Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

56
(FIVE YEARS 5)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By National Atomic Energy Agency Of Indonesia (Batan)

1411-3481, 1411-3481

2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Teguh Hafiz Ambar Wibawa ◽  
Eva Maria Widyasari ◽  
Iswahyudi Iswahyudi ◽  
Ade Suherman ◽  
Maula Eka Sriyani ◽  
...  

PREPARASI SENYAWA ANTI KANKER APIGENIN BERTANDA RADIOIODIUM-131 UNTUK STUDI BIOAKTIVITAS. Apigenin merupakan senyawa flavonoid yang mempunyai potensi sebagai senyawa anti kanker, anti oksidan, dan anti inflamasi dengan toksisitas intrinsik yang rendah. Untuk mengetahui bioaktivitas apigenin, dapat dilakukan radioiodinasi kemudian dilanjutkan dengan studi praklinis menggunakan hewan uji. Pada penelitian ini dilakukan preparasi apigenin bertanda radioiodium-131 menggunakan metode kloramin-T dan optimasi berbagai parameter serta kondisi penandaan. Hasil optimasi diperoleh formula dan kondisi penandaan yaitu 1 mg apigenin, 250 µg kloramin-T, dan 100 µg natrium metabisulfit, dengan pH penandaan 7 dan jumlah radioiodium-131 10 µL (10 µCi). Proses penandaan senyawa 131I-Apigenin dilakukan melalui reaksi substitusi elektrofilik selama 20 menit pada suhu kamar (20-22 °C). Dari hasil pengujian menggunakan metode kromatografi kertas menggunakan fasa diam Whatman 1 dan fasa gerak amonium asetat 0,02 M, pH 6, diperoleh kemurnian radiokimia sebesar 96,53 ± 1,87%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 131I-Apigenin dapat digunakan untuk studi selanjutnya, yaitu studi fisikokimia dan studi praklinis, sehingga dapat diperoleh karakteristik bioaktivitas dan efektivitasnya sebagai senyawa anti kanker berbasis bahan alam.


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Taufiq Bachtiar ◽  
Nur Robifahmi ◽  
Anggi Nico Flatian ◽  
Sudono Slamet ◽  
Ania Citraresmini

Pupuk organik penting untuk memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari peran pupuk kandang sapi dalam menyumbangkan nitrogen (N) pada tanaman padi sawah dengan teknik isotop 15N. Penelitian dilakukan di tanah sawah Jayamukti, Karawang Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pupuk kandang dengan dosis 0 t ha-1, 0 t ha-1 + 300 kg N ha-1, 5 t ha-1 + 300 kg N ha-1, 10 t ha-1 + 300 kg N ha-1, 15 t ha-1 + 300 kg N ha-1, 20 t ha-1 + 300 kg N ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik dengan dosis 20 t/ha disertai dengan urea 300 kg N ha-1 dapat meningkatkan hasil berat kering gabah secara nyata sebanyak 64,75% dari perlakuan kontrol tanpa pupuk kandang dan tanpa N. Aplikasi pupuk kandang sebesar 15 t ha-1 ditambah N rekomendasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan sumbangan N berasal dari tanah pada jerami sebesar 19,98% dari perlakuan tanpa pupuk kandang + N. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang mampu meningkatkan sumbangan atau kontribusi hara terutama N yang berasal dari tanah pada tanaman padi sawah.


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Epung Saepul Bahrum ◽  
Prasetyo Basuki ◽  
Alan Maulana ◽  
Jupiter Sitorus Pane

2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ahmad Kurniawan ◽  
Yulianne Mahesa ◽  
Teguh Hafidz Ambar Wibawa ◽  
Iswahyudi Iswahyudi ◽  
Isti Daruwati ◽  
...  

