scholarly journals PKM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG SULAWESI UTARA

Author(s):  
Yenny Jeine Wahani

Salah satu kebutuhan guru-guru bahasa Jepang yakni kebutuhan untuk terus meningkatkan kompetensi bahasa Jepang salah satunya adalah untuk dapat mengikuti NOKEN (Nihongo Nouryoku Shiken) atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test) dalam bahasa Indonesia adalah Test Kemampuan berbahasa Jepang dan agar supaya dapat memperoleh sertifikat. NOKEN dipandang penting dikarenakan dapat menguji dan mengukur tingkat kemampuan bahasa Jepang para pengajar. Hal ini dimaksudkan agar para pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka dalam bahasa Jepang. Disamping itu menjadi bekal bagi para pengajar yang belum disertifikasi, sebagai persiapan untuk dapat mengikuti uji kompetensi guru (UKG). Selain itu sertifikat NOKEN merupakan salah satu syarat bagi para guru bahasa Jepang diseluruh Indonesia untuk dapat mengikuti program pelatihan pendidikan di Jepang yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah Jepang (MONBUKAGAKUSHO) maupun The Japan Foundation, Jakarta.Dari data angket yang dibagikan kepada guru bahasa Jepang pada MGMP  Bahasa Jepang Sulawesi Utara menunjukkan bahwa guru bahasa Jepang SMA sebagian besar masih berada pada level N4. Ini berarti dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kompetensi agar pengajar bahasa Jepang dapat berada pada level N3. Masalahnya adalah (1)Guru-guru bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam menjawab soal Dokkai/Bunpo (読解・文法) pada saat tes uji kompetensi bahasa Jepang (NOKEN). (2)Kurangnya pemahaman dan pengetahuan khususnya tentang Dokkai/Bunpo (読解・文法) pada level N3. (3)Kurangnya latihan sebagai bentuk kesiapan menghadapi tes uji kompetensi bahasa Jepang (NOKEN). (4)Sumber belajar masih menggunakan Buku. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada pengabdian kali ini akan dilaksanakan pelatihan NOKEN yang bertujuan untuk memberi solusi dan mengatasi masalah dan menjawab kebutuhan mitra tersebut dengan tahapan sebagai berikut: (1) pembelajaran materi NOKEN N3 (2) mengadakan kelas simulasi NOKEN (3) Penggunaan aplikasi pembelajaran multimedia interaktif dengan menggunakan program macromedia flash.Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam  bentuk pembelajaran kooperatif learning dengan teknik brainstorming dan dilakukan simulasi NOKEN telah dilaksanakan dengan baik, Pelaksanaan pelatihan ini telah mencapai tujuan yang dilaksanakan karena semua peserta sudah dapat mengerjakan soal latihan NOKEN setara N3 serta mampu memecahkan masalah khususnya dalam bagian DOKKAI-BUNPOU. Kata Kunci : NOKEN, Kompetensi bahasa JepangSalah satu kebutuhan guru-guru bahasa Jepang yakni kebutuhan untuk terus meningkatkan kompetensi bahasa Jepang salah satunya adalah untuk dapat mengikuti NOKEN (Nihongo Nouryoku Shiken) atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test) dalam bahasa Indonesia adalah Test Kemampuan berbahasa Jepang dan agar supaya dapat memperoleh sertifikat. NOKEN dipandang penting dikarenakan dapat menguji dan mengukur tingkat kemampuan bahasa Jepang para pengajar. Hal ini dimaksudkan agar para pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka dalam bahasa Jepang. Disamping itu menjadi bekal bagi para pengajar yang belum disertifikasi, sebagai persiapan untuk dapat mengikuti uji kompetensi guru (UKG). Selain itu sertifikat NOKEN merupakan salah satu syarat bagi para guru bahasa Jepang diseluruh Indonesia untuk dapat mengikuti program pelatihan pendidikan di Jepang yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah Jepang (MONBUKAGAKUSHO) maupun The Japan Foundation, Jakarta.Dari data angket yang dibagikan kepada guru bahasa Jepang pada MGMP  Bahasa Jepang Sulawesi Utara menunjukkan bahwa guru bahasa Jepang SMA sebagian besar masih berada pada level N4. Ini berarti dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kompetensi agar pengajar bahasa Jepang dapat berada pada level N3. Masalahnya adalah (1)Guru-guru bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam menjawab soal Dokkai/Bunpo (読解・文法) pada saat tes uji kompetensi bahasa Jepang (NOKEN). (2)Kurangnya pemahaman dan pengetahuan khususnya tentang Dokkai/Bunpo (読解・文法) pada level N3. (3)Kurangnya latihan sebagai bentuk kesiapan menghadapi tes uji kompetensi bahasa Jepang (NOKEN). (4)Sumber belajar masih menggunakan Buku. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada pengabdian kali ini akan dilaksanakan pelatihan NOKEN yang bertujuan untuk memberi solusi dan mengatasi masalah dan menjawab kebutuhan mitra tersebut dengan tahapan sebagai berikut: (1) pembelajaran materi NOKEN N3 (2) mengadakan kelas simulasi NOKEN (3) Penggunaan aplikasi pembelajaran multimedia interaktif dengan menggunakan program macromedia flash.Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam  bentuk pembelajaran kooperatif learning dengan teknik brainstorming dan dilakukan simulasi NOKEN telah dilaksanakan dengan baik, Pelaksanaan pelatihan ini telah mencapai tujuan yang dilaksanakan karena semua peserta sudah dapat mengerjakan soal latihan NOKEN setara N3 serta mampu memecahkan masalah khususnya dalam bagian DOKKAI-BUNPOU. 

