Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

91
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

2622-0954, 2301-9247

2021 ◽  
Vol 10 (01) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Jhon Tuah Aditya Saragih

Arsitektur Batak Karo merupakan salah satu arsitektur nusantara yang merupakan hasil dari kearifan lokal suku Batak Karo, salah satu arsitektur karo adalah rumah adat Karo. Masri Singarimbun menjelaskan bahwa rumah adat Karo tidak hanya terkait fungsinya tetapi berkaitan dengan proses pendirian dan cara berdiam didalamnya, ada begitu banyak peraturan adat ketika mendirikan dan menempati rumah tersebut. Sekarang masyarakat suku Batak Karo sudah beralih ke arsitektur kontemporer dan telah kehilangan makna dalam arsitekturnya. Penelitian ini akan mengkaji space dalam arsitektur karo dengan teori space yang dikemukakan oleh Christian Noberg Schultz yaitu architectural space dan existential space. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Ditemukan bahwa arsitektur karo merupakan manifestasi dari world view masyarakat karo yang menganggap dunia terbagi menjadi tiga bagian yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah dan juga konkretisasi dari  hubungan kekerabatan mereka yaitu anak beru, senina dan kalimbubu yang disebut dengan sangkep ngeluh.


2021 ◽  
Vol 10 (01) ◽  
pp. 48-57
Author(s):  
Gatot Adi Susilo

Keengganan masyarakat untuk membuat rumah dengan metode tradisional dan lebih menyukai dengan metode modern dikhawatirkan akan menyebabkan punahnya arsitektur tradisional. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan masyarakat mengenai metode tradisional arsitektur Sasak. Model Tata Massa Arsitektur Sasak adalah usaha untuk mengidentifikasi pola tatanan massa arsitektur Sasak di Pulau Lombok. Pengamatan dilakukan di sembilan lokasi yang tersebar di Pulau Lombok. Dari kesembilan lokasi tersebut, ditemukan enam lokasi yang layak dijadikan sampel. Keenam lokasi tersebut adalah rumah adat Sade, rumah adat Limbungan Barat, rumah adat Limbungan Timur, rumah adat Sembalun, rumah adat Senaru dan rumah adat Beleq Gumentar. Ada dua jenis tipe penataan massa berdasarkan kondisi lokasi, yaitu pola tatanan massa di area berkontur dan di area yang datar. Tipe bangunan yang dipilih bersesuaian dengan jenis pola tatanan massanya, di mana tipe Bale Mengina diperuntukkan untuk daerah datar, sedangkan tipe Bale Tani diperuntukkan untuk daerah berkontur. Adapun tipe Geleng yang ditemui pada semua tipe tatanan massa, mengalami proses tranformasi bentuk.


2021 ◽  
Vol 10 (01) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Rahmi Amin Ishak
Keyword(s):  

Ruang Administrasi Departemen Arsitektur Unhas merupakan bagian dari fungsi ruang di gedung Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa, yang memiliki intensitas aktivitas cukup tinggi. Sebagai fungsi administrasi, akademik, dan penunjang, ruang ini menjadi titik simpul pertemuan antara staf pegawai, dosen, dan mahasiswa. Terjadi pergeseran sifat ruang administrasi yang formal menjadi informal dengan adanya kegiatan lain. Studi ini bertujuan mengidentifikasi latar perilaku (behavior setting) pemanfaatan ruang kerja Departemen Arsitektur Unhas, dengan mengamati objek penelitian dan menjelaskan atau menggambarkan latar fisik ruang, dan latar perilaku pengguna ruang, serta menganalisis unsur-unsur atribut yang terjadi dalam ruang.  Penelitian ini bersifat eksploratif-deskriptif, menggunakan teknik pengamatan pemetaan perilaku (Behavior Mapping) yang menekankan pada perilaku pengguna dalam suatu waktu di tempat tertentu (Place-Centered Mapping), Physical Trace, dan Time Budget. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan latar fisik ruang mempengaruhi perilaku pengguna dan membentuk pola perilaku dan konfigurasi peta mental yang cenderung terjadi berulang. Ruang kerja dan ruang tunggu cenderung fleksibel dan adaptabel, terdapat teritori pada area ruang kerja. Di ruang kerja tampak penggunaan ruang dalam satu latar mengalami proses identifikasi perilaku, namun identifikasi tersebut cenderung tidak berpengaruh pada latar ruang.


