Societas Dei Jurnal Agama dan Masyarakat
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

105
(FIVE YEARS 46)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Reformed Center For Religion And Society

2599-3267, 2407-0556

2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Carmia Margaret ◽  
David Alinurdin

Beberapa diskusi kekinian tentang realitas ruang virtual menunjukkan bahwa ruang virtual dapat memediasi kehadiran antarsubjek dan menciptakan relasi yang bermakna. Artikel ini hendak menguji realisasi gagasan ini pada sebuah ruang komunikasi virtual bernama Clubhouse yang sempat marak menjadi perbincangan. Clubhouse merupakan aplikasi media sosial yang memungkinkan pengguna untuk terkoneksi secara langsung hanya melalui medium suara serta tanpa teks, gambar, foto, atau video. Awalnya, Clubhouse dibuka hanya untuk pengguna yang memiliki akses undangan dari pengguna sebelumnya. Akan tetapi, belakangan aplikasi ini dapat diakses secara bebas oleh seluruh pengguna internet tanpa undangan. Jika aplikasi Clubhouse dibaca sebagai sebuah “teks kultural,” akan ditemukan nilai-nilai yang bersinggungan dengan nilai-nilai Injil, yaitu tentang eksklusivitas dan inklusivitas, serta unsur memberi diri dalam sebuah relasi. Melaluipembacaan ini, Clubhouse dinilai dapat dijadikan salah satu alternatif ruang menjalin relasi, jika penggunaannya diimbangi dengan penciptaan konteks atau kondisi yang memastikan pengguna menyadari dan mengupayakan kesengajaan akan keberadaan dirinya; serta mengoptimalkan pemenuhan gambaran mental melalui ragam jejak kehadiran.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Sharon D. Budihardjo

2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 135-139
Author(s):  
Semy Arayunedya
Keyword(s):  

Perubahan dalam paradigma keamanan tetap merupakan peluang bagi agama-agama untuk memberi dirinya berembuk urun gagasan pada urusan-urusan di bumi. Umat dan lembaga-lembaga keagamaan seyogianya terpanggil untuk ikut serta bersumbangsih pada bentang eksakta hingga humaniora maupun rentang kini hingga masa depan. Tentu tidak hanya berhenti pada menyingsingkan lengan bersama-sama ketika membantu korban bencana alam, mengatasi kemiskinan, menegakkan hak asasi manusia, atau memperjuangkan lingkungan hidup yang layak. Misi universal agama adalah juga menitikberatkan pada perkembangan diri manusia (human flourishing). Jalan ini hanya dapat dilalui dengan mengalihkan cinta akan kenikmatan (the love of pleasure), yang mana merupakan poros utama budaya saat ini, menjadi menikmati cinta (the pleasure of love).


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Jessica Novia Layantara ◽  
David Tobing

Sebagai peristiwa traumatik, kekerasan seksual melumpuhkan identitas korban sehingga menjadikan korban kehilangan keberdayaan sebagai manusia. Namun, identitas korban-korban kekerasan seksual itu dapat dipulihkan. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam artikel ini adalah apa yang memungkinkan, secara filosofis dan teologis, pemulihan atau perubahan identitas korban (victim) menjadi identitas penyintas tertebus (redeemed survivor). Artikel ini akan berupaya menjawab pertanyaan tersebut dari sudut pandang filsafat Paul Ricoeur mengenai identitas naratif sebagai kerangka (form) dan teologi Miroslav Volf mengenai ingatan kudus (sacred memory) dalam sejarah keselamatan sebagai isi (matter) dari identitas penyintas tertebus. Tesis dalam artikel ini adalah pemulihan atau perubahan identitas korban menjadi penyintas tertebus dimungkinkan melalui pemulihan identitas naratif korban yang berisi memori suci (sacred memory) dalam paradigma naratif sejarah keselamatan Kristen.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 141-157
Author(s):  
Tony Wiyaret Fangidae

Artikel ini mendiskusikan teks-teks perang dalam Kitab Suci Ibrani yang digunakan untuk keabsahan perang dalam bentuk aktual. Keprihatinan ini dibahas secara khusus dengan merujuk kepada teks-teks yang menarasikan perang dalam Kitab Suci Ibrani (Keluaran 14: 13-14, 15: 3) yang dimanfaatkan demi kepentingan peperangan dan mengatasnamakan Allah. Penggunaan teks Kitab Suci dan keterlibatan Allah dalam perang menggeser paradigma perang, dari sekadar perang menjadi perang suci. Artikel ini berfokus pada diskursus perang dalam Kitab Suci Ibrani, lalu menarik sejumlah kesimpulan yang mampu membantu pembaca memahami polemik keterhubungan Kitab Suci Ibrani dan perang. Artikel ini ditutup dengan pernyataan bahwa teks perang dalam Kitab Suci Ibrani berkapasitas untuk mendekonstruksi paradigma perang sekaligus mampu mendorong pembaca untuk mengedepankan pembebasan dan kemerdekaan.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Palupi Lindiasari Samputra ◽  
Muhammad Akbar Satrio

