QAWWAM
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

20
(FIVE YEARS 15)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By State Islamic University (UIN) Mataram

2580-9644, 1978-9378

QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 101-122
Author(s):  
Nurmala Fahriyanti

In Mataram West Nusa Tenggara, people is lives are regulated on daily basis by religious law, traditional (adat) law and state law. To understand these complex cultural and religious processes as they affect women in particular, I will examine the issue of divorce, also known as sue divorce. This tipe of divorce is socially-sanctioned. I will focus my examination in Mataram, an city of Lombok West Nusa Tenggara. In Lombok society marriage constitutes an important part of the life cycle.  Someone is not considered an adult until marriage.  Marriage is not only united two individual, but also united two families. However this dream canot be realized over the long term.  If family problems arise and  there are no suitable solutions, people may choose to divorce. For instance, if a wife unable to fulfill her obligations as a wife, her husband can divorce her by verbal means alone, according to any of the three existing legal systems (religious customary or state law). By contrast, if her husband unable to fulfill her obligations as a husband his wife can divorce him in only one way by making an application to Islamic Court to do divorce. In marriage available successful couple builds the family that sakinah, mawaddah and warahmah. But then available also that unsuccessful and end with separate or divorce. Separate constitutes a thing that often happens deep good human life divorce the initiating from the husband and also divorce the initiating from the wife, that its cause islamic law puts attention that adequately significant to that thing. It can appear if understand about islamic law, undoubtedly will find both of previous thing and its terminological  islamic law. There is no divorce without started by marriage. But upon that aim not attained, therefore divorce constitutes last way out that must been sailed through. Divorce can't be done but there is grounds which corrected by religion, adat and state law. In islamic law, that divorce grounds experience developing according to social development. Basically islamic law establishes that divorce reason which is wrangle which really culminates and jeopardize the so called soul safety with “ syiqaq ”. Intention is if worried a couple its happening dispute (dispute not only means wrangle among husband or wife can also distinctive principle and opinion) therefore delegate a someone of its husband family and a someone of wife family. And if both of wife and husband will goodness and they can make resolution and look for the solution, but if there are suitable solution wife or husband can do divorce.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 123-134
Author(s):  
Syamsul Hadi

Angka pernikahan dini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor internal keluarga, dan faktor pergaulan. Kebanyakan pelaku pernikahan dini masih SMP dan SMA yang belum memiliki stabilitas emosi yang baik dan cenderung melakukan segala yang diinginkan tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Banyak dari pelaku pernikahan dini telah memiliki anak, dimana dalam mendidik anak terutama ibu dengan nikah dini secara tidak sadar menerapkan pola pendidikan permisif. Keadaan pribadi dan sikap setiap anak yang berbeda, menjadikan tugas mendidik menjadi berat untuk dilaksanakan, dan berpengaruh pada keadaan emosi orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kestabilan emosi pelaku pernikahan dini dalam mendidik anak belum baik, hal ini dikarenakan pelaku pernikahan dini masih mudah terpengaruh emosi negatif yang dapat dilihat dari respon emosi yang ditunjukkan. Respon emosi berlebihan tidak sesuai dengan pengertian stabilitas emosi, yaitu keadaan emosi yang tetap, tidak mudah berubah, dan respon yang ditunjukkan tidak berlebihan. Dalam meredakan emosi negatif dan menyelesaikan permasalah yang terjadi, pelaku pernikahan dini lebih sering menyerahkan pada keadaan dengan anggapan bahwa emosi tersebut akan hilang jika dibiarkan, tanpa ada usaha untuk mencari jalan keluar atau metode penyelesaian masalah yang sesuai. Meski pelaku pernikahan dini belum memiliki stabilitas emosi yang baik, namun beberapa pelaku pernikahan dini telah mampu untuk menjaga stabilitas emosi mereka dengan cara menenangkan diri terlebih dahulu dan menyelesaikan permasalahan yang menjadi sumber emosi.    


