FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

83
(FIVE YEARS 32)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

2615-515x, 2302-9889

2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 33-38
Author(s):  
Wawan Darmawan
Keyword(s):  

Tulisan ini merupakan hasil kegiatan penulis selama menjadi dosen PDS (Penugasan Dosen di Sekolah) yang diprogramkan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian  Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi. Selama menjadi guru dalam program PDS tersebut, penulis telah menerapkan pembelajaran edutainment di kelas XI SMA Negeri 8 Bandung yang diharapkan dapat memberi suasana pembelajaran sejarah yang menyenangkan. Pembelajaran edutainment ini difokuskan pada upaya kemampuan peserta didik untuk menjadi tokoh dalam sejarah (if history). Pemberian materi pelajaran di kelas didukung dengan model action research ke dalam empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi agar dapat dijadikan tindakan perbaikan selanjutnya. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil temuan dapat dijelaskan bahwa pembelajaran edutainment model if history telah membawa peserta didik hadir pada suasana peristiwa yang dipelajari dengan “hadir” sebagai pelaku dalam sejarah. Peserta terlihat antusias untuk mengikuti proses pembelajaran yang rileks, menyenangkan, dan terbebas dari tekanan dalam setiap tahapan pembelajaran, mulai dari pertemuan awal sampai pertemuan akhir. Model if history menjadi lebih mudah diikuti oleh peserta didik ketika suatu peristiwa disampaikan dengan kombinasi gaya mengajar monolog. Di sini peserta didik menjadi lebih mudah memahami apa yang akan diperankannya dan menemukan fakta sejarah dengan bahasanya sendiri sehingga sejarah tidak lagi terkesan sebagai hapalan fakta.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 67-74
Author(s):  
Erlina Wiyanarti ◽  
Nana Supriatna ◽  
Murdiyah Winarti

Visi pembelajaran sejarah adalah penanaman nilai kepada peserta didik dalam rangka pembentukan karakter yang paripurna. Namun, pada praktiknya materi sejarah yang terdapat dalam kurikulum nasional terbatas pada aspek-aspek nasional, ditambah faktor kemampuan guru, kadang dirasakan kurang relevan dengan tuntutan zaman. Artikel ini akan mendiskusikan potensi pengembangan materi sejarah lokal sebagai sumber pembelajaran yang kontekstual di samping sejarah nasional berdasarkan telaah deskriptif atas pelaksanaan Program Pengabdian kepada Masyarakat pada 2019. Melalui studi pustaka, kita dapat menyimpulkan (1) sejarah lokal memiliki nilai strategis sebagai sumber alternatif dalam pembelajaran sejarah (2) pemanfaatan sejarah lokal sebagai sumber pembelajaran sejarah yang kontekstual dapat diintegrasikan sejalan dengan pembelajaran sejarah nasional (3) masih minimnya pemanfaatan sejarah lokal dalam pembelajaran di sekolah memerlukan suatu upaya yang terstruktur untuk mengembangkannya secara optimal.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 75-84
Author(s):  
Abdul Aziz Nashiruddin

ABSTRACTThis research is entitled "Mu'awiyah bin Abu Sufyan who became the pioneer of Monarchical Islamic government in the period 661-680 AD”. The background of the researchers to take this issue is because Mu'awiyah bin Abu Sufyan was the main pioneer in changing the Islamic government to a monarchic system that had never been applied in the Islamic Caliphate before. During his reign, Mu'awiyah not only became a caliph, but became a unifier and figure who resolved the conflict that occurred in the Islamic caliphate. The main problem raised from this thesis is "Why did Mu'awiyah change the Islamic caliphate to a monarchical system?" The method used is a historical research method by conducting four steps of research namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of the study can be explained including before there was a change in the Islamic government system to the monarchy. During the reign of Khulafaur Rashidun the government system adopted by the Islamic caliphate was based on democracy. Mu'awiyah as the caliph subsequently faced many problems, from disputes between companion of prophet Muhammad SAW to wars that occurred due to internal problems, and decided to change the system of government to a monarchy. In the early days of Mu'awiyah's leadership, he formed a governmental order to rebuild the Islamic caliphate from the destruction of internal conflict. Mu'awiyah's leadership was more or less twenty years, in contrast to the previous caliphs Mu'awiyah handed over the power of the caliphate to Yazid bin Mu'awiyah. Determination of the crown prince impacted the caliphates thereafter, which changed the caliphate of Islam with a democratic system of monarchy. Keyword:  Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Caliphate Umayyah, Islam Monarchy


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Nurbaety Agustina Dewi Ratnasari

