Jurnal Kedokteran Meditek
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

94
(FIVE YEARS 94)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Kristen Krida Wacana

2686-0201

2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 124-128
Author(s):  
Feda Anisah Makkiyah ◽  
Rahmah Hida Nurrizka

Objective and Importance. To illustrate the development of a rare case of spontaneous subdural hematoma (SDH)  secondary to aplastic anemia and conservative treatment of SDH. Clinical Presentation. A 43-year-old male complained of severe progressive headaches that starting from one month ago. His laboratory values showed pancytopenia and his peripheral blood smear showed no abnormalities except lack of the number of erythrocytes, leukocyte, and thrombocyte and we could not find any malignancy in the smear. He experienced headache,  disorder of balance and decrease of consciousness  CT imaging of the head showed  a 7.0 cm (2 cm thickness) left frontal-parietal subdural hematoma. Conclusion. Aplastic anemia is a rare case with manifested of subdural hematoma.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 183-189
Author(s):  
Carennia Paramita ◽  
Elcha Leonard

Miopia adalah kelainan refraksi dengan prevalensi kasus tertinggi secara global terutama pada anak usia sekolah. Dalam jangka panjang, miopia dapat meningkatkan risiko gangguan visus permanen dan mempengaruhi kualitas hidup anak di masa dewasa sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Selama pandemi COVID-19, pemerintah telah menetapkan pembatasan kegiatan masyarakat, salah satunya dengan memberlakukan kebijakan belajar dari rumah bagi anak usia sekolah. Kegiatan belajar dari rumah tentu akan meningkatkan penggunaan gawai pada anak serta mengurangi pajanan anak terhadap sinar matahari alami sehingga berkaitan erat dengan peningkatan kasus miopia. Padahal, lamanya anak melakukan aktivitas di luar rumah berperan dalam membatasi pertambahan elongasi aksial bola mata dan perubahan miopia dalam refraksi. Sebaliknya, aktivitas jarak dekat serta paparan terhadap gawai secara intens dapat meningkatkan kondisi asthenopia dan berisiko menimbulkan ledakan kasus miopia. Masalah ini dapat menambah beban peningkatan kasus miopia terutama di dalam masa pandemi COVID-19 yang belum dapat diketahui akhirnya. Oleh karena itu, diperlukan langkah pencegahan miopia selama masa pandemi yang tepat dan efektif. Hal tersebut menjadi fokus pembahasan telaah pustaka ini. Para orang tua, guru, tenaga kesehatan dan pemerintah harus bersama-sama mempromosikan gaya hidup sehat serta mewujudkan upaya pencegahan miopia pada anak usia sekolah.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 173-182
Author(s):  
Wani Devita Gunardi
Keyword(s):  

Corona Virus Disease 19 (penyakit COVID-19) yang disebabkan oleh virus Corona pertama kali merebak di kota Wuhan di China pada akhir Desember 2019 dan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Diagnosis COVID-19 biasanya didasarkan pada anamnesis riwayat perjalanan seseorang dari daerah pandemik, gejala klinis dan beberapa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang cepat dan spesifik sangat diperlukan untuk mempercepat penanganan atau mengendalikan kasus. Sampai saat ini metode pemeriksaan yang cepat dan akurat masih terus dikembangkan. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan dibahas mengenai beberapa metode pemeriksaan COVID-19, kelebihan dan kekurangannya serta cara memilih metode pemeriksan yang tepat. Metode yang akan dibahas antara lain yaitu metode molekuler, imunoserologi, radiologi, rapid antigen, GeNose, dan metode lainnya.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 129-135
Author(s):  
Calvin Augurius ◽  
Suryadi Susanto ◽  
Yorisye Septiana

Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologis maupun non fisiologis yang secara klinis menimbulkan gejala yang disebut ikterus (kuning). Pada neonatus, kadar serum bilirubin indirek yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan tidak dapat disembuhkan. Fototerapi dan transfusi tukar adalah dua strategi terapeutik utama untuk mencegah kerusakan otak akibat bilirubin pada neonatus. Bilirubin, yang merupakan target fototerapi ini menyerap sinar secara maksimal pada rentang spektrum biru (460-490 nm). Namun, literatur lain mengatakan spektrum panjang gelombang yang berbeda, yaitu pirus (497 nm) juga sama efektifnya dalam menurunkan kadar bilirubin. Eligibilitas dari metode penelitian ini berdasarkan Participant, Intervention, Comparison, and Outcomes (PICO) dan penggunaan Boolean Operator. Berdasarkan seleksi studi dan penilaian kualitas, didapatkan 9 artikel yang dapat dianalisa. Pada bagian pembahasan didapatkan fototerapi lampu hijau dengan panjang gelombang (500nm) memiliki efektifitas yang sama dengan fototerapi gelombang biru dalam penurunan total serum bilirubin, sehingga dapat digunakan sebagai fototerapi alternatif. Fototerapi LED tidak lebih unggul dalam efektifitas penurunan total serum bilirubin jika dibandingkan dengan fototerapi konvensional. Hal ini dikarenakan iradiasi dalam keadaan normal fototerapi LED lebih tinggi dibandingkan dengan fototerapi konvensional sehinnga meningkatkan efektifitas dari fototerapi LED.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 114-123
Author(s):  
Michael Indra Lesmana ◽  
Ritsia Anindita Wastitiamurti ◽  
Nur Ezaithirah Nadihah binti Md Eusofe

