The effect of Body Action Therapy on the valgus Q-angle

2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 77-84
Author(s):  
Nammee Ryu ◽  
choyoung Yook
Keyword(s):  
2021 ◽  
Vol 11 (12) ◽  
pp. 5536
Author(s):  
Ádám Uhlár ◽  
Mira Ambrus ◽  
Márton Kékesi ◽  
Eszter Fodor ◽  
László Grand ◽  
...  

(1) Dynamic knee valgus is a predisposing factor for anterior cruciate ligament rupture and osteoarthritis. The single-leg squat (SLS) test is a widely used movement pattern test in clinical practice that helps to assess the risk of lower-limb injury. We aimed to quantify the SLS test using a marker-less optical system. (2) Kinect validity and accuracy during SLS were established by marker-based OptiTrack and MVN Xsens motion capture systems. Then, 22 individuals with moderate knee symptoms during sports activities (Tegner > 4, Lysholm > 60) performed SLS, and this was recorded and analyzed with a Kinect Azure camera and the Dynaknee software. (3) An optical sensor coupled to an artificial-intelligence-based joint recognition algorithm gave a comparable result to traditional marker-based motion capture devices. The dynamic valgus sign quantified by the Q-angle at the lowest point of the squat is highly dependent on squat depth, which severely limits its comparability among subjects. In contrast, the medio-lateral shift of the knee midpoint at a fixed squat depth, expressed in the percentage of lower limb length, is more suitable to quantify dynamic valgus and compare values among individual patients. (4) The current study identified a new and reliable way of evaluating dynamic valgus of the knee joint by measuring the medial shift of the knee-over-foot at a standardized squat depth. Using a marker-less optical system widens the possibilities of evaluating lower limb functional instabilities for medical professionals.


2010 ◽  
Vol 33 (2) ◽  
pp. 97-104 ◽  
Author(s):  
Aikaterini E. Tsakoniti ◽  
Dimitris G. Mandalidis ◽  
Spyros I. Athanasopoulos ◽  
Christoforos A. Stoupis
Keyword(s):  
Q Angle ◽  

2012 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 45-51 ◽  
Author(s):  
Sandra Aliberti ◽  
Mariana Souza Xavier Costa ◽  
Sílvia Maria Amado João ◽  
Anice de Campos Pássaro ◽  
Antonio Carlos Arnone ◽  
...  

The aim of the present study was to investigate the association between the patellofemoral pain syndrome and the clinical static measurements: the rearfoot and the Q angles. The design was a cross-sectional, observational, case-control study. We evaluated 77 adults (both genders), 30 participants with patellofemoral pain syndrome, and 47 controls. We measured the rearfoot and Q angles by photogrammetry. Independent t-tests were used to compare outcome continuous measures between groups. Outcome continuous data were also transformed into categorical clinical classifications, in order to verify their statistical association with the dysfunction, and χ2 tests for multiple responses were used. There were no differences between groups for rearfoot angle [mean differences: 0.2º (95%CI -1.4-1.8)] and Q angle [mean differences: -0.3º (95%CI -3.0-2.4). No associations were found between increased rearfoot valgus [Odds Ratio: 1.29 (95%CI 0.51-3.25)], as well as increased Q angle [Odds Ratio: 0.77 (95%CI 0.31-1.93)] and the patellofemoral pain syndrome occurrence. Although widely used in clinical practice and theoretically thought, it cannot be affirmed that increased rearfoot valgus and increased Q angle, when statically measured in relaxed stance, are associated with patellofemoral pain syndrome (PFPS). These measures may have limited applicability in screening of the PFPS development.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 72-78
Author(s):  
Adnan Faris Naufal ◽  
Dini Afriani Khasanah ◽  
Ulfa Noviyana

ABSTRAK Patellofemoral pain syndrome tidak memikili definisi gejala yang jelas karena gejala dan sakit yang dirasakan pasien mungkin berbeda dan rata-rata mengganggu aktivitas fisik pasien. Salah satu konsep penting dalam patellofemoral joint adalah Q-angle. Secara teoritis, lebih tinggi Q-angle meningkatkan tarikan lateral paha depan femoris pada patella dan mempotensiasi gangguan patellofemoral. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hubungan antara nyeri lutut anterior dan Q-angle. Pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kujala score untuk mengukur keluhan patellofemoral pain syndrome, untuk mengukur besar sudut Q-angle diukur dengan goniometer. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan Q-angle dan patellafemoral pain syndrome pada pemain bola basket wanita. Nilai p value dari Q-angle sebesar 0,024 sehingga Ho ditolak dengan nilai r = 0,579 menunjukan hubungan positif dan kekuatan korelasi yang tinggi, patellofemoral pain syndrome 0,043 dengan nilai r = 0,528 menunjukan hubungan positif dan kekuatan korelasi yang kuat. Nilai korelasi tersebut menunjukkan terdapat hubungan Q-angle terhadap keluhan patellofemoral pain syndrome.  


2021 ◽  
Vol 27 (1) ◽  
pp. 41-54
Author(s):  
Magdalena Sri Febiolita Tambunan ◽  
Hartanto Hartanto ◽  
Handy Winata Hon

Futsal adalah jenis olahraga sepakbola populer dengan jumlah pemain yang meningkat di dunia. Tingginya insidensi cedera pada atlet futsal sering melibatkan ekstremitas bawah terutama pada bagian tungkai atas. Beberapa faktor berhubungan dengan kejadian cedera pemain futsal, salah satunya karakteristik anatomis. Literature review ini bertujuan untuk mengulas gambaran panjang femur dan Q angle dengan kejadian cedera pada olahraga. Literature review ini menggunakan data dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan sumber lain serta database Pubmed yang berhubungan. Bentuk kepustakaan diutamakan berupa jurnal ilmiah dan dipublikasikan dalam 2015-2020. Pemilihan literatur mempertimbangkan hierarki piramida level of evidence. Berdasarkan penelitian yang relevan, ekstremitas bawah merupakan lokasi cedera tersering dari keseluruhan cedera dan tungkai atas merupakan bagian tubuh yang sering terkena pada pemain futsal. Faktor yang berhubungan dengan kejadian cedera tungkai secara umum adalah riwayat cedera sebelumnya, kesehatan tubuh, kebugaran fisik, dan warming up. Sedangkan faktor yang secara khusus meningkatkan cedera tungkai atas yaitu jenis kelamin, lebar panggul, tinggi badan, panjang femur, Indeks massa tubuh (IMT), kelelahan otot, dan Q-angle. Banyak faktor yang diketahui berhubungan dengan peningkatan kejadian cedera meskipun hasilnya berbeda-beda antar penelitian. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan pengaruh panjang femur terhadap kejadian cedera walaupun tidak secara langsung.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document