Kontekstualita
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

21
(FIVE YEARS 8)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Islam Negeri (Uin) Sultan Thaha Saifuddin Jambi

2548-1770, 1979-598x

2020 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Umiarso El-Rumi
Keyword(s):  

Manusia modern saat ini mulai terjebak dalam kehidupan serba material yang dipengaruhi oleh suatu paham yang dikembangkan oleh Karl Marx. Paham materialis ini hanya menyandarkan diri pada hal-hal kebendaan saja dan menolak segala bentuk pemikiran yang mengarah pada spiritualitas. Sikap hidup dengan orientasi materialis akan mendorong seseorang cenderung konsumtif demi mendapatkan kesenangan dan kepuasaan. Kecendrungan tersebut sudah merasuki sebagian besar masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Kota Banda Aceh. Artikel ini membahas perilaku konsumtif yang cenderung hedonis sebagai dampak internalisasi nila-nilai materialisme sehingga mengabaikan spirit sosial-keagamaan pada masyarakat Kota Banda Aceh. Didasarkan pada pengamatan lapangan serta wawancara, artikel ini berargumen bahwa tumbuh suburnya perilaku hidup konsumtif akan mendorong munculnya pengingkaran terhadap nilai-nilai agama dan hukum yang berlaku sehingga perlu dieliminir sedapat mungkin agar terciptanya masyarakat yang sehat dari penyakit sosial.


2020 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Edy Kusnadi

Wirausaha berbasis teologi Islam semakin berkembang saat ini dengan bantuan revolusi teknologi informasi. Namun nilai-nilai lokal penting pula untuk dipraktikkan dalam dinamika aktivitas wirausaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami interkoneksi segitiga konsep kewirausahaan, teologi Islam dan nilai-nilai keusahawanan dalam masyarakat Melayu Jambi. Melalui metode penelitian kualitatif dan berdasarkan observasi di lapangan serta data pustaka, penelitian ini menemukan bahwa wirausaha bersandar kepada etika bisnis dan teologi Islam telah dipraktikkan oleh para wirausahawan. Promosi wirausaha berlandaskan pada etika bisnis Islam dan nilai-nilai Melayu Jambi telah didorong oleh kesadaran tokoh agama, budayawan serta pengusaha sendiri dalam mempromosikan interkoneksi nilai-nilai agama, budaya Melayu dan spirit berusaha tanpa putus asa dalam berbisnis.


2019 ◽  
Vol 33 (02) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Bambang Qomaruzzaman ◽  
Busro Busro