In Indonesia, the prevalence of cataract is 80 %. The main purpose of phacoemulsification with theimplantation of intraocular lens (IOL) is to improve visual acuity on cataract patient. The outcome ofcataract surgery should be evaluated based on visual acuity and quality of vision. Contrast sensitivityexamination can provide important information about the visual capabilities of individuals. The aim of thisresearch is to find out the contrast sensitivity value on cataract patients after phacoemulsification with theimplantation of hydrophobic aspheric monofocal IOL at FMC Hospital, Sentul on December 2018 untilJanuary 2019. This research used cross sectional descriptive design. The contrast sensitivity test isconducted on subject that fulfill the inclusive and exclusive criteria. This test is conducted using Vistech6500. The mean value of contrast sensitivity of 50 eyes at 1.5 cpd was 184.11, at 3 cpd was 235.5, at 6 cpdwas 207.360, at 12 cpd was 119.830, and at 18 cpd was 52.914. The result, the mean contrast sensitivity of50 eyes at the 1.5 and 3 cpd is higher compared to maximum value of Vistech 6500. However at 6, 12 and 18cpd the mean contras sensitivity depleted compared to maximum value of Vistech 6500. The result of meancontrast sensitivity based on age was the middle-aged (45-59 years) had a better contrast sensitivitycompare than young old (60-74 years) and very old category (75-90 years).


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 102-108
Author(s):  
Theresia Ervina ◽  
Ade Dharmawan ◽  
Elisabeth D Harahap ◽  
Henny Tannady Tan ◽  
Rini Latifah

Pneumonia merupakan penyebab utama keenam kematian di Amerika Serikat. Pada anak-anak, pneumonia adalah satu-satunya penyebab kematian terbesar di dunia yaitu sekitar 15% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun. Prevalensi kejadian pneumonia menurut Riset Kesehatan Dasar di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,5%. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) adalah patogen paling umum penyebab pneumonia. Pada saat terapi empiris biasanya terjadi penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat sehingga menyebabkan resistensi antibiotik. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian diambil dengan teknik total population sampling, yaitu seluruh pasien  terdiagnosis pneumonia yang dirawat inap di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo selama periode Januari – Juni 2019 yang sesuai dengan kriteria inklusi sejumlah 74 orang. Bahan penelitian yaitu data sekunder berupa data rekam medis. Didapatkan pola bakteri penyebab pneumonia didominasi oleh bakteri gram negatif dan didapatkan tiga bakteri terbanyak. Dari hasil uji kepekaan antibiotik pada bakteri gram positif, didapatkan antibiotik yang memiliki tingkat sensitivitas diatas 70% adalah linezolid, nitrofuranton, teicoplanin, dan vancomycin. Sedangkan, pada gram negatif adalah amikacin, gentamicin, imipenem, meropenem, dan piperacillin-tazobactam.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 157-163
Author(s):  
Beatrix Clarissa Gunarta ◽  
Rina Priastini Susilowati ◽  
Liauw Djai Yen ◽  
Budiman Hartono

Nyamuk merupakan salah satu vektor penyakit bagi manusia seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya, filariasis, dan sebagainya. Habitat tempat tinggal nyamuk ini erat hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal manusia sehingga penularan sangat rawan terjadi. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi insidensi tersebut salah satunya yaitu dengan penggunaan insektisida sintesis maupun bioinsektisida. Tinjauan pustaka ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui kajian efektivitas insektisida berbahan bunga krisan dan jeruk nipis terhadap mortalitas nyamuk. Penelusuran kepustakaan dicari melalui Google Scholar, Emerald, PubMed dan Proquest dengan kata kunci Chrysanthemum AND LC50 AND mosquito dan Citrus aurantifolia AND LC50 AND mosquito. Dua puluh tiga makalah dipilih untuk penulisan tinjauan pustaka ini. Keefektivan Chrysanthemum sp. dan Citrus aurantifolia sebagai insektisida dapat dilihat dari nilai LC50 yang didapatkan. Chrysanthemum sp. dan Citrus aurantifolia merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan insektisida.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 164-172
Author(s):  
Purnamawati Purnamawati ◽  
Christopher Tandrian ◽  
Erma Mexcorry Sumbayak ◽  
Wiwi Kertadjaya
Keyword(s):  