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 85-100
Author(s):  
Bira Farida Nurul Layli ◽  
Muna Erawati

Realitas politik yang menunjukkan masih rendahnya keterwakilan perempuan di DPRD yaitu masih berada di bawah proporsi. Hal ini menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan dalam kehidupan politik kurang diperhatikan. Tuntutan kesetaraan gender juga semakin digencarkan sehingga pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU yang beberapa pasalnya mengatur mengenai 30% keterwakilan perempuan. Kondisi seperti ini juga terjadi di DPRD Kota Salatiga. Pemilu pada tahun 2004, jumlah perempuan yang duduk di kursi legislatif mencapai lima orang. Tahun 2009 menjadi tujuh orang dan tahun 2014 masih mencapai tujuh orang. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana representasi perempuan muslim di DPRD Kota Salatiga; kedua, bagaimana para legislatif perempuan muslim membangun dan mengembangkan komunikasi politik dengan konstituen dan pemerintah serta tantangan dan hambatan apa saja yang telah dilalui. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif yang terdiri dari pertama, pengumpulan data, kedua, reduksi data, ketiga, penyajian data, dan keempat, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh orang perempuan (28%) yang terpilih sebagai anggota DPRD Kota Salatiga pada periode 2014-2019. Hal ini mengindikasikan bahwa keterwakilan perempuan muslim dalam politik sudah cukup baik, hanya saja kiprah dan kontribusinya belum maksimal.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 135-144
Author(s):  
Ros Mayasari

Kecenderungan sikap menerima kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia sudah berkembang dengan baik. Namun demikian, masih terdapat sikap yang ragu-ragu dan bahkan tidak setuju dengan isu-isu tertentu dalam wacana kesetaraan dan keadilan gender khususnya tentang kesempatan perempuan mengejar pendidikan dan berkarir. Sikap menolak ini ada di kalangan generasi milinela sekarang ini yang tidak lepas dengan maraknya wacana bahwa perempuan hanya bisa mulia jika menjadi Ibu atau menjadi istri shaleha.  Bagaimana mahasiswa menanggapi wacana tersebut? Berdasarkan isian angket dan wawancara  kepada 310 mahasiswa ditemukan bahwa responden tetap setuju perempuan melanjutkan pendidikan  setinggi-tingginya dan berkarir.  Namun demikian,  masih terdapat syarat tertentu bagi perempuan jika sudah menikah dan mempunyai anak. Namun syarat ini tidak ditujukan kepada laki-laki-laki etika ia menjadi suami atau ayah. Usaha pengarusutaman gender di perguuan tinggi menjadi salah satu usaha agar ke depan lebih banyak mahasiswa bersikap adil gender.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 145-157
Author(s):  
Dwi Widarna Lita Putri ◽  
Riska Sanaputri
Keyword(s):  

Seks pranikah yang terjadi dikalangan remaja saat ini yang semakin hari semakin memprihatinkan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana penanganan seks pranikah persfektif behavior dan konseling islam yang dilakukan di Desa Tepas Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Artinya data yang dikumpulkan bukan dari berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya. Teknik yang digunakan adalah teknik behavior dan konseling islami. Teknik behavior berupa model assesment fungsional, eksposure terapi, asestion traning, dan self management. Sedangkan teknik konseling islami yang digunakan yaitu pendekatan sepritual dan menjalin kasih sayang. Hasilnya dari beberapa teknik diatas, teknik yang sangat berpengaruh dan bisa membuat para konseli atau korban merasa nyaman dan terelepas dari segala beban ialah teknik konseling islam yang pendekatan secara spritual karena para korban merasa lebih dekat dengan Sang Peciptanya.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 14-28
Author(s):  
Nurul Lailatul Khusniyah

Pemerolehan bahasa menjadi kajian menarik tentang cara orang memperoleh bahasa pertama ataupun bahasa kedua. Individu memperoleh kecakapan bahasa bukan karena kelahirannya semata melainkan karena perkembangan dan pengalaman hidupnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang konsep teori keterkaitan pemerolehan bahasa dan bakat bahasa. Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada kontroversi antara nurture dan nature. Teori ini menggambarkan pemerolehan bahasa yang diperoleh secara alami dan proses pembentukan. Bakat bahasa memiliki fase yang berbeda dalam proses pemerolehan bahasa.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 29-42
Author(s):  
IQBAL BAFADAL
Keyword(s):  
T Test ◽  

Kemandirian merupakan aspek fundamental dalam tugas perkembangan remaja. Kenyataannya, kemandirian dalam diri remaja masih sangat jauh dalam perkembangannya. Salah satu metode untuk meningkatkan kemandirian ini adalah dengan pendekatan T-Group Dynamic yakni melalui kekuatan dalam dinamika kelompok. Tulisan ini bertujuan untuk melihat pendekatan T-Group Dynamic dalam meningkatkan kemandirian remaja. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja tahap awal berjumlah 31 orang. Pengukuran menggunakan skala kemandirian dengan teknik analisa data menggunakan uji statistic paired sample t-test. Berdasarkan uji analisa ditemukan perbedaan sigifikan antara skor kemandirian sebelum dan setelah treatment.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Siti Nurul Khaerani

