scholarly journals Efektivitas Art Therapy Sebagai Katarsis untuk Mengurangi Tingkat Kecemasan Akademik pada Remaja

2021 ◽  
Vol 6 (10) ◽  
pp. 5006
Author(s):  
Gusti Ayu Nyoman Triana Dewi ◽  
Tatik Meiyutariningsih

Remaja memiliki masalah emosi yang berbeda-beda dan cara menyikapi permasalahan sesuai dengan karakteristik kepribadian masing-masing. Individu yang memiliki karakteristik introvert cenderung menyimpan setiap permasalahannya, sehingga menimbulkan berbagai dampak. Salah satu dampaknya adalah mengalami kecemasan baik dalam akademik maupun lainnya. Praktikan membantu melakukan katarsis dengan terapi menggambar dan memberikan psikoedukasi untuk keluarga klien. Metode penelitian ini menggunakan single subject design. Terdapat tiga fase yang dilakukan dalam melalukan intervensi, yaitu fase base line dalam menentukan perilaku yang akan di intervensi, fase intervensi dan terakhir fase baseline evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode wawancara (autoanamnesa dan alloanamnesa), observasi, dan tes psikologi yaitu WAIS dan Grafis. Peneliti menggunakan Kuesioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) untuk mengukur tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi. Klien dalam penelitian ini adalah remaja perempuan berusia 14 tahun yang mengalami gangguan kecemasan. Intervensi atau terapi dilakukan selama 9 hari, setiap harinya terapi dilakukan selama 3 jam. Hasil intervensi yang dilakukan menunjukan perubahan perilaku sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Sebelum intervensi klien selalu memendam masalahnya sendiri, ia kurang dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan dan inginkan, sehingga masalah tersebut menumpuk dan keluar dalam bentuk kecemasan terutama yang tampak adalah kecemasan akademik. Setelah melakukan intervensi klien menjadi lebih tenang ketika akan menghadapi ujian atau atau pelajaran disekolahnya dan klien menyadari bahwa bercerita/berkomunikasi dengan orang lain dapat meringankan beban dipikirannya

2019 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Winda Januarti

Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran secara empiris, sehingga mampu melakukan analisis tentang Asertive Training terhadap peningkatan motivasi belajar anak yang berperilaku maladaptif di Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen melalui rancangan subyek tunggal (single subject design) dan menggunakan model multiple baseline cross subjects untuk mengukur target perilaku. Subyek dalam penelitian ini adalah subyek satu yakni AM; subyek dua yakni JR; dan subyek tiga yakni NJ. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asertive Training berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar anak berperilaku maladaptif. Tingkatan pengaruh pada masing-masing subyek bervariasi dengan subyek AM dengan skor tertinggi yakni aspek komitmen, subyek JR dengan skor tertinggi yakni aspek komitmen beajar dan inisiatif belajar, subyek NJ dengan skor tertinggi yakni aspek inisiatif dan optimis belajar. Secara keseluruhan JR merupakan subyek yang memiliki tingkat pengaruh tertinggi dari intervensi Asertive Traning terhadap motivasi belajar, diantara kedua subyek yang lain. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung subyek. Melalui intervensi Asertive Training, anak mampu mengelola emosi, perasaan dan tingkah laku yang berkaitan dengan pendidikan. Kata Kunci: Anak, Motivasi Belajar, Assertive Training, Perilaku Maladaptif


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
R. Dika Permatadiraja

Abstrak Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran secara empiris, sehingga mampu melakukan analisis tentang Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) terhadap peningkatan kelekatan anak dan ibu asuh di SOS Children’s Village Jakarta. Tahapan yang dilakukan melalui dua fase yakni Child-Directed Interaction (CDI) serta Parent-Directed Interaction (PDI).Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen melalui rancangan subjek tunggal (single subject design) dan menggunakan model multiple baseline cross subjects untuk mengukur target perilaku. Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga satu yakni PH dan ibu SU; keluarga dua yakni NM dan ibu MA; dan keluarga tiga yakni NA dan ibu AR. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa PCIT berpengaruh terhadap peningkatan kelekatan anak dan ibu asuh. Tingkatan pengaruh pada masing-masing subjek bervariasi dengan subjek PH dan ibu SU memiliki pengaruh tertinggi pada aspek kehangatan, subjek NM dan ibu MA memiliki pengaruh tertinggi pada aspek kehangatan dan ketanggapan; serta NA dan ibu AR memiliki pengaruh tertinggi pada aspek rasa aman. Secara keseluruhan NM dan ibu MA merupakan subjek yang memiliki tingkat pengaruh tertinggi dari intervensi PCIT terhadap kelekatan, diantara kedua subjek yang lain. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung subjek. Hasil dari peningkatan kelekatan berdampak pada gaya pengasuhan yang penuh dengan kehangatan serta membentuk pola kelekatan ibu asuh terhadap anak yang selalu mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta dan kasih sayang.Kata kunci: anak, kelekatan, Parent-Child Interaction Therapy, pengasuhan keluarga pengganti