Technetium-99m Methylene Diphosphonate (99mTc-MDP) has been utilized in a variety of clinical situations to identify bone areas due to the strong affinity of hydroxyapatite crystals in the mineral phase of the bone with the diphosphonate compounds. Osteoporosis is a disease characterized by decreased bone mass and increased fracture risk and represents a significant population health issue. It has been observed that 99mTc-MDP can be used for bone scintigraphy especially in case of bone cancer, but biodistribution study of 99mTc-MDP on ovariectomized mice for early monitoring of osteoporosis model remains unclear. Therefore, we aimed to investigate the biodistribution of 99mTc-MDP both in normal and ovariectomized mice. The experiment was performed on BALB/c mice weighing approximately 30 g. Mice were divided into a normal and ovariectomized group. After the first, second and third hours, mice were euthanized using the accepted protocol and the tissue of interest was collected. All tissue and blood were weighed using an analytical scale and counted for radioactivity using Automatic Gamma Counter with NaI(Tl) detector. Administration of 99mTc-MDP showed in normal mice compared with an animal model of osteoporosis, there are significant differences at 1 hour post-injection from (20.32±1.38) %ID/g decreased to (7.42±2.61) %ID/g, 2 hours from (13.75±0.01) %ID/g to (5.25±0.25) %ID/g and 3 hours from (12.18±1.44)%ID/g to (4.86±1.34) %ID/g uptake in the bones with (p<0.05). This study can be a consideration for the clinical application of 99mTc-MDP for early detection of osteoporosis conditions by looking at bone uptake and become a concern in the application for bone scintigraphy if the patient is indicated osteoporosis because it will affect visualization of the organ.


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
R. Andika Putra Dwijayanto ◽  
Ihda Husnayani ◽  
Zuhair Zuhair

2019 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Okky Agassy Firmansyah ◽  
Assef Firnando Firmansyah

ANALISIS PENENTUAN PDD BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV FREE FLATTENING FILTER (FFF) PADA LAPANGAN KECIL MENGGUNAKAN TIGA DETEKTOR YANG BERBEDA. Analisis penentuan persentase dosis kedalaman untuk berkas foton 6 dan 10 MV flattening filter free (FFF) pada lapangan kecil menggunakan variasi detektor. Makalah ini menguraikan penentuan persentase dosis kedalaman dari berkas foton 6 dan 10 MV FFF yang dipancarkan pesawat pemercepat linier medik Versa HD. Pengukuran dilakukan menggunakan 3 jenis detektor yaitu IBA Razor dioda, PTW PinPoint 3D dan IBA CC13 yang dihubungkan dengan elektrometer IBA Dose 1.  Pengukuran  dilakukan di dalam fantom air Blue Fantom IBA yang dilengkapi dengan perangkat lunak MyQA Accept pada jarak sumber radiasi ke permukaan 100 cm dengan variasi lapangan radiasi 1 x 1 cm2, 2 x 2 cm2, 3 x 3 cm2 dan 4 x 4 cm2. Berdasarkan data yang didapatkan deviasi pengukuran antara detektor IBA Razor terhadap detektor PinPoint 3D didapatkan rentang deviasi 1.8% - 2.1%. Berbeda dengan deviasi pengukuran antara detektor IBA CC13 terhadap dektektor PinPoint 3D yang mendapatkan rentang deviasi 0,15% - 0,21%. Maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran menggunakan tiga tipe detektor ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan deviasi terbesar lebih kecil dari 3,5%. Detektor PinPoint 3D, Detektor IBA Razor, dan IBA CC13 dapat digunakan untuk melakukan pengukuran relatif pada lapangan kecil hingga 1 x 1 cm2 pesawat pemercepat linier medik.