Abstrak: Proses pembelajaran materi Agama Islam di Indonesia mendapatkan peringatan dari hasil riset PPIM yang menunjukkan adanya pengaruh pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan sikap intoleransi. Ini berarti proses pembelajaran materi ajaran Islam didorong untuk melakukan perubahan metode atau bahkan materinya agar sikap intoleransi tidak lagi menjadi hasil dari pembelajarannya. Paper ini bertujuan mengajukan model pembelajaran materi ajaran Islam, melalui pembelajaran Tauhid, yang dapat mendorong munculnya sikap Servant-Leadership dan perilaku khidmat (prosocial behavior). Sikap Servant-Leadership(dalam arti pemimpin yang melayani) dan khidmat (perilaku prososial dalam melayani orang lain) dianggap dapat menjadi jembatan bagi munculnya sikap toleransi. Penelitian dilakukan dengan metode Research and Development (R&D) terhadap 208 Mahasiswa semester pertama Fakultas Ushuludin UIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun ajaran 2017-2018. Untuk mengukur peneladanan digunakan Skala yang dimodiifkasi dari CPI (Celebrity Personal Identification) dari Brown Bocarnea, kuesioner Servant Leadership diadaptasikan dari Liden, dan  kuesioner khidmat menggunakan pengukuran dari Nickell, G. “The Helping Attitudes Scale”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peneladanan terhadap Nabi Muhammad saw berpengaruh pada sikap servant-leadership, namun tidak berpengaruh pada sikap khidmat (prososial behavior).  Implementasi dari riset ini dapat menjadi pijakan bagi penemuan motode pengajaran materi ajaran Islam. Kata Kunci: pembelajaran Tauhid, teologi, peneladanan, khidmat, servant-leader, manajemen. Abstract: The learning process of Islamic material in Indonesia received a warning from the results of PPIM research that showed the influence of Islamic Religious Education lessons in fostering intolerance. This means that the learning process of Islamic teaching materials is encouraged to change the method or even the material so that the attitude of intolerance is no longer the result of learning. This paper aims to propose a model of learning Islamic teaching material, through monotheism learning, which can encourage the emergence of Servant-Leadership attitudes and solemn behavior (prosocial behavior). Servant-Leadership attitude (in the sense of a leader who serves) and solemn (prosocial behavior in serving others) is considered to be a bridge for the emergence of tolerance. The study was conducted by the Research and Development (R&D) method of 208 first semester students of the Ushuludin Faculty of UIN Sunan Gunung Djati Bandung in the 2017-2018 school year. To measure the model, a modified MMI (Celebrity Personal Identification) CPI (Brown Bocarnea) model was used, the Servant Leadership questionnaire was adapted from Liden, and the solemn questionnaire used measurements from Nickell, G. "The Helping Attitudes Scale." The results showed that the example of the Prophet Muhammad (PBUH) affected servant-leadership attitudes, but did not affect the solemn attitude (prosocial behavior). The implementation of this research can be the basis for the discovery of methods of teaching Islamic teaching materials. Keywords: Monotheism learning, theology, modeling, solemnity, servant-leader, management


2019 ◽  
Vol 33 (02) ◽  
Author(s):  
Sayuti Una ◽  
Yudi Armansyah

Abstrak: Sejak dilaksanakan secara langsung, pemilukada telah membawa dampak, baik positif maupun negatif. Sisi positifnya adalah ia melibatkan rakyat secara langsung dalam menentukan pemimpinnya. Sementara sisi negatifnya, ia turut membawa problematika sosial-politik, seperti terjadinya pergeseran nilai-nilai kearifan lokal di daerah. Artikel ini melihat perlunya de-regulasi sistem pemilukada di Indonesia dengan menggunakan pendekatan pancasila dan kearifan lokal. Dengan melakukan telaah pustaka yang relevan, artikel ini berkesimpulan bahwa pemilukada secara langsung telah membawa persoalan-persoalan akut di tengah masyarakat seperti mahalnya biaya pemilukada, konflik kepentingan, meningkatnya KKN, politik uang serta kampanye hitam. Dengan demikian, diperlukan pengembangan demokrasi pancasila dengan menata regulasi undang-undang pemilukada serta membangun sistem kepemimpinan daerah berbasis kearifan lokal. Kata kunci: pemilukada, demokrasi, pancasila, kearifan local Abstract: Since being implemented directly, the local election of Indonesia has brought the positive and negative impact. The positive impact is that it involves the people directly in determining their leaders. While the negative impact, it has brought the social and political problems, such as shifting values of local wisdom in the area. This article looks at the need for deregulation of local election system of Indonesia based on Pancasila and local wisdom approaches. By studying the relevant literatures, this article argues that the local election of Indonesia directly has brought the social-political problems in the society, for instance, the high costs of the local election, conflicts of interest, increasing of corruption, collusion, and nepotism, money politics, and black campaigns. Thus, the development of Pancasila Democracy is needed by arranging the regulation of the local election as well as building the regional leadership systems based on local wisdom. Keyword: local election, democracy, pancasila, local wisdom


2019 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
Author(s):  
Muhammad Fadhil