2017 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
Author(s):  
Ika Putri Nawangsari

Abstract This research aims to determine the effectiveness of the implementation of Play Therapy through Imaginative Pretend Play technique in Handling Cases Agresive Behavior Child Victim of Sexual Abuse. The Agressive behavior that are refered in this research are divided into two; Phyisic aggresive and verbal agressive. The methode in this reserach is Single Subject Design with A-B-A-B. Data collecting technique conducted by observation, unstructur interviews, documentary study and filling questionaire. All the measurment using this research are formed.  The result showed that the aplication of Imaginative Pretend Play technique in Handling Cases Agressive Behavior Child Victim of Sexual Abuse is effective to reduce the agressive behavior frequencty of child. The frequency of physical agressive that consist of  hitting, wresting, throwing, threat with showing and imitating sexual adult activity  decresed from 39 before intervention to 11 after intervention. The frequency of verbal  agressive that consist of  bellowing, mocking and speaking with dirty word decresed from 39 before intervention to 11 after intervention. The result of ECBS show intervention influence to cognition aspect significantly, intervention influence to social relation aspect significantly and intervention influence to self adjustment aspect significantly.Keywords: Child, Sexual Abuse, ECBS, Imaginative Pretend Play, Play Therapy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas Play Therapy melalui teknik Imaginative Pretend Play dalam menangani masalah perilaku agresif anak korban kekerasan seksual. Adapun agresif yang dimaksud disini mencakup agresivitas fisik maupun agresivitas verbal. Metode Penelitian ini menggunakan Single Subject Design dengan pola A-B-A-B. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara tidak terstruktur, studi dokumentasi dan pengisian angket atau kuosioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Teknik Imaginative Pretend Play dalam Penanganan Masalah Perilaku Agresif Anak Korban Kekerasan Seksual. Jumlah frekuensi agresivitas fisik anak yang terdiri dari memukul, merebut, melempar, mengacungkan kepalan tangan untuk mengancam dan menirukan aktivitas seksual orang dewasa berjumlah 39 turun menjadi 11 setelah intervensi. Jumlah frekuensi agresivitas verbal yang terdiri dari membentak, mengejek atau menghina dan mengeluarkan kata kotor berjumlah 32 turun menjadi 9 setelah intervensi. Hasil pengujian melalui instrumen ECBS menunjukan intervensi berpengaruh signifikan terhadap aspek kognisi namun tidak merubah kategori dalam level sedang, intervensi berpengaruh signifikan terhadap aspek relasi sosial dan terjadi peningkatan level aspek sosial dari sedang menjadi tinggi dan intervensi berpengaruh signifikan terhadap aspek penyesuaian diri anak dan terjadi peningkatan level aspek sosial dari sedang menjadi tinggi. Kata kunci: Anak, ECBS, Imaginative Pretend Play, Kekerasan Seksual, Play Therapy


2017 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
Author(s):  
Yuliati Hasanah

Abstract Self management is a strategy in which the cognitive behavioral approach in the application, subject to the expected full attendance during the intervention process. NAP is an HIV patient and had undergone antiretroviral therapy. Saturation, fatigue experienced by NAP during the ARV therapy, so found some times subject medical leave provisions. Healthy behavior in a sick person (in this case a person suffering from HIV) one of which is adherent to treatment that must be endured. This research aims to gain result the applying of self management techniques against medication adherence of NAP patient with HIV in the Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi PutraYogyakarta. This study focuses on the application of self-management techniques that include self-monitoring, self reinforcement and self evaluation of medication adherence that includes aspects of belief, accept and act on the subject. Researchers used quantitative approach by using the method of single subject design N = 1 model A-B-A now where the measurements and observations made in each phase. The subject in this study as many as one person with initials NAP. The purpose of this study is to look at the effect of applying the self management technique against NAP’s medication adherence. The results of this study indicate that the application of self-management techniques have a positive effect in improving NAP’s medication adherence with skor of 2SD smaller than skor of the mean phase difference A2 and A1. Stages through the application of this technique is extracting and determining value, set goals, formulate an action plan, the implementation of self-monitoring, self reinforcement and self evaluation. Based on the analysis of the results of the study concluded that the motivation, participation and discipline will determine the effectiveness of the intervention. Support of family members is also important to support the commitment of the subjects in this therapy.Keywords: behavior modification, HIV, medication adherence, self-management AbstrakManusia dapat memutuskan dan menentukan dirinya sendiri. Berdasarkan asumsi tersebut teknik self management merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang memfokuskan pada regulasi diri. Self management merupakan salah satu strategi dalam pendekatan perilaku kognitif dimana dalam penerapannya, subjek diharapkan kehadiran penuh selama proses intervensi. NAP adalah seorang penderita HIV dan telah menjalani terapi ARV. Kejenuhan, kelelahan dialami NAP selama mengikuti terapi ARV, sehingga ditemukan beberapa kali subjek meninggalkan ketentuan-ketentuan medis. Perilaku sehat pada orang sakit (dalam kasus ini seseorang yang menderita HIV) salah satunya adalah patuh terhadap pengobatan yang harus dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari penerapan teknik self management terhadap kepatuhan berobat subjek NAP sebagai penderita HIV di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Yogyakarta. Penelitian ini menitikberatkan pada penerapan teknik self management yang mencakup self monitoring, self reinforcement dan self evaluation terhadap kepatuhan berobat yang mencakup aspek mempercayai (belief), menerima (accept) dan tindakan (act) pada subjek. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode single subject design N=1 dengan model A-B-A dinama pengukuran dan pengamatan dilakukan di setiap fase. Subjek dalam penelitian ini sebanyak satu orang dengan inisial NAP. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penerapan teknik self management terhadap kepatuhan berobat subjek NAP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik self management mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan kepatuhan berobat subjek NAP dengan nilai 2SD lebih kecil dari selisih mean fase A2 dan A1. Tahapan yang dilalui dalam penerapan teknik ini adalah penggalian dan penentuan value, menetapkan goals, merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan self monitoring, self reinforcement dan self evaluation. Berdasarkan analisa hasil penelitian disimpulkan bahwa motivasi, peran serta dan kedisiplinan akan menentukan efektifitas intervensi. Dukungan anggota keluarga juga penting untuk mendukung komitmen subjek dalam terapi ini.Kata kunci:  HIV, kepatuhan berobat, modifikasi perilaku, self management


