gastropoda berkorelasi positif dan kuat.


Author(s):  
Amrit Kumar Mishra ◽  
Mukunda Kesari Khadanga ◽  
Shesdev Patro ◽  
Deepak Apte

The present study documented the presence of seagrass Halodule uninervis for the first time along with previously documented Halophila ovalis at Haripur creek. The population structure of both these seagrass species is assessed. The physico-chemical parameters were similar for both seagrass species except for the sediment grain size fractions. The sand content of H. ovalis patches was 1.2-fold higher than H. uninervis beds, whereas the silt content of H. uninervis beds was 2-fold higher than H. ovalis patches. The pH levels were lower than the standard oceanic pH of 8.2. Macroalgae like Ceramium sp. and Gracilaria verrucosa were growing on the leaves of H. uninervis due to high nitrate and phosphate levels of the creek waters. Leaf reddening was only observed in the leaves of H. ovalis. Under similar environmental conditions, H. ovalis (5004 ± 114.51 ind. m-2) had a 2-fold lower shoot density than that of the H. uninervis (11598 ± 187.52 ind. m-2). Both above- and below-ground biomass of H. ovalis (96.34 ± 10.18 and 197.5 ± 18.30 g DW m-2) was 2-fold lower than that of H. uninervis (198 ±7.45 and 456 ± 9.59 g DW m-2). H. uninervis leaves were 9-fold longer than that of H. ovalis, whereas H. ovalis leaves were 5-fold wider than H. uninervis. The leaf plastochrone interval is 2.3 days for H. ovalis and 9.6 days for H. uninervis. Consequently, the leaf growth rate of H. ovalis is 2-fold lower than that of H. uninervis. H. ovalis had 2.6-fold longer internodes than H. uninervis. The root length of H. uninervis was longer than H. ovalis. Consequently, the shorter root length of H. ovalis led to higher branching frequency than H. uninervis. The total C and N content were higher in the leaves of H. ovalis than H. uninervis.


Jurnal Airaha ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (02) ◽  
pp. 161-163
Author(s):  
Handayani Handayani ◽  
M. ALi Ulat ◽  
Amir M Suruwaky ◽  
Mustasim Mustasim ◽  
Abdul Gofir

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis dan komposis lamun, penutupan lamun,  kerapatan jenis lamun, dan sebaran lamun di Perairan Pulau Soop Kota Sorong-Papua Barat. Metode penelitian adalah eksploratif, yang mana pengambilan data keragaman jenis, komposisi dan kerapatan dilakukan menggunakan transek garis. Pengambilan data dengan Transek garis yang dilakukan pada setiap stasiun dengan cara posisi tegak lurus dengan garis pantai sepanjang  setiap 10 m. Setiap transek garis dilakukan pencatatan data pada setiap 10 m tersebut, yang dimulai dari tepi pantai sampai tubir atau kedalaman tertentu. Data primer meliputi jenis lamun, tipe substrat, kerapatan, dan estimasi tutupan serta titik koordinat luasan dan titik pengambilan sampel. Kemudian data di analisis dan dibuatkan dalam bentuk peta dengan menggunakan software Arc-gis 10.6. Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Pulau Soop terdapat 7 jenis lamun yaitu yaitu jenis Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprici, Cymodocea serrulate, Thalassodendron ciliatum, Halophila ovalis, Enhalus acoroides dan Halodule uninervis. Penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Utara perairan pulau Soop sebesar 51,58%, sedangkan penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Selatan pulau Soop sebesar sebesar 38.35%. Luas sebaran lamun di sebelah utara dan selatan Perairan Pulau Soop sekitar 2.665.00 m2.


Jurnal Airaha ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (02) ◽  
pp. 164-170
Author(s):  
Katarina Hesty Rombe ◽  
Dwi Rosalina ◽  
Khairul Jamil ◽  
Agus Surachmat ◽  
Ali Imran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran dan keanekaragaman lamun di perairan Pallette dan Tangkulara. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, mulai Agustus hingga September 2019. Pengumpulan data dilakukan di dua titik dengan masing-masing tiga ulangan. Pengambilan data lamun menggunakan metode transek garis dan kuadran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 jenis lamun yang ditemukan di perairan Pallette dan Tangkulara, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, dan Halophila sp. Keanekaragaman jenis lamun di perairan Pallette dan Tangkulara masuk dalam kategori rendah. Pola sebaran jenis lamun Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, Halophila sp. memiliki nilai pola distribusi yang mengelompok sedangkan untuk Enhalus acoroides pola distribusinya yang seragam.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document