Journal of Research and Thought on Islamic Education (JRTIE)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

32
(FIVE YEARS 24)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By IAIN Pontianak

2622-5263, 2622-8203

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 39-58
Author(s):  
Faisal Abdullah

Abstrak By: Faisal Abdullah, M.S.I Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya`kub bin Maskawaih. Ada yang menyebut bahwa nama tokoh ini “miskawaih” saja, tanpa “ibnu”, karena belum dapat dipastikan apakah Miskawaih adalah namanya sendiri atau nama putra (ibnu) Miskawaih. Ibnu Miskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filsafat. Di samping itu, ia juga seorang moralis, penyair, serta banyak mempelajari kimia. Ia belajar sejarah, terutama Tarikh at-Tabari (sejarah yang ditulis at-Tabari), pada Abu Bakar Ahmad bin Kamil al-Qadi pada tahun 350 H/960 M, sementara filsafat ia pelajari melalui guru yang bernama Ibnu Khamar, seorang mufasir (juru tafsir) kenamaan karya-karya Aristoteles. Bagian terpenting dari pemikiran filosofis Ibnu Miskawaih ditujukan pada etika atau moral. Ia seorang moralis dalam arti sesungguhnya. Masalah moral ia bicarakan dalam tiga bukunya: Tartib as-Sa`aadah, Tahziib al-Akhlaq, dan Jawadan Khirad. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat manusia Ibn Miskawaih dalam kitab Tahdzib Al-akhlaq dengan fokus pada konsepsi tentang moral atau etika yang sangat berhubungan erat dengan masalah ruh. Ia mempersamakan pembawaan ruh dengan kebajikan-kebajikan yang mempunyai tiga macam pembawaan: rasionalitas, keberanian, dan hasrat; di samping itu ruh juga mempunyai tiga kebajikan yang saling berkaitan, yaitu: kebijaksanaan, keberanian, dan kesederhanaan. Mengenai fitrah manusia Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa adanya manusia bergantung pada kehendak Tuhan, tetapi baik-buruknya manusia diserahkan kepada manusia sendiri dan bergantung pada kemauannya sendiri. Manusia mempunyai tiga macam pembawaan: akal (yang tertinggi), nafsu (yang terendah), dan keberanian (diantara kedua lainnya). Dalam masalah etika, Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa kebaikan terletak pada segala yang menjadi tujuan, dan apa yang berguna untuk mencapai tujuan tersebut adalah baik juga. Kebaikan atau kebahagiaan adalah sesuatu yang relatif dan dapat juga dicapai di dunia. Melalui studi kepustakaan, dengan pendekatan analisis konten, studi menemukan fakta historis bahwa Ibnu Miskawaih menjelaskan jiwa bukan tubuh, bukan bagian dari tubuh , bukan pula keadaan dalam tubuh, tetapi sesuatu yang lain dengan tubuh, baik dari segi substansinya, penilaiannya, sifat-sifat serta tingkah lakunya. Fakultas berfikir (al-quwwah al-natiqah); Fakultas nafsu syahwiyah; Fakultas amarah ( al-quwwah al-ghadhabiyyah). Miskawaih juga menjelaskan bahwa Penyakit-penyakit dari sifat-sifat hamba terbagi menjadi dua macam: Pertama, sebagai hasil dari perbuatan, Kedua, akhlak buruk yang memang bersumber dari nafsunya yang tercela. Miskawaih juga menempatkan empat kebajika pokok: Kearifan, Sederhana, Keberanian, Keadilan. Kata Kunci : Ibn Miskawaih, Pendidikan, Akhlak


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 123-154
Author(s):  
Arief Adi Purwoko

Ideology is an important part of human life, both as ideals and the system of thinking. Nevertheless not many realize, that ideology is a construction, either consciously or naturally formed. This article is a literature study, in an effort to uncover and illustrate contemplatively the development of education of ideology, especially by placing civic education at Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) as a filter of the radicalisation. The strategy offered is the adoption of integrated curriculum to raise students’ conscientization. The article discusses the transformation of Pancasila ideology through: i) urgency of civic education in PTKIN; II) The role of PTKIN to convey Pancasila as national ideology; and (iii) an integrated curriculum model in civic education as an ideological transformation effort. The discussion will begin from the role of PTKIN as a government representative in implementing education, which is to educate citizens as well as assert Pancasila as a nation's ideology. PTKIN must be able to translate the universal values of Islam and Pancasila, without any conflict. At the same time, the citizenship education in it does not have to be interpreted as a doctrinal space, but rather a dialogical space between the universal values of which — manifested in both the theory and the legal evidence — in various events. It will also comparatively describe that “stick and carrot model” would rather keep away from education goals, only create fear, and not differ from the pattern of a radicalism. In conclusion, the integrated curriculum involves the creation of products from various branches of science, multidisciplinary, especially from the scientific work that has been produced by PTKIN, as well as studies adopted from Islamic Studies. By adopting the integrated curriculum, hopefully, will be formed a holistic understanding of students, so that with the conscientization, independently will be able to analyse the threat of radicalism for the existence of the Republic of Indonesia.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 59-71
Author(s):  
Nur Fatimah ◽  
Firdaus Ainul Yaqin