2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Elvina Syahrir

This study was motivated by the low score of the students‘ Indonesian language in national examination that were certainly correlated with the Indonesian language teachers‘ competences. The Indonesian language techers‘ competences can be observed in doing the Indonesian language proficiency test. This study was aimed to determine the Indonesian language teachers‘ capabilities indoing UKBI and to describe about it. The data obtained describe that the Indonesian language teachers of Senior High School (SMA) have the highest scores, then the Indonesian language teachers of Junior High School (SMP), and the last ones were the teachers of elementary school (SD). Moreover, among the Indonesian language techers‘ capabilities of SMA, SMP, and SD in doing UKBI have not shown the significant differences.AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai Ujian Nasional (UN) bahasa Indonesia siswa yang tentunya berkorelasi dengan kompetensi guru bahasa Indonesianya. Kompetensi guru bahasa Indonesia dapat terlihat dari Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru bahasa dan sastra Indonesia di Pekanbaru dalam menyelesaikan soal UKBI dan untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal UKBI. Dari penganalisisan data diperoleh temuan bahwa nilai rerata UKBI guru SMA memperoleh skor paling tinggi, nilai rerata UKBI guru SMP memperoleh skor sedang, sedangkan nilai rerata UKBI guru SD memperoleh skor paling rendah. Akan tetapi, kemampuan guru bahasa dan sastra Indonesia dari ketiga tingkatan sekolah tersebut (SMA, SMP, SD) dalam menyelesaikan soal UKBI tidak menunjukkan perbedaan yang berarti (tidak signifikan) pada taraf kepercayaan 5 %, hal ini terlihat dari nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung = 0,11 < Ftabel = 4,35)


2015 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 61-68
Author(s):  
Yukiko SHUKURI

This paper introduces current status of "role language" and the "speaker's character" and their applications in Japanese teaching materials. Besides it studies the knowledge of Russian learners of Japanese and carefully examines their knowledge of four typical kinds of "role language" in Japanese anime and manga by using a questionnaire and follow-up interviews. From the results of the textbook research, the following two things are revealed; (a) first person pronouns except for watashi are rarely used, (b) there is not enough explanations about different "speaker's characters" in detail. Furthermore, findings of the questionnaire show that some of the learners who have the same impression of the characters as Japanese native speakers, wrongly connect a certain "role language" to illustrations of a character, and results of as much as three kinds of "role language" have a low positive correlation with the learners' results of the Japanese Language Proficiency Test. Results also reveal that all four kinds of "role language" have no correlation with other factors, such as student's duration of learning Japanese, or frequency of the use of Japanese outside the classroom.