Pernikahan dini merupakan merupakan pernikahan yang terjadi pada usia yang masih belum cukup dewasa.Di Lombok pernikahan dini masih cukup tinggi terjadi. Terkait dengan fenomena pernikahan di bawah umur yang terjadi di masyarakat Nusa Tenggara Barat, Gubernur NTB mengeluarkan kebijakan melalui surat edaran gubernur NTB tentang pendewasaan usia perkawinan yang bertujuan untuk meminimalisir para pelaku nikah dini khususnya di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Informan yaitu pelaku dan keluarga. Kondisi pelaku pernikahan dini pada saat melangsungkan pernikahan rata-rata putus sekolah mulai dari kelas 2 SMP, dengan rata-rata pelaku pernikahan usia dini  berusia sekitar 15-19 tahun. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya pernikahan dini, yaitu tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah menyebabkan mereka berfikir lebih baik menikah dari pada menganggur. Selain itu terdapat juga karena adanya faktor sosial atau lingkungan dan pendidikan. Pernikahan dini memberikan dampak baik dari segi kesehatan, pendidikan dan kemiskinan


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 43-63
Author(s):  
Darmini Darmini
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan diversi dalam restoratif justice pada Sistem Peradilan Pidanak Anak. Penulisan memakai metode jenis penelitian hukum normatif (normative legal research), yaitu penelitian yang dilakukan atas pasal-pasal aturan hukum untuk menentukan asas-asas hukum, mengetahui sinkronisasi vertikal / horizontal, mengetahui aspek sejarah hukum dan mengetahui perbandingan antara sistem-sistem hukum. Tujuan secara umum penelitian ini untuk mengetahui konsep ide diversi yang digagas oleh pemerintah melalui badan legislatif yang dituangkan dalam berbagai produk hukum khusus menyangkut perlindungan hukum bagi pelaku anak yang bermasalah dengan hukum dalam terlibat konflik hukum. Tujuan secara khusus penelitian ini adalah untuk meneliti penuangan ide-ide diversi dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sebagai dasar dan acuan penegak hukum dalam proses peradilan bagi anak yang berkonflik dengan hukum. Ide adalah gagasan, pemikiran tentang suatu objek atau fenomena, sehingga ide diversi dalam hal ini adalah gagasan, pemikiran tentang diversi. Diversi bukanlah sebuah upaya damai antara anak yang berkonflik dengan hukum dengan korban atau keluarganya akan tetapi sebuah bentuk pemidanaan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dengan cara nonformal. Aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya, baik penyidikan, penuntutan, pemeriksaan, dan penentuan putusan perkara pada sidang pengadilan hendaknya mengutamakan penerapan diversi sebagai salah satu alternatif dari penerapan pidana penjara. Perlu dilakukan sosialisasi secara masif mengenai diversi kepada masyarakat.


QAWWAM ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 63-84
Author(s):  
Wardah Nuroniyah

Abstract One of the acts of domestic violence against people in the household sphere is neglect. Parental neglect is negligence of the child towards the biological mother's father who has a dependency in physical needs (negligence to provide adequate food, clothing, or hygiene), and emotional (negligence to provide care or affection). neglect of parents is included in the form of lawlessness to parents because parents have rights to their children. So that for each perpetrator of neglect parents must be subject to sanctions. This study aims to answer the questions that formulate the problem: "What is the view of Islamic law and positive law in Indonesia on neglect of parents" and "What are the sanctions for perpetrators of neglect of parents according to Islamic law and positive law in Indonesia". This study uses qualitative research, data collected by means of literature (library research) are then analyzed. As for the results of this study: 1) Neglect of parents in Islamic law and in positive law in Indonesia is prohibited, because in Islamic law people who do neglect are sinful, while in positive law in Indonesia neglect is included in violence. 2) Sanctions for perpetrators of neglect of parents in the perspective of Islamic law and positive law in Indonesia are criminal sanctions, but in Islamic law it is called jarimah ta'zir and the sanctions are not only that but there are other sanctions, namely big sins, all deeds are not accepted by Allah SWT, will not enter heaven, hated by Allah SWT.   Keywords: Neglect, Parents, Sanctions, Islamic Law, Positive Law in Indonesia.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document