AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

125
(FIVE YEARS 58)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LPPM Universitas Malikussaleh

2502-8715, 2477-5231

Author(s):  
Mauliza Mauliza ◽  
Noviana Zara ◽  
Narisha Amelia Putri
Keyword(s):  

Neonatus memiliki peran penting untuk tumbuh kembang anak. Neonatus memiliki komposisi udara sekitar 75% yang akan berkurang dalam minggu pertama karena terjadi pergeseran cairan dari intraseluler ke ekstraseluler. Proses kehilangan cairan dipengaruhui oleh frekuensi miksi, defekasi, dan mengakibatkan kejadian kejadian penurunan berat badan neonatus ≥5%. Menurut penelitian Mezzacappa 2016 didapatkan data neonatus sebanyak 25,8% yang mengalami penurunan berat badan berlebih yaitu sekitar 9,4% ± 1,1%, dan didapatkan neonatus yang mengalami penurunan lebih dari 10% yaitu sebanyak 4,8% neonatus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat konferensi frekuensi miksi, defekasi,studi longitudinal ). Hasil analisis univariat didapatkan frekuensi miksi, defekasi, penurunan berat badan badan neonatus dalam batas normal. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-squaredan alternatifnya dengan mempertimbangkan nilai p <0.05 menunjukkan perbedaan antara frekuensi miksi dan penurunan berat badan [(P = 0.005), (OR = 8.105), (95% CI = 1.630-40.295)]; terdapat perbedaan antara frekuensi defekasi dan penurunan berat badan [(P = 0.026), (OR = 3.600), (95% CI = 1.140-11.373)]; tidak ada perbedaan antara frekuensi minum dan penurunan berat badan [total (P = 0.291), (OR = 3.172), (95% CI = 0.332-30.359)]; [ASI (P = 0.808), (OR = 1.150), (95% CI = 0.372-3.551)]; [susu formula (P = 0.415), (OR = 1.474), (95% CI = 0.375-5.797)]. Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan antara frekuensi miksi dan defekasi dengan penurunan berat badan neonatus, tetapi tidak ada perbedaan antara frekuensi minum dengan penurunan berat badan neonatus.


Author(s):  
Al-Muqsith Al-Muqsith ◽  
Cut Sidrah Nadira

Kebiasaan mengkonsumsi jajanan seperti minuman sirup yang diproduksi dari industri rumah tangga sudah menjadi kebiasaan umum yang ditemui di berbagai tingkat sosial ekonomi masyarakat di wilayah Indonesia. Pembuatan minuman sirup tersebut masih didapati memakai bahan kimia tambahan berupa pemanis buatan seperti siklamat. Penggunaan siklamat perlu diwaspadai karena dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar siklamat dalam sirup tradisional Aceh yang dijual di kota Lhokseumawe. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi ada tidaknya kandungan siklamat di dalam sirup secara kualitatif menggunakan metode uji pengendapan dan uji kromatografi lapis tipis (KLT), sedangkan penetapan kadar siklamat ditentukan secara kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 7 sampel sirup tradisional aceh yang diuji, semuanya positif mengandung natrium siklamat, dengan  kadar siklamat tertinggi pada sampel E yaitu 25,54165 mg/kg dan terendah pada sampel D yaitu 6,38095 mg/kg. Kesimpulan yang didapat bahwa kadar natrium siklamat sebagai pemanis tambahan yang didapat pada seluruh sampel sirup masih sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh BPOM tahun 2019 yaitu 250-350 mg/kg.


Author(s):  
Cut Khairunnisa ◽  
Cut Sidrah Nadira ◽  
Yuziani Yuziani
Keyword(s):  

Pengetahuan tentang tuberkulosis pada mahasiwa kedokteran merupakan hal yang penting untuk dicapai. Karena sampai saat ini, tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi perhatian dunia. Data WHO menyebutkan sekitar 10 juta orang terinfeksi TB paru tahun 2018 dan 1,4 juta orang meninggal dunia. Tuberkulosis telah menjadi penyakit yang mengakibatkan kematian tinggi di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. Sementara saat ini Indonesia menempati posisi tertinggi ketiga di dunia dengan jumlah kasus TB terbanyak. Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Pengendalian TB sangat membutuhkan keterlibatan banyak pihak, pihak yang memiliki peran strategis dalam pengendalian TB ini salah satunya adalah sumberdaya manusia (SDM) kesehatan dalam hal ini adalah dokter yang memiliki kompetensi yang cukup mumpuni. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pemahaman mahasiswa kedokteran dalam menanggulangi penyakit tuberkulosis setelah mereka menjalani perkuliahan pada Blok/mata kuliah sistem respirasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah mahasiswa FK Unimal yang telah mengikuti Blok Gangguan Sistem Respirasi yang berjumlah 208 yang dipilih secara random. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiwa FK Unimal tentang tuberkulosis secara umum, determinan dan tatalaksana tuberkulosis dominan dalam kategori cukup.  