The human character of Pancasila which is based on faith in God. This research aims to identify the nationalist character produced through the Leadership Camp program, measure the level of nationalism character education, and analyze the strategies carried out by the mosque youth organizations at the Al Azhar Youth Leadership Institute in strengthening the nationalist character of youth. The quantitative method with the type of survey to 100 respondents uses EFA and the nationalism character education index. According to students in the Leadership Training, the nationalist leadership they get is integrity, cooperation, character, nationalism, devotion to worship, and independence. Religious nature consists of morals and obedience to worship. The nationalist Character Education index calculation is 92.51%, which means that the program classifies as a high portion of the nationalism character education learning. The best strategy that AYLI can choose is consistency with a program that is already running well.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Yeremia Yordani Putra ◽  
Yohanes Krismantyo Susanta

Pornografi adalah sebuah budaya yang turut berkembang pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, pornografi dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan menjadi komoditas komersial yang bernilai ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan refleksi teologis yang dalam guna memperbaiki paradigma dan praksis tentang makna tubuh dan seksualitas. Dengan menggunakan penelitian pustaka, tulisan ini memperlihatkan bahwa pornografi telah mendistorsi pemahaman manusia mengenai seksualitas dan persepsinya tentang sesama manusia. Paham dan tindakan pengobjekan terhadap tubuh demi kesenangan diri sendiri telah berlaku dan dianggap benar oleh masyarakat. Oleh karena itu, tulisan ini menawarkan teologi tubuh sebagai upaya memperbaiki misinterpretasi tentang tubuh. Tubuh bukan sekadar raga, melainkan seluruh eksistensi diri manusia yang juga merupakan identitas personal sekaligus komunal.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 7-30
Author(s):  
Johanis Putratama Kamuri ◽  
Grace Mariany Toumeluk

This paper is aimed to determine the appropriate Christian attitude towards the practice of belis (dowry) in Sumba Island. The biblical, anthropological, and sociological concepts of dowry are the conceptual framework for understanding and analyzing the concept of belis. Based on systematic reviews and asymmetric comparisons of the Sumbanese belis concepts and biblical concept of dowry, it is found that rejection of the practice of belis is unnecessary. Belis can be practiced by Sumbanese Christians with a critical attitude. The goal is the transformation of the belis culture. Transformation is achieved through several actions: doing belis principles that do not conflict with biblical principles; rejecting the principles that conflict with biblical principles; and avoiding the practices of belis which have been distorted by deviating motivations either from the biblical or the rights belis principles. Keywords: Belis; Dowry; Marapu; Sumba; Cultural Transformation.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 85-107
Author(s):  
Rohit Mahatir Manese

This article aims to describe caused the restriction of religion and belief freedom and its implications in Indonesia. The author’s argument on the ownership that limitation of the religion and belief freedom in Indonesia which have mainstreams about religious values and blasphemy. It causes diversity in Indonesia to limited pluralism experience. With the perspective of pluralism, limiting the religion and belief freedom is carried out by the state makes ancestral religions which is not declared as official religions. Apart from making the state that recognizes only six religions, this statement contradicts the Universal Declaration of Human Rights (UDHR) and the International Covenant. By using the literature review method, this article finds that the religion and belief freedom in Indonesia experiences delimited pluralism so this condition brings to negotiated on ancestral religions and intolerance to minority groups. Keywords: Freedom of Religion and Belief; Religious Value; Delimited Pluralism; Discrimination; Intolerance.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Semy Arayunedya
Keyword(s):  

Keamanan (security) dalam konteks politik negara dan hubungan internasional adalah sebuah konsep yang menawarkan jaminan di mana tiap warga negara, masyarakat, dan negara dapat hidup dalam keadaan aman. Konsep ini cukup kontroversial karena setidaknya memuat dua hal: fleksibilitas definisi ancaman (notion of threat) dan subjektivitas dari referent object (komunitas masyarakat atau negara) . Keduanya saling berkait. Ancaman dapat didefinisikan oleh referent object yang biasanya diperankan negara atau rezim pemerintah. Begitu ditentukan definisinya, negara mulai menggambarkan jenis dan skala ancaman terhadap teritori, kedaulatan, ideologi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document