2021 ◽  
Vol 10 (01) ◽  
pp. 27-37
Author(s):  
Helfa Rahmadyani

Penggunaan energi pada bangunan berdampak pada lingkungan. Berdasarkan sektor kegiatannya, penggunaan energi pada bangunan didominasi oleh kegiatan operasional bangunan. Dalam mengidentifikasi penggunaan energi listrik pada kegiatan operasional bangunan, aspek yang paling krusial untuk dibahas yaitu dari segi aspek perilaku. Aspek perilaku berkaitan dengan kesadaran penghuni bangunan terhadap pentingnya menggunakan energi dengan optimal. Hal tersebut sering disebut pro-environmental behavior. Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi perilaku penghuni dalam mengkonsumsi energi jika dilihat dari sisi negatif pengguna, yaitu perilaku boros energi. Penelitian akan mengungkapkan hubungan korelasional antara kategori perilaku boros energi dan kategori alasan berperilaku boros energi. Selain itu penelitian juga mengungkapkan perbedaan antar karakteristik penghuni bangunan terhadap kategori perilaku boros energi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif-kuantitatif yang bersifat eksplanatori yakni mencari hubungan antar variabel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei online yang dibagikan secara snowball-non-random-sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa kategori perilaku boros energi yaitu “gawai”, “penerangan”, “elektronik”, “kendaraan”, “air”, “alat rumah tangga”, dan “setrika”. Sementara kategori alasan berperilaku boros energi yaitu “ketidakpedulian”, “kebiasaan”, “keterpaksaan”, dan “kebutuhan”. Kategori “ketidakpedulian” berhubungan dengan kategori “elektronik” dan “air”, kategori “kebiasaan” berhubungan dengan kategori “gawai” dan “setrika”, kategori “keterpaksaan” berhubungan dengan kategori “kendaraan” dan “alat rumah tangga”, sementara kategori “kebutuhan” berhubungan dengan kategori “kendaraan”. Penelitian juga menemukan bahwa perbedaan jenis kelamin penghuni memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kategori “setrika”, perbedaan pekerjaan penghuni memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kategori “kendaraan” dan “alat rumah tangga”, sementara perbedaan tingkat penghasilan penghuni memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kategori “air”.


2021 ◽  
Vol 10 (01) ◽  
pp. 9-16
Author(s):  
Dewi Retno Prameswari

Cipaganti Great Mosque by C. P. Wolff Schoemaker was built in 1933. Data related to this mosque was lost along with a fire that occurred in C. P. Wolff Schoemaker's house in 1948, while the mosque building has changed considerably compared to the original building. Responding to this problem, this study is conducted to reveal the origin form of Cipaganti Great Mosque, so that the results of this study are expected to help the process of inventory of cultural heritage buildings in Bandung City and to be a reference in conservation activities, especially related to the Cipaganti Great Mosque in the future. This qualitative research was carried out through two stages, starting from the data collection followed by the data verification to obtain building data from the Cipaganti Great Mosque. This study revealed that in designing the mass of the building, C. P. Wolff Schoemaker used modules of 2.5 m and 3 m in the floor plan design, while the dominance of the 1.5 m module was also seen in the height of the building mass. The mosque building was also designed symmetry as the work of C. P. Wolff Schoemaker in general.


2021 ◽  
Vol 10 (01) ◽  
pp. 38-47
Author(s):  
Ariessa Khalista pratami

Wabah Covid-19 mengubah dunia dari berbagai lini, penelitian ini berangkat dari lini spasial terkecil yaitu rumah. Rumah semakin krusial, dituntut semakin efisien, kompak, multifungsi, dan cepat beradaptasi. Tidak sekedar menjadi rumah sehat di masa pandemi Covid-19, namun mampu meningkatkan imunitas tubuh bagi penghuni yang karantina / isolasi mandiri di rumahnya masing-masing maupun penghuni yang rentan terhadap penyakit seperti lansia dan bayi. Disinilah helioterapi didialogkan dengan konteks rumah dimana sebagai terapi yang dapat meningkatkan imunitas penghuni. Lingkup penelitian ini berfokus terhadap bagaimana konsep helioterapi dapat diterapkan ke dalam rumah di masa pandemi Covid-19 ini. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai eksplorasi pemikiran kritis, pengetahuan dan fakta dari data-data terkait. Hal tersebut didialogkan bersama sehingga dapat ditarik kesimpulan berupa sumbangan pemikiran di lingkup keilmuan arsitektur. Helioterapi dapat diterapkan ke hunian dengan prinsip rumah aman selama pandemi dengan rekayasa bukaan pintu jendela. Dengan adanya pandemi ini, merupakan pemantik awal titik renungan kita semua sebagai arsitek untuk mampu mengembalikan kemurnian tujuan profesi arsitek yang sebenarnya.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 129-134
Author(s):  
Zya Dyena Meutia ◽  
Roos Akbar ◽  
Denny Zulkaidi