Author(s):  
Rizka Sofia ◽  
Juwita Sahputri
Keyword(s):  

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tipe baru coronavirus dengan gejala umum demam, kelemahan, batuk, kejang dan diare. Kejadian kasus Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari sehingga petugas kesehatan sebagai garis depan semakin tertekan karena meningkatnya beban kerja, mengkhawatirkan kesehatan mereka, dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko status keluarga, pengetahuan, ketersediaan alat pelindung diri, dan kejujuran pasien terhadap kecemasan kecemasan tenaga kesehatan di Kota Lhokseumawe dalam menghadapi Covid-19. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 tenaga kesehatan yang bertugas di seluruh puskesmas di Kota Lhokseumawe. Metode analisis data menggunakan analisis regresi logistic ordinal. Hasil analisis logistic ordinal menunjukkan bahwa status keluarga secara signifikan tidak berpengaruh terhadap kecemasan tenaga kesehatan. Sementara, tingkat pengetahuan, ketersediaan APD, dan kejujuran pasien secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan tenaga kesehatan dalam menghadapi Covid-19 dengan nilai odds ratio masing masing sebesar (7,86), (9,86), dan (5,45). Faktor risiko ketersediaan APD mempunyai kecenderungan yang paling kuat (9,86) dalam mempengaruhi kecemasan tenaga kesehatan di Kota Lhokseumawe dalam menghadapi Covid-19.


Author(s):  
Harvina Sawitri ◽  
Nora Maulina

AbstrakCoronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Gejalanya demam, batuk, dan sesak napas yang membutuhkan perawatan di RS. Orang yang lebih tua dan memiliki masalah medis mendasar seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang serius. Kasus coronavirus pertama kali ditemukan di Cina. Setelah itu, dalam beberapa minggu, virus ini menyebar ke seluruh bagian negara Cina dan dalam kurun waktu 1 bulan menyebar ke negara lainnya, termasuk Italia, Amerika Serikat, dan Jerman hingga ke Asia. Kematian akibat virus ini telah mencapai 580.045 kasus. Tingkat kematian akibat penyakit ini mencapai 4-5% dengan kematian terbanyak terjadi pada kelompok usia di atas 65 tahun. Tenaga medis berperan penting menolong pasien di rumah sakit, klinik dan tempat medis lainnya. Semua tenaga medis termasuk dokter, perawat dan bidan serta dokter muda akan mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk memerangi penyebaran virus. Seluruh tenaga medis dari berbagai profesi dan kelompok yang terlibat dalam merawat pasien akan sangat mudah tertular coronavirus. Penelitian ini bertujuan mengetahui Persepsi (termasuk pengetahuan dan sikap) dokter muda dalam menghadapi wabah Coronavirus. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Cut Meutia pada tahun 2020 dengan menggunakan rancangan penelitian Cross-Sectional dan metode sampling Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dokter muda mempunyai pengetahuan yang baik (67%), sikap yang baik (68%) dan persepsi yang baik (72%) dalam menghadapi pandemi COVID-19 ditempat pendidikannya. Namun masih banyak persepsi yang salah tentang virus COVID-19 seperti masih terpengaruh dengan postingan media sosial (54,7%), terpengaruh dengan perbincangan pandemi virus Corona di media massa (50,7%) dan 34,7 % menganggap anda virus COVID-19 adalah senjata biologi.


Author(s):  
Khairunnisa z Khairunnisa z ◽  
Rizka Sofia ◽  
Sulfia Magfirah

Covid-19 is a global outbreak that is not ended yet and a significant amount of positive cases are keep increasing. Positive cases and the death rates are increasing in Indonesia, therefore it is necessary to break the chain to prevent the spread of Covid-19. The purpose of this research is to find out the relation between characteristics and knowledge levels with prevention behavior of Covid-19 in society of Paya Bujok Blang Pase Langsa City. The research method that has been used was an analytical study with cross sectional design and the statistical analysis was the chi square test. The sampling technique in this research used a simple random sampling with a total of 260 people according to inclusion and exclusion criteria. The results of the univariate analysis found that the highest level of knowledge was good (73.5%), and the highest level of behavior was good (67.7%). The results of the bivariate analysis found that there was no relationship between gender and Covid-19 prevention behavior (p value 0.427), there was no relationship between work and Covid-19 prevention behavior (p value 0.230), and there was a relationship between age, education, and knowledge with Covid-19 prevention behavior (p value 0.000). The conclusion of this research is there is no relationship between gender and work with Covid-19 prevention behavior and there is a relationship between age, education, and level of knowledge with Covid-19 prevention behavior.