 Artikel ini mengkaji tentang tokoh pembaharuan Jambi yaitu, KH. Abdul Qadir. Di mana, kiprahnya tidak hanya mempengaruhi dunia pendidikan Islam di Seberang Kota Jambi. Namun, meluas hingga ke berbagai bidang seperti, sosial dan politik. Artikel penelitian ini menemukan bahwa: Pertama, latar belakang ide pembaharuan pendidikan KH. Abdul Qadir ialah karena rasa nasionalisme yang tinggi, semangat anti penjajah dan keinginan yang kuat untuk mencerdaskan masyarakat Jambi, terutama melalui pendidikan modern. Faktor lainnya, ia sering melakukan korespondensi (surat menyurat) untuk mengetahui kondisi di Timur Tengah dengan adik kandungnya KH. Fakhruddin. Melalui korespondensi ia banyak memperoleh informasi terkait perkembangan sosial, politik serta pendidikan di Timur Tengah. Di samping juga telah beredarnya majalah al-Musawwar di Jambi. Kedua, pengaruh pembaharuan KH. Abdul Qadir salah satunya terhadap pendidikan perempuan, di mana para perempuan dapat menempuh pendidikan formal dan dapat berkiprah diberbagai bidang. Para alumni pesantren As’ad yang didirikannya turut didorong untuk berkiprah diranah politik, pendidikan, dakwah, birokrasi, sosial kemasyarakatan. Pengaruh terbesar secara nyata terlihat dari perubahan sistem pendidikan dan organisasi di pesantren As’ad secara khusus dan Seberang Kota Jambi secara umum.


2019 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
pp. 90
Author(s):  
Ambok Pangiuk
Keyword(s):  

Pasar Ekonomi ASEAN (Asean Economic Market) adalah bentuk integrasi ekonomi regional pada tahun 2020. Dengan pencapaian ini, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan produksi berdasarkan aliran barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil. Aliran komoditas dan faktor-faktor produksi diperkirakan akan meningkat di bidang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang adil, dan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial-ekonomi di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan strategi adaptasi baru dari kebijakan ekonomi yang didasarkan pada kemampuan mengenali potensi Indonesia. Kemampuan sinergi pemerintah dan pasar diharapkan dapat memperkuat daya saing ekonomi nasional, yang menurut perjanjian pada 2015 akan menghadapi tantangan penyatuan pasar ekonomi ASEAN. Dengan menggunakan metode kualitatif untuk meneliti Strategi Adaptasi Pasar Tradisional dan Pemerintah Kota dalam Anggar Masyarakat Ekonomi Asean (EAC).


2019 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Imam Hanafi ◽  
Imran Rosidi ◽  
Zulkifli M. Nuh ◽  
Alimuddin Hassan ◽  
Maulana Maulana

Sejak awal abad 21, multikulturalisme menjadi salah satu isu yang sangat penting dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Munculnya isu ini tak lepas dari sejumlah peristiwa kekerasan sosial yang berbasis etnis, suku, agama, ras, dan golongan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana kemampuan PTKI dalam menyikapi isu ini, dengan melihat kemampuan para pendidiknya dalam memahami multikulturalisme tersebut. Sejak IAIN berubah menjadi UIN, maka beberapa dosen yang berlatarbelakang umum (sain) ikut mewarnai kajian Islam di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di UIN Riau dan UIN Jakarta dengan sampel 182 dosen, yang memiliki latarbelakang umum dan agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama. Tingkat kesadaran multikultralisme di kalangan dosen UIN Riau dan Jakarta cukup baik, sudah mendekati skor ideal yaitu 275. Kedua, Terdapat perbedaan tingkat pemahaman multikulturalisme antara dosen UIN Riau dengan dosen UIN Jakarta, baik yang berlatarbelakang umum maupun agama. Ketiga, Terdapat perbedaan kemampuan multikulturalisme dikalangan dosen umum dengan dosen agama, Keempat, Tidak ada korelasi antara tingkat pengetahuan dan ktrampilan multikultural yang dimiliki oleh dosen dengan kesadaran multikultural yang mereka miliki.