2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 95-110
Author(s):  
Mery Kharismawati ◽  
Irkham Huda ◽  
Wahyu Handayani Setyaningsih

Penguasaan kosakata menjadi kunci untuk dapat lulus dalam Japanese Language Proficiency Test (JLPT) yang penting bagi seorang lulusan bahasa Jepang dalam memperoleh pekerjaan. Masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembelajaran daring menuntut inovasi dalam strategi belajar siswa. Penelitian ini memaparkan hasil Focus Group Interview (FGI) mengenai pembelajaran kosakata bahasa Jepang di masa Pandemi dengan peserta 9 orang siswa D3 Bahasa Jepang Sekolah Vokasi UGM Angkatan 2018. Peserta yang merupakan generasi Z, walaupun akrab dengan teknologi, ternyata masih mencatat secara manual kosakata yang ingin dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka. Selanjutnya sebagai solusi bagi permasalahan pembelajaran kosakata, ditawarkan aplikasi smartphone berbasis android bernama “Memora” yang digunakan untuk menambah perbendaharaan kosakata secara mandiri. Peserta FGI berpendapat bahwa “Memora” dapat menjadi salah satu strategi belajar kosakata di masa pandemi. Dengan “Memora”, siswa dapat memasukkan kosakata dan gambar yang dapat membantu pemahaman terhadap kata tersebut kapan saja dan di mana saja. Masih terdapat kekurangan seperti bugs pada permainan, dan belum adanya fitur audio sehingga aplikasi ini masih terus dikembangkan.


Paramasastra ◽  
2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Agus Budi Cahyono

Japanese Language Proficiency Test (JLPT) organized by The Japan Foundation twice a year in July and December is an international test which aims to measure the Japanese language skill of Japanese language learners around the world. JLPT has 5 levels in which level N5 is the lowest or basic level, while N1 is the highest or proficient level which is considered on par with the Japanese native speakers. Level IV students in school year 2016/2017 who have been able to achieve JLPT level N1 are proud achievements for Japanese Literature Study Program of Brawijaya University. Therefore, this research aims to see the learning strategy of Japanese language used by students who achieved JLPT level N1 in period II of 2016. In fact, they never visit Japan to stay, study, or even travel. The learning strategies of students studied through foreign language learning strategy as revealed by Oxford (1990) are memory, cognitive, and compensation in the category of direct strategy as well as metacognitive, affective, and social strategies in the category of indirect strategy. The used research methodology is qualitative research methodology of case study through questionnaire, interview, and observation. The research shows the result that learning strategy of Japanese language used by students to achieve JLPT level N1 are memory, cognitive, metacognitive, and compensation strategies by using several medias from anime (Japanese cartoon), Japanese movie, video game, Japanese songs, and even Japanese books like manga (Japanese comic) and novel. These students seldom use affective and social strategies. It is known from their lecturer that these students are less proficient in socialization and oral production.


IZUMI ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 147-154
Author(s):  
Rahma Fitri Alifah ◽  
Puspa Mirani Kadir ◽  
Yuyu Yohana Risagarniwa

Joshi or particle is a class of words that cannot change the form, other than that Joshi cannot stand itself. Joshi must be attached to another class of words to gain meaning. In the Japanese language, one of the joshi groups that can connect noun and noun or noun and verb or adjective called the kakujoshi category, two of them are o and ga particles. One of the functions of o and ga particles have the same function as an object marker; many Japanese language learners still have difficulty in using o and ga particles as an objective marker. This research is how Japanese language learners' understanding of using o and ga particles in Japanese sentences. The method used the quantitative and questionnaire technique. This research concludes that many respondents have passed the advanced level in the Japanese language proficiency test, and need more than two years for study. However, the understanding of Japanese learners in the use of o and ga particles are still at the intermediate level.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 111-118
Author(s):  
Nurul Zia Aida ◽  
Renindra Atsilah Putri ◽  
Amalia Putri ◽  
Tazkia Syifa Arrahmah ◽  
Dewi Kusrini

A visual novel is a reading media in the form of conversations between characters shown in a static anime style that attracts readers to continue reading it. Equipped with audio in Japanese and translation in English, it is estimated that visual novels can be used as an exciting learning media for students. This study aims to determine the possibility of visual novels, which are usually used as a game for entertainment purposes, as a medium for learning Japanese to pass the JLPT (Japanese Language Proficiency Test). The method used in this stusdy is a quantitative method to find the matching vocabularies, with a listening and note-taking method for data collection. The data analyzed here is a conversation transcript of some chapters of A3! visual novel and JLPT 2018 questions ranging from N5 to N3 level. The A3! visual novel data are grouped according to the JLPT's four linguistic aspects: Moji goi, bunpou, dokkai, and choukai, at each level (N5 to N3). The analysis results show that the visual novel A3! can be used as a strengthening medium for students to pass the JLPT from N5 to N3.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document