Skripsi ini berjudul “Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Imajinasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 10 Bandung)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang dapatnya siswa mengemukakan pendapatnya secara detail. Indikasi tersebut dilihat dari pemrosesan informasi hanya berkisar pada satu sumber dan tidak ada pengolahan sumber lebih lanjut, maka siswa menjadi seperti kurang memahami apa yang mereka presentasikan. Maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang diambil dalam penelitian ini, diantaranya: pertama, bagaimana perencanaan penerapan project based learning, kedua bagaimana langkah penerapan project based learning, dan ketiga bagaimana refleksi penerapan project based learning. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan imajinasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas dari Dave Ebbut, diawali dengan ide umum, reconnaissance (pemantauan sebelum tindakan), rencana tindakan, tindakan 1, reconnaissance (pemantauan setelah tindakan), pilihan (ada perubahan atau tidak), dan siklus berikutnya. Aspek yang diteliti dari kemampuan imajinasi siswa yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, mengidentifikasi fakta dari sumber relevan, mampu mengemukakan ide orisinil, mampu menghasilkan karya dari yang direncanakan, serta menjelaskan hasil karyanya dengan percaya diri. Adapun proyek yang dikembangkan adalah mind map, menulis lirik lagu sejarah, scrapbook, dan presentasi gaya presenter berita. Perolehan skor masing-masing indikator menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan keberhasilan penerapan Project Based Learning untuk meningkatkan kemampuan imajinasi siswa. Maka hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi alternatif untuk guru agar siswa memiliki kemampuan imajinasi yang baik sehingga pembelajaran sejarah lebih bermakna.Kata kunci: penelitian tindakan kelas, Project Based Learning, kemampuan imajinasi siswa, pembelajaran sejarah.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 61-66
Author(s):  
Mar'ati Zarro

Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan sumbernya berpatokan pada Al-Qur'an serta Sunnah, muhammadiyah ini pendirinya adalah K.H. A. Dahlan pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau pada tanggal 18 November 1912 M di Yogyakarta. Perkembangan Muhammadiyah sendiri ternyata sangat cepat. Beberapa tahun setelah berdiri saja, telah berdiri cabang-cabang Muhammadiyah. Di Srandakan, Wonosari, Imogiri, dan lain sebagainya. Untuk menghindari suatu hal yang tidak diinginkan terjadi –saat itu pihak Hindia Belanda menolak perkembangan Muhammadiyah. Berdirinya pendidikan Muhammadiyah didasarkan oleh motivasi teologis bahwa derajat keimanan dan ketaqwaan yang sempurna akan mampu dicapai umat jika mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Rasa nasionalisme akan tumbuh bila setiap individu warga negara mematuhi hokum-hukum, kemudian lebih mengedepankan pelaksanaan kewajiban sebelum menuntut haknya. Langkah ini kemudian bisa dicapai bila setiap warga negara mempunyai disiplin yang tinggi dan cinta tanah air.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 51-60
Author(s):  
Siti Rohani ◽  
Nana Supriatna ◽  
Yeni Kurniawati Sumantri

Skripsi ini berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Go To Your Post Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di XII IPS 1 SMA Negeri 15 Bandung)”. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa XII IPS 1 SMAN 15 Bandung dengan menggunakan strategi Go To Your Post dalam pembelajaran sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi dan reflesksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 SMAN 15 Bandung, sedangkan instrumen yang digunakan dalam teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran sejarah dengan menerapkan strategi Go To Your Post mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa karena siswa dihadapkan pada situasi yang mendorongnya untuk memecahkan masalah, melalui kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas.  Penerapan strategi pembelajaran tersebut dapat mengkondisikan pembelajaran yang aktif, dan kritis sehingga pada akhirnya mampu memecahkan permasalahan yang sebelumnya ditemukan pada saat observasi pra-penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 15 Bandung, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Go To Your Post dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa telah menunjukan tingkat keberhasilan.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Putri Rizki Mpayang

Peranan Wahid Hasyim dalam bidang pendidikan islam khususnya dalam keterkaitannya dalam pembaharuan pendidikan islam di Pesantren Tebuireng, dengan metode yang digunakan adalah metode historis yang terdiri dari empat langkah, yaitu Heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, upaya pembaharuan pendidikan islam pesantren tebuireng oleh Wahid Hasyim dari adanya gerakan pan Islamisme di Timur Tengah, yang salah satunya menyebar ke daerah Mekkah, saat Wahid melakukan studi di Mekkah pada tahun 1932, ide-ide pembaharuan islam pun diperolehnya, baik melalui pembelajaran maupun pergaulannya dengan orang-orang yang berbeda bangsa. Hal ini menumbuhkan ide-ide pembaharuan  pendidikan islam dalam dirinya. Sekembalinya ke tebuireng, Wahid hasyim mengusulkan kepada Hasyim Asy’ari untuk melakukan pembaharuan dalam metode pelajaran dan materi ajar di pesantren Tebuireng.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 15-26
Author(s):  
Anggi Muhammad Adha