Kitab kuning merupakan kekhasan pesantren sebagai salah satu institusi pendidikan islam, atau sebagai andalan dalam kancah pendidikannya. Dalam penerapan kitab kuning itu terdapat beberapa metode untuk menguasai dan memahami pembelajaran kitab kuning. Metode yang paling umum dalam pembelajaran kitab kuning adalah metode sorogan dan wetonan. Akan tetapi di Pondok Pesantren Bahrul Ulum menggunakan metode yang dikenal dengan Metode Al-Ghoyah. Berdasarkan keterangan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti metode baru, dengan membuat judul “Aplikasi Metode Al-Ghoyah dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Desa Sumur Dalam kecamatan besuk Kabubaten Probolinggo” Dari pemaparan diatas maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana aplikasi metode al-ghoyah pada pesantren Bahrul Ulum? 2. Apa kelebihan dan kekurangan aplikasi metode al-ghoyah? Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, Sedangkan jenis penelitianya adalah deskriptif. Dalam pengumpulan data dengan menggunakan metode pengamatan/observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil yang didapatkan dari penelitian di pondok pesantren Bahrul Ulum adalah 1. Aplikasi Metode Al-Ghoyah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum yaitu dengan melakukan tiga tahapan yaitu, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. 2. Kelebihan dan kekurangan Metode Al-Ghoyah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum yaitu Kelebihan : cepat dalam membaca dan memahami Kitab Kuning dalam waktu 20 hari, penerapan metode yang mudah diterima oleh santri, penampilan pembacaan Kitab Kuning ketika Haflatul Ikhtibar, mengikuti lomba dalam bidang Al-Jurumiyah. Kekurangannya adalah kurangnya pembimbing Metode Al-Ghoyah, santri harus punya pemahaman terhadap ilmu alat, serta mahalnya biaya yang harus dikeluarkan.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 19-38
Author(s):  
Sigit Tri Utomo

This paper contains a presentation about the curriculum in the development of Islamic religious education. The curriculum becomes very important in educational institutions because the curriculum is the "heart" of education. The curriculum is a set of tools to achieve goals, starting from planning, starting from initial planning, to planning, such as; strategic planning program planning, such as; Individual-based programs, module-based programs, competency-based or entrepreneurial-based programs. In the dimensions of Islamic religious education curriculum development, there are several matters such as theological foundation, philosophical foundation, social foundation, foundation of wisdom and foundation of Pancasila and technology foundation. While the principles in the development of the PAI curriculum are the principles of relevance, effectiveness, efficiency, sustainability, approval and integration. Based on the concepts of educational curriculum development and curriculum development, the curriculum development after observing the characteristics of the Islamic education curriculum are the basis of curriculum development, the principles of curriculum development, then it must be in accordance with what will be done in curriculum development; Whether discussing fields of study, discussing between participants, discussing reconstructionism, discussing humanism, or accessing national development.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 72-91
Author(s):  
Fadhlurrahman Fadhlurrahman ◽  
Hardi Mahardika ◽  
Munaya Ulil Ilmi
Keyword(s):  

Artikel ini mengkaji pemikiran al-Ghazali dalam menanamkan nilai religius kepada peserta didik. Metode ini bisa menjadi rol model untuk diimplementasikan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Peserta didik harus menjadi fokus utama dalam perubahan bangsa ke depan. Merekalah yang akan meneruskan perjuangan para pendahulu dalam memajukan Indonesia. Internalisasi nilai religius menjadi salah satu solusi dalam menyiapkan generasi milenial ke depan. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah library research yang difokuskan mencari metode apa saja yang bisa diterapkan untuk internalisasi nilai religius kepada peserta didik. Hasilnya ada beberapa metode yang bisa diimplementasikan kepada peserta didik guna internalisasi nilai religius; Pertama, langkah perencanaan penanaman nilai-nilai religius pada pesera didik. Kedua, pelaksanaan internalisasi nilai-nilai religius pada pesera didik. Ketiga, melalui kegiatan Intrakurikuler disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan. Keempat, melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kelima, menanamkan nilai kejujuran. Keenam, menanamkan nilai toleransi. Ketujuh, menanamkan nilai kedisiplinan. Kedelapan, menanamankan nilai peduli lingkungan. Kesembilan, menanamkan nilai peduli sosial. Kesepuluh, penanaman nilai tanggungjawab.