Berdasarkan data GLOBOCAN (2020), kanker paru merupakan penyakit keganasan yang paling mematikan di dunia dengan insiden terbanyak terjadi di Asia Tenggara. Dua per tiga kematian akibat kanker paru ini diketahui berkaitan dengan aktivitas merokok. Di Indonesia, kanker paru menduduki tempat tertinggi untuk insiden maupun mortalitas kanker pada laki-laki. Penelitian-penelitian epidemiologi sebelumnya menunjukkan pola kejadian yang khas pada penderita kanker paru yaitu didominasi oleh laki-laki yang umumnya memiliki riwayat merokok dengan gambaran histopatologi adenocarcinoma. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis gambaran kejadian kanker paru primer di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Desain penelitian yang digunakan adalah Literature Review melalui pencarian database menggunakan Google Schoolar dan Medscape. Kata kunci yang digunakan adalah kanker paru Indonesia, epidemiologi kanker paru Indonesia, kejadian kanker paru Indonesia, dan data pasien kanker paru Indonesia. Di dapatkan 30 jurnal yang memuat topik tersebut, namun hanya 21 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil analisis tinjauan pustaka ini menunjukkan kejadian kanker paru pada pasien di berbagai rumah sakit di Indonesia pada tahun 2014-2019 memiliki gambaran pola kejadian kanker paru primer yang sesuai dengan teori maupun berbagai hasil penelitian epidemiologi kanker paru sebelumnya dengan sedikit perbedaan pada gambaran demografi usia yang dapat disebabkan oleh karena bervariasinya faktor risiko kanker paru pada berbagai daerah di Indonesia.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 136-146
Author(s):  
Natalia Rania Sutanto ◽  
Windy Keumala Budianti
Keyword(s):  

Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kulit akibat aktivasi terhadap sistem imun bawaan dan adaptif. Etiopatogenesis psoriasis merupakan proses kompleks dan multifaktorial, yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti stres, trauma, dan infeksi. Pada pasien dengan psoriasis kategori sedang hingga berat dan lesi lokalisata di area skalp, wajah, kuku, telapak tangan dan kaki, serta genital merupakan indikasi untuk pemberian terapi dengan obat sistemik. Saat ini terdapat berbagai pilihan terapi sistemik yang tersedia yaitu obat sistemik konvensional, terapi small molecules, obat biologik, dan biosimilarnya yang terdiri atas inhibitor TNF-α, inhibitor IL-12/23, inhibitor IL-17, dan inhibitor IL-23. Selama dekade terakhir, tata laksana psoriasis telah mengalami pergeseran paradigma yaitu obat biologik dan biosimilarnya mulai menjadi pilihan utama karena telah terbukti memiliki efektivitas baik, dengan efek samping minimal. Tinjauan pustaka ini membahas perkembangan terapi sistemik psoriasis terkini sehingga diharapkan dapat memberikan acuan untuk memilih terapi yang tepat, efektif, dan aman untuk pasien psoriasis.


2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 95-101
Author(s):  
Flora Rumiati ◽  
Rina Priastini Susilowati ◽  
Sancia Nathania Legenie Banuang

Kecoa merupakan salah satu hama yang menjadi pembawa penyakit. Untuk mengatasi populasi kecoa diperlukan adanya insektisida yang efektif, aman dan tidak bersifat resistensi. Bahan kimia aktif di dalam ekstrak daun permot (Passiflora foetida) yang dapat digunakan sebagai insektisida antara lain ermanin, vitexin, harmalin, dan harmin pada permot. Bahan kimia aktif tersebut bersifat neurotoksin. Selain itu, digunakan kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun dan batang sereh (Cymbopogon nardus). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bioefikasi pemberian ekstrak daun permot dan daun batang sereh terhadap mortalitas kecoa Jerman (Blattella germanica). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Sampling penelitian dihitung dengan rumus Federer. Kecoa Jerman ditempatkan pada 6 kandang sesuai kelompok perlakuan dengan 5 kali ulangan. Kelompok perlakuan adalah kontrol negatif (tanpa paparan), kontrol positif (disemprot dengan insektisida sintetik berbahan praletin 0,170%, d-alletrin 0,135 % dan sipermetrin 0,100 %), kelompok perlakuan campuran ekstrak daun permot dan daun batang sereh dengan dosis 0,05%, 0,10%, 0,20%, dan 0,40%. Pengamatan dilakukan setelah 10 menit pertama penyemprotan, dilanjutkan tiap jam selama 6 jam dan 24 jam. Kecoa dinyatakan mati jika badan terbalik dan tidak ada gerakan. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai LC50 sebesar 341 ppm, dan nilai LC90 sebesar 1175 ppm. Berdasarkan uji one way Anova diperoleh hasil adanya perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan insektisida berbahan campuran ekstrak daun permot dan daun batang sereh. Dapat disimpulkan bahwa campuran daun permot dan daun batang sereh memiliki efek neurotoksik yang mematikan pada kecoa Jerman dosis 1175 ppm.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document