Pusaka merupakan salah satu unsur penting dalam perencanaan kota. Pusaka dapat terbentuk karena nilai-nilai signifikan yang melekat padanya, namun selama ini acapkali pusaka dianggap penting jika memiliki nilai-nilai berkarakteristik baik dan positif pada sebuah kawasan berupa bangunan, kelompok bangunan dan monumen. Padahal tidak hanya itu, pusaka terbentuk dari nilai-nilai signifikan yang komprehensif baik akibat peristiwa baik maupun buruk dan nilai usia tidak menjadi pertimbangan utama lagi. Tujuan penelitian ini adalah pemikiran komponen nilai-nilai dalam perencanaan pusaka yaitu nilai tangible dan nilai intangible yang membangkitkan nilai-nilai dalam masyarakat untuk melestarikan pusaka. Penelitian ini memakai metode gabungan dengan pendekatan interpretatif dari hasil survei online dan wawancara mendalam karena berupaya mengkonstruksikan keberadaan nilai-nilai signifikan kultural dalam persepsi publik yang memandang sebuah kawasan sebagai pusaka dengan mengambil kasus di beberapa kawasan yang terkena dampak bencana tsunami 2004 di Banda Aceh seperti kawasan kapal PLTD Apung dan sekitarnya. Hasil pembahasan yang didapatkan adalah persepsi publik akan nilai-nilai pembentuk pusaka lebih menekankan pada nilai-nilai intangible seperti, nilai memori, nilai sense of place, nilai spiritual dan nilai tradisi sebagai bentuk pembelajaran dengan mengenang peristiwa besar yang dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk fisik di kawasan pasca bencana.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 86-94
Author(s):  
Bambang Wicaksono ◽  
Ari Siswanto ◽  
Susilo Kusdiwanggo ◽  
Widya Fransiska Febriati Anwar

Eksistensi Sungai Musi pada awalnya menjadi orientasi bangunan rumah yang menghadap ke sungai. Ruang air mulai di persempit dengan kehadiran bangunan baru yang menempati area diatas lahan yang tertutup air. Perubahan budaya sungai ke darat berpengaruh kepada kehadiran bangunan baik yang lama maupun yang baru. Hal ini menyebabkan hilangnya potensi lokal dan identitas arsitektur lokal dan berakibat hilangnya eksistensi sungai tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh eksistensi sungai Musi dalam perubahan orientasi permukiam tepi sungai dari ruang air ke ruang darat. Untuk mencapai tujuan tersebut, studi mengidentifikasi jejak arsitektur permukiman, mengekplorasi aktivitas dan gagasan masyarakat tepian sungai. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Analisis dilakukan secara kualitattif terhadap variabel, orientasi, posisi, bentuk, dan tata letak hunian tepi sungai. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tepian sungai yang dibangun pada area aliran anak sungai masih memiliki orientasi ke sungai. Sedangkan rumah yang dibangun pada area yang dekat dengan jalan bergeser lebih orientasi ke darat. Studi menyimpulkan bahwa Perubahan orientasi permukiman tepian sungai disebabkan oleh perubahan eksistensi Sungai Musi Palembang.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 103-108
Author(s):  
Eka Susanti ◽  
Desak Putu Damayanti

Konsep rumah tradisional Bali umumnya dikelan dengan sebutan Natah. Natah di bagi menjadi dua berdasarkan konfigurasi bangunannya, Tri Mandala yang bersifat linier dan Sanga Mandala yang bersifat kompak. Tiap konsep natah memiliki respon yang berbeda terhadap lingkungan di sekitarnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan komparasikan efek dari konsep konfigurasi bangunan terhadap kinerja termal luar ruangan. Pada kajian ini menggunakan metode pengukuran lapangan yang kemudian divalidasi dengan bantuan simulasi Envi-met untuk mencari hubungan sebab-akibat dari pola tata letak terhadap kinerja termal luar ruangannya. Hasilnya menunjukkan bahwa konsep Tri Mandala mengalami fluktuasi Temperatur dan kecepatan angin lebih stabil dari konsep Sanga Mandala. Rata-rata temperature luar ruang pada konsep Tri Mandala cukup baik yaitu sebesar 24,33 oC dan kecepatan angin antara 0,5-1m/s. Konfigurasi yang bersifat linier pada konsep ini dapat mendistribusikan temperatur dan aliran angin secara merata, sehingga proses pendinginan temperaturnya lebih cepat.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 116-123
Author(s):  
Muhammad Iqbal ◽  
Effan Fahrizal ◽  
Heggy Selmi

Upaya pelestarian arsitektur tradisional Aceh, khususnya bangunan “Rumoh Aceh” dirasakan sangat kurang. Saat ini, “Rumoh Aceh” milik T. Tjhik Muhammad Said yang berlokasi di Cunda Kota Lhokseumawe masih berdiri tegap dan memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat aceh pada zaman dulu, dimana nilai sosial, budaya, ekonomi, religi dan estetika tercermin dari bentuk denah, tampilan bangunan serta detail ornamen arsitektur. Rumah tersebut merupakan saksi sejarah perkembangan arsitektur pada masa itu, dimana tanpa disadari, masyarakat aceh telah mengimplementasikan nilai-nilai arsitektur, seperti fungsi, bentuk dan estetika dalam membangun rumah. Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan penelusuran keberadaan rumah aceh milik T. Tjhik Muhammad Said, sebagai upaya untuk pelestarian Arsitektur Rumoh Aceh. Adapun metode penelitian mengikuti prinsip dokumentasi dari ICOMOS dan bersifat kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa keberadaan rumah aceh Tjhik Muhammad Said merupakan bukti otentik yang menunjukkan nilai Arsitektur telah berkembang dan tumbuh sejak lima abad yang lalu.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document