Author(s):  
Juwita Sahputri ◽  
Rizka Sofia

Covid-19 saat ini merupakan masalah kesehatan diseluruh belahan dunia dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif dan jumlah kematian yang terus meningkat. WHO telah metapkan Covid-19 sebagai kejadian pandemi. Tingginya kasus Covid-19 ini berhubungan dengan persepsi individu terhadap suatu penyakit yang akan membentuk perilaku pencegahan penularan Covid-19 sesuai dengan peraturan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan penularan terhadap Covid-19 pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran FK Unimal angkatan 2017 berdasarkan Health Belief Model. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan metode cross sectional dengan total sampling sebanyak 86 responden. Hasil penelitian didapatkan 65,1% responden memiliki perilaku pencegahan Covid-19 pada kategori cukup baik. persepsi kerentanan (perceived susceptible) dengan kategori baik sebanyak 28 responden (32,6%) dan kategori cukup baik sebanyak 58 responden (67,4%). Persepsi keparahan (perceived severity) kategori baik sebanyak 35 responden (40,7%) dan cukup baik 51 responden (59,3%). Persepsi hambatan (perceived barriers) kategori baik sebanyak 17 responden (19,8%) dan cukup baik 69 responden (80,2%). persepsi manfaat (perceived benefits) didapatkan kategori baik sebanyak 45 responden (52,3%), cukup baik 39 responden (45,3%) dan kurang baik 2 responden (2,3 %). Pada persepsi isyarat untuk bertindak (cue to action) didapatkan kategori baik sebanyak 47 responden (54,7%) dan cukup baik 39 responden (45,3%). Kesimpulannya persepsi HBM dan perilaku pencegahan Covid-19 responden pada kategori cukup baik. 


Author(s):  
Harvina Sawitri ◽  
Nora Maulina
Keyword(s):  

 Kopi merupakan salah satu minuman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia dan memiliki aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya. Minum kopi saat ini sudah menjadi bagian penting dari gaya hidup sebagian besar orang, karena kopi dianggap mampu mengurangi depresi akibat dari banyaknya dan padatnya aktivitas masyarakat sehari-hari, termasuk mahasiswa. Kebiasaan minum kopi dapat menyebabkan perubahan pH saliva karena kandungan sukrosa pada kopi, yaitu dimana sintesa ekstra sel sukrosa lebih cepat daripada gula lainnya, sehingga lebih cepat diubah menjadi asam oleh mikroorganisme di dalam rongga mulut. Penurunan pH saliva dapat menyebabkan  demineralisasi  elemen-elemen  gigi  dengan cepat, sedangkan kenaikan pH dapat membentuk kolonisasi bakteri yang menyimpan juga meningkatnya pembentukan kalkulus. Saliva dengan pH  kritis yaitu 5,5 dapat mengakibatkan disolushidroksiapatit yang disebut demineralisasi pada gigi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Kedokteran Universitas Malikussaleh untuk mengetahui derajat pH saliva pada mahasiswa yang mengkonsumsi kopi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh angkatan 2016-2018 dengan jumlah sampel 60. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan disain cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat


Author(s):  
Ahmad Fikri Pulungan ◽  
Sri Wahyuni

AbstrakAir minum sangat penting untuk kesehatan manusia karena berhubungan langsung dengan proses biologis tubuh. Depot air minum isi ulang adalah usaha pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan dijual langsung kepada konsumen. Air Minum Isi Ulang (AMIU) dapat terkontaminasi oleh logam berat seperti kadmium akibat dari aktivitas manusia dan proses alami lingkungan. Kadmium adalah logam berat yang berbahaya karena bersifat non-degradable dalam tubuh organisme hidup dan memiliki efek toksik bagi tubuh walau dalam kadar yang sangat rendah. Akumulasi kronis Cd dapat mengakibatkan kerusakan tubular ginjal dan kanker. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan uji laboratorium. Kandungan Cd diukur dengan Atomic Absorption Spectrophotometry melalui metode SSA-Flame. Sebanyak 46 sampel air diambil dari depot yang tersebar di 4 Kecamatan di Kota Lhokseumawe. Data kadar Cd dibandingkan dengan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 (< 0,003 mg/l). Nilai maksimum kadar Cd adalah 0,004 mg/l serta nilai minimum yang didapat adalah 0,001 mg/l. Rerata kadar Cd adalah 0,0019 ± 0,00072 mg/l dan masih dalam batas yang ditetapkan. Namun, terdapat 1 (satu) AMIU melebihi ambang batas kadar kadmium yaitu 0,004 mg/l. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rerata kadar masih dalam batas yang ditetapkan.


Author(s):  
Yuziani Yuziani ◽  
Mulyati Sri Rahayu ◽  
Wizar Putri Mellaratna

Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial, yang menimbukan pembengkakan pada tangan, kaki dan genital. Filariasis masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara, salah satunya di Kecamatan Baktiya menjadi angka kejadian tertinggi. Salah satu strategi pemberantasan filariasis yang dilakukan dengan memutuskan mata rantai penularan dengan Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) filariasis. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang filariasis terhadap kepatuhan pengobatan massal filariasis di Kecamatan Baktiya Aceh Utara. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 256 sample dan analisis data menggunkan uji Chi-Square dan Uji Kolmogorov Smirnov sebagai alternatif lain untuk pemenuhan syarat. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan massal filariasis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak didapatkan hubungan yang significan antara tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kecamatan Baktiya Aceh Utara terhadap kepatuhan pengobatan pencegahan massal filariasis yang telah dilaksanakan di wilayah tersebut.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document