2019 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Juharmen Juharmen

Artikel ini mengkaji tentang eksistensi Islam moderat dalam dinamika politik Islam di Indonesia pasca Aksi Bela Islam. Adapun focus tulisan ini bersumber dari dua pertanyaan, yakni; Bagaimana Historisitas Aksi Bela Islam 212? Dan bagaimana relasi Islam moderat dengan Aksi Bela Islam? Tulisan ini merupakan kajian kepustakaan yang didukung oleh referensi yang relefan melalui pendekatan historis dengankesimpulan; Pertama, Historisitas Aksi Bela Islam tidaklah berdiri sendiri, melainkan ditopang oleh sejarah lain yang mendahuluinya, salah satunya berasal dari kecemburuan sebagian kelompok Islam jika Jakarta dikuasai oleh non Muslim. Namun yang lebih penting, bahwa Aksi Bela Islam memiliki kemungkinan upaya strategis dalam menyusun kekuatan politik sebagai “gerakan dari bawah” untuk mengikat masyarakat kepada konservatisme—sekaligus membangun kekuatan politik melalui oposisi pemerintah. Kedua, NU dan Muhammadiyah sebagai kelompok “Islam moderat” memiliki kontribusi terhadap besarnya partisipasi dan ketertarikan masyarakat dalam Aksi Bela Islam, sebagai imbas dari tidak adanya ketegasan dua Ormas tersebut dalam menyikapi dugaan penodaan agama ataupun Aksi Bela Islam.


2018 ◽  
Vol 33 (02) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Rofiqoh Ferawati

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan Indonesia untuk mencapai Sustainable Development Goals. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, Dana Pihak Ketiga dan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dan kemiskinan. Regresi Panel Provinsi di Indoesia dan untuk meilhat wilayah yang mampu mencapai SDGs dilakukan pemetaan dengan Diagram Cartesius. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa  pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah (DPK) dan Indeks  Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan secara bersama-sama, namun secara parsial IKLH tidak berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan. Wilayah yang memiliki peluang mewujudkan SDGs yaitu jawa tengah, karena wilayah ini memiliki pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata dengan IKLH yang juga tinggi.


2018 ◽  
Vol 33 (02) ◽  
pp. 126
Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin

Abstrak: Artikel ini memaparkan tradisi keagamaan perantau Bugis di Indragiri Hilir, Provinsi Riau, dan Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Ia juga mengungkapkan nilai-nilai dominan yang menjadi kekuatan pendorong mereka dalam kehidupan sosial. Didasarkan pada penelitian lapangan di dua Kabupaten tersebut, artikel ini menemukan bahwa perantau Bugis masih mempertahankan tradisi Islam yang mereka pelajari dari guru mereka di Sulawesi Selatan, seperti mangaji tudang, mappandre temme’, mabbarazanji, mammudu’, mammiraje’, mattampung, mappendrek tojang, mendre hajji, dan cemme sapareng. Tidak hanya berfungsi sebagai media untuk aktualisasi dan simbolisasi religiusitas, tetapi juga berfungsi sebagai motivasi untuk sukses. Tradisi-tradisi tersebut berjalan selaras dengan falsafah budaya asal mereka, yaitu pandangan dunia Panggadereng dan Siri, yang menjadi modal kultural dan sosial dalam proses akomodasi, akulturasi, asimilasi, dan integrasi dengan komunitas lokal. Kata Kunci: Perantau Muslim Bugis, Tradisi dan Modal Kultural, Riau dan Jambi   Abstract: This article describes the religious traditions of Bugis migrants in Indragiri Hilir, Jambi Province, and Tanjung Jabung Timur, Jambi Province. It also reveals the dominant values that become their driving force in social life. Based on the field research in both districts, this article concludes that Bugis migrants still maintain the Islamic traditions that they learned from their teachers in South Sulawesi, such as mangaji tudang, mappandre temme’, mabbarazanji, mammudu’, mammiraje’, mattampung, mappendrek tojang, mendre hajji, and cemme sapareng. These traditions are not only as a medium for the actualization and symbolization of religiosity, but also served as a motivation for success. These traditions are also in line with their original cultural philosophy, namely the Pangadereng and Siri world views as cultural and social capital in the process of accomodation, acculturation, assimilation, and integration to local communities. Keyword: Bugis Muslim Migrants, Tradition and Cultural Capital, Riau and Jambi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document