ABSTRACTThis article entitled NAHDLATUL ULAMA’S POLITICAL POLICY ABOUT BASIS STATE IN 1945-1984. The main problem examined in this article is "Why has there been a change in Nahdlatul Ulama's political attitudes regarding the basis of the state". The main problem is divided into three questions.Based on the results of the study, Nahdlatul Ulama's views on relations between religion and the state changed. At first the Nahdlatul Ulama figures supported that the Indonesian state must be based on Islam but in the following years Nahdlatul Ulama supported the Pancasila as the country's foundation. Nahdlatul Ulama’s support for the country foundation must be based on Islam, as can be seen from Nahdlatul Ulama leaders who convene at the Constituent Assembly. The Nahdlatul Ulama constituent assembly along with other Islamic factions tried hard to make the state foundation based on Islam. However, the proposal was rejected by other factions who wanted the state foundation to be Pancasila.The debate between state supporters based on Islam and supporters of the Pancasila found no conclusion. So on 5th July, 1959 President Soekarno issued a Presidential Decree to end the debate. In the 1980s President Soeharto issued a policy of making Pancasila a single principle for organizations in Indonesia. At first Nahdlatul Ulama rejected this policy. But in the end Nahdlatul Ulama accepted this policy. The cause of Nahdlatul Ulama accepting this policy besides the pressure from the government was the birth of a new generation of Nahdlatul Ulama that was different from before. This generation emphasizes pluralist life in Indonesia and aims to make the country the guardian of all religions.ABSTRAKArtikel ini berjudul KEBIJAKAN POLITIK NAHDLATUL ULAMA MENGENAI DASAR NEGARA 1945-1984. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah “Mengapa terjadi perubahan sikap politik NU mengenai dasar negara”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pandangan NU mengenai hubungan agama dan negara mengalami perubahan. Pada mulanya tokoh-tokoh NU mendukung bahwa negara Indonesia harus berdasarkan Islam namun ditahun-tahun selanjutnya NU mendukung Pancasila sebagai dasar negara. Dukungan NU terhadap dasar negara harus berdasarkan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh NU yang bersidang di Konstituante. Disidang konstituante NU bersama fraksi Islam yang lain berusaha keras agar dasar negara berdasarkan Islam. Namun usulan itu ditolak oleh fraksi-fraksi yang lain yang menghendaki agar dasar negara adalah Pancasila. Perdebatan antara pendukung negara berdasarkan Islam dan pendukung Pancasila tidak menemukan titik temu. Sehingga pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk mengakhiri perdebatan. Di tahun 1980-an Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal bagi organisasi di Indonesia. Pada mulanya NU menolak kebijakan ini. Namun pada akhirnya NU menerima kebijakan ini. Penyebab NU menerima kebijakan ini selain adanya desakan dari pemerintah adalah telah lahirnya generasi baru NU yang berbeda dari sebelumnya. Generasi ini menekankan kehidupan pluralis di Indonesia dan bertujuan menjadikan negara sebagai pengawal semua agama.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 39-50
Author(s):  
Tarunasena Tarunasena ◽  
Ayi Budi Santosa ◽  
Iing Yulianti

The background of this research is based on the importance of forming professionalhistory teacher candidates in accordance with the above mentioned expectations,the Department of Historical Education needs to empower and develop the HistoryLaboratory as a superior program. The History Education Laboratory is centered onthe field of science, a place of authority and academic integrity. The HistoryEducation Laboratory was formed in order to meet the needs of the department andthe development of academics. The main limitation of this research problem is"what is the model of Management of Historical Education Laboratory in HigherEducation from the Organization and Administration aspects? Qualitative researchmethods are research procedures that produce descriptive data in the form ofwritten or oral words from and observable behavior. The objective of the researcherto use a qualitative approach is to look for a complex and holistic description of thesubject matter studied in this regard regarding the management model of theHistorical Education laboratory in tertiary institutions.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 85-94
Author(s):  
Ulfi Indriyani ◽  
Nana Supriatna ◽  
Yeni Kurniawati Sumantri

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menerapkan strategi pembelajaran Giving Question Getting Answer.  Berdasarkan hasil observasi pra-penelitian yang dilakukan di kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 15 Bandung menunjukkan rendahnya keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Permasalahan tersebut muncul karena pada proses pembelajaran, komunikasi terjadi hanya satu arah yaitu guru hanya menyampaikan materi tanpa respon yang cukup dari siswa dengan mengajukan pertanyaan atau berpendapat sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan desain Kemmis-Taggart yang meliputi empat kegiatan yang akan dilakukan dalam setiap siklus, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, catatan lapangan, wawancara dan studi dokumentasi. Indikator-indikator dalam penelitian ini terdiri dari mengajukan pertanyaan, menyampaikan informasi, menarik kesimpulan, kejelasan penyampaian, penguasaan materi, interaksi dalam kelompok dan pemberian respon yang dikembangkan menjadi tiga sub indikator. Seluruh aspek tersebut mengalami peningkatan yang baik pada setiap siklusnya. Presentase rata-rata perolehan skor keseluruhan indikator pada Siklus I sebanyak 47,2%, kemudian mengalami peningkatan pada Siklus II menjadi 68,3%, pada Siklus III kembali terjadi peningkatan menjadi 82%, dan pada Siklus IV mencapai 92,8%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah dapat ditingkatkan setelah penerapan strategi pembelajaran Giving Question Getting Answer dalam empat siklus.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document