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Umi Salamah

Abstract Task-Centered Models include Cognitive-Behavior Therapy (CBT) and Task-Centered Therapy begins with light Cognitive Therapy  focuses on thoughts, next Behavioral Therapy focus on act and reward application. Behavioural therapy also as a preface into task-centered therapy as conditioning. Comorbid symptoms of anxiety, aggression, and depression are target of changes. Using methods of action research, with Single Subject Design with pattern model of A-B at one baseline period (control) and two intervention period (treatments phase). The purpose of this study is to proof main hypothesis H1 = Task-Centered Models can reduce symptoms of anxiety, aggression and depression of  respondent Y or H0 = Task-Centered Models can not reduce symptoms of anxiety, aggression and depression of respondent Y. Related with research setting, qualitative analysis of the research subjects should also be included. Hypothesis is tested by using the formula of 2 standard deviation (2 SD), visual analysis within and between conditions. Test result shows that the entire hypothesis is accepted  with  and fulfill criterias of visual analysis significant. Its concluded that intervention effectiveness define by motivation, participation and discipline,parent commitment is vital for therapy that demands action and consistency, maintaining cognitive of respondent are essential for reducing stressors of recurrence through recreational activity and positive emotion building.Key words: Psychiatric Social Worker, Psychiatric Disorder, Cognitive-Behavior Therapy, Task- Centered TherapyAbstrak Model Task-Centered meliputi Cognitive-Behaviour Therapy (CBT) dan Terapi Berpusat Tugas (Task-Centered), dimulai oleh Terapi Kognitif ringan yang fokus pada pikiran, kemudian Terapi Behavioral fokus pada kegiatan (tindakan) tujuan dan penentuan bentuk imbalan (rewards). Terapi Behavioural menjadi pengantar terapi berpusat-tugas yang bersifat conditioning. Gejala penyerta anxiety (kegelisahan), aggression (agresifitas), dan depression (depresi) merupakan target perubahan. Pilihan metode penelitian yaitu penelitian tindakan (action research) dengan Desain Subjek Tunggal (Single Subject Design) dengan pola A-B dalam satu periode baseline (kontrol) dan dua periode intervensi (treatment phase). Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis utama; H1= task-centered model dapat menurunkan gejala anxiety, aggression dan depression responden Y atau H0= task-centered model tidak dapat menurunkan gejala anxiety, aggression dan depression responden Y. Berkaitan dengan setting penelitian, penjelasan kualitatif cukup penting untuk dilakukan. Secara kuantitatif, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus 2 standard deviation (2 SD) dan analisis visual dalam kondisi. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil bahwa hipotesis diterima ( ) dan memenuhi kriteria signifikansi dalam analisis visual. Kesimpulan penelitian adalah efektifitas intervensi ditentukan motivasi, peran serta dan tingkat kedisiplinan, komitmen orangtua penting dalam terapi yang menuntut aksi dan konsistensi responden, penekanan kognitif responden menurunkan stressor kekambuhan melalui kegiatan rekreatif dan positive emotion building.Kata kunci: Pekerja Sosial Medis Setting Kesehatan Mental, Gangguan Kejiwaan, Terapi Kognitif-Behavior, Terapi Berpusat Tugas


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document