2019 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Ade Suherman ◽  
Titin Sri Mulyati ◽  
Iswahyudi Iswahyudi ◽  
Badra Sanditya Rattyananda ◽  
Dessy Cartika ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Yosef Sarwanto ◽  
Titin Anggraini ◽  
Wisnu Ari Adi ◽  
Yunasfi Yunasfi

Telah dilakukan studi efek doping La terhadap struktur dan kehilangan refleksi menyerap gelombang mikro dari pseudobrookite Fe2TiO5 untuk membentuk senyawa sistem Fe2-xLaxTiO5 dengan mentode ko-presipitasi. Sintesis sistem Fe2-xLaxTiO5 bertujuan untuk membuat material yang dapat berfungsi sebagai peredam paparan gelombang elektromagnetik peralatan elekronik telekomunikasi. Sistem Fe2-xLaxTiO5 (x = 0,01; 0,04 dan 0,2) dibuat dari campuran FeCl3, LaCl3 dan TiCl4 sesuai dengan perbandingan molnya masing-masing. Campuran bahan ini ditambahkan larutan NH4OH sampai dengan pH 12. Endapan yang terbentuk dicuci dengan air deminineral sampai pH 7 dan kemudian dikeringkan pada suhu 100 °C, disinter pada suhu 1000 °C selama 5 jam. Semua sampel dikarakterisasi dengan XRD (X-ray diffractometer) untuk identifikasi fasa, SEM-EDS (Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy) untuk pengamatan morfologi permukaan dan VNA (Vector Network Analyzer) untuk mengukur serapan gelombang mikronya. Hasil identifikasi fasa menunjukkan bahwa komposisi dengan nilai x = 0,01 dan 0,04 terbentuk 2 fasa yaitu fasa Fe2TiO5 dan FeTiO3 sedangkan  komposisi dengan nilai x = 0,2 juga terbentuk 3 fasa yaitu fasa Fe2TiO5, FeTiO3 dan La2Ti2O7. Hasil pengamatan morfologi permukaan dengan SEM-EDS, menunjukkan bahwa distribusi partikel yang tidak seragam karena memiliki beda fasa. Sedangkan hasil pengukuran serapan gelombang mikro dengan VNA menunjukkan bahwa serapan maksimal gelombang mikro diperoleh pada komposisi nilai x = 0,04 (Fe1,96La0,04TiO5) yaitu sekitar 94% pada frekuensi 10,52 GHz.


2019 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Rizky Juwita Sugiharti ◽  
Iim Halimah ◽  
Maula Eka Sriyani ◽  
Eva Maria Widyasari

99mTc-siprofloksasin adalah radiofarmaka berbasis antibiotik untuk diagnosis infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada penelitian ini radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin disiapkan dengan menggunakan dua macam reduktor yaitu SnCl2·2H2O dan Sn-tartrat. Penelitian ini bertujuan membandingkan masing-masing reduktor untuk menghasilkan radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dengan nilai kemurnian radiokimia yang tinggi dan akumulasi yang baik di daerah infeksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh pada jumlah reduktor SnCl2·2H2O sebanyak 25 µg dengan kemurnian radiokimia sebesar  94,25 + 2,04 dan Sn-tartrat sebanyak 400 µg dengan kemurnian radiokimia sebesar  95,06 + 1,00 Pengujian kemurnian  radiokimia 99mTc-siprofloksasin menggunakan High Performance Liquid Chromatography memperlihatkan profil kromatogram yang sama untuk masing-masing reduktor dengan puncak dari 99mTc-siprofloksasin berada pada waktu retensi 7,17 menit. Hasil uji biodistribusi pada paha mencit yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus untuk formula 99mTc-siprofloksasin dengan reduktor SnCl2·2H2O 1 jam dan 3 jam pasca injeksi menunjukkan rasio target/nontarget relatif konstan yaitu sebesar 2,71 dan 2,25. Sedangkan rasio target/nontarget 99mTc-siprofloksasin dengan reduktor Sn-tartrat pada 1 jam dan 3 jam pasca injeksi sebesar 1,78 dan 2,20 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa formulasi radiofarmaka 99mTc-siprofoksasin dengan dua macam reduktor SnCl2.2H2O dan Sn – tartrat memiliki karakteristik yang berbeda. Kata kunci : radiofarmaka,99mTc-siprofloksasin, reduktor, kemurnian radiokimia


2019 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Yanuar Setiadi ◽  
Muhamad Basit Febrian ◽  
Ahmad Mudzakir ◽  
Azmairit Aziz ◽  
Duyeh Setiawan ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document