Author(s):  
Arham Junaidi Firman

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara spesifik pengembangan dan implementasi kurikulum yang dilakukan oleh SMP Muhammadiyah 1 Depok Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan lokus SMP Muhammadiyah 1 Depok Yogyakarta. Subyek pengumpulan data adalah waka kurikulum dan guru pendidikan agama Islam yang dilakukan melalui observasi empirik, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi, display dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, yaitu: Pertama, Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 1 Depok (MUSADE) menggunakan dasar yang dijadikan sebagai acuan dan telah sesuai dengan langkah-langkah pengembangannya serta telah melibatkan berbagai pihak dalam proses pengembangan kurikulum. Kedua, Implementasi kurikulum di SMP Muhammadiyah 1 Depok (MUSADE) bisa dilihat dari guru pendidikan agama Islam yang telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan adanya pemahaman guru secara seksama terhadap kurikulum. Implementasi kurikulum mencakup tiga aspek, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian proses pembelajaran, meskipun dalam implementasinya masih ditemukan hambatan-hambatan.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 92-109
Author(s):  
Yumidiana Tya Nugraheni ◽  
Agus Firmansyah

Islamic education learning aims to foster cognitive, psychomotoric, and affective aspects of participants. Based on reality, Islamic education learning implemented in elementary schools tends to focus on cognitive and ideological aspects. The cognitive aspect referred to as pie learning focuses the transfer of knowledge. The ideological aspect referred to Islamic education which was related was related to the religious ideology of the teacher. The ideological aspect of Islamic education occurs because the school was founded by a particular foundation or organization. Islamic education learning that focuses on internalizing values has a small portion. Based on that reality, Muhammadiyah elementary school is a conditional chess school that balances cognitive, affective, and psychomotoric aspects in Islamic education learning. One way to do this is to implement the self-reliant Islamic education curriculum. The research is a field research that aims to find out the concept and implementation of independent curriculum-based pies in Muhammadiyah elementary school Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. The concept of Islamic education curriculum based on independence can be seen from the vision, mission, curriculum. The implementation of Islamic education curriculum based on Independence can be reviewed and intracurriculer, extracurricular, and supporting activities that are monthly, semester, and yearly.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 110-122
Author(s):  
Anggun Sisweda ◽  
Sahrani Sahrani ◽  
Rizki Susanto

Abstrak: Tradisi Sedekah Bumi merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh Suku Jawa sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rezeki yang diberikan Allah SWT. Sebagai warisan budaya Jawa, tradisi ini harus dipertahankan agar tetap eksis dengan memperhatikan nilai lubur bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, mengetahui pelaksanaan tradisi sedekah bumi di Dusun Melati, Desa Olak-Olak Kubu, Kabupaten Kubu Raya dan Kedua, menemukan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam tradisi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menemukan fakta empiris tentang pelaksanaan tradisi sedekah bumi di Dusun Melati yang mungkin berbeda dengan daerah lainnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tradisi sedekah bumi sebagai bentuk rasa syukur pada Allah SWT dilaksanakan dengan rangkaian berupa: bersih kampung; selamatan; dan kegiatan sosial. Adapun nilai pendidikan Islam yang ditemukan dalam tradisi sedekah bumi di Dusun Melati, Desa Olak-Olak Kubu, Kabupaten Kubu Raya adalah nilai syukur, silaturahmi, al-Ukhuwah, Insyirah dan Al-Munfiqun, sedekah, dan gotong royong. Kata Kunci: Tradisi, Sedekah Bumi, Nilai Pendidikan Islam


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 212-228
Author(s):  
Ubai Dillah

Abstrak: Persoalan pendidikan akhlak hingga saat ini masih harus diutamakan, terlebih jika kita melihat kondisi akhlak umat akhir-akhir ini, saat ini umat Islam mengalami kemerosotan akhlak. Dalam Islam pendidikan akhlak ini akan menjadi petunjuk hubungan manusia dengan manusia maupun hubungan manusia dengan rabbnya, demikian juga sebaliknya pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan akhlak anak, baik pendidikan di rumah atau di sekolah. Menyikapi fenomena tersebut salah satu cara yang tepat dalam pendidikan akhlak adalah melalui kisah. Pada penelitian ini peneliti mengambil judul Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Kisah Uwais Al Qarni. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keteladanan yang terdapat pada kisah Uwais Al Qarni dan menganalisis Nilai-nilai pendidikan akhlak pada kisah Uwais Al Qarni. Hasil dari penelitian ini adalah pada kisah Uwais Al Qarni terdapat beberapa keteladanan dan nilai pendidikan akhlak didalamnya. 1. Kisah keteladanan Uwais Al Qarni yaitu Kisah berbakti kepada ibunya, Uwais Al Qarni pergi ke Madinah, Uwais Al Qarni bertemu dengan Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, Uwais Al Qarni wafat. 2. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kisah Uwais Al Qarni adalah Berbakti kepada orang tua, tawadhu, zuhud, sabar dan cinta Rasul.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 255-268
Author(s):  
Sulaiman Sulaiman Sulaiman

This research aims to know the perspective of Islamic students about English subject. It reveals the questions such as: 1) what is the perspective of Islamic studies students towards English Subject in State Islamic Institute Pontianak?, 2) how does English learning process help Islamic studies students in State Islamic Institute Pontianak enrich their field study knowledge?. The research used mixed method. To answers the first research question, survey was used as research method, and questioner was used as instrument. Meanwhile, to answer the second research question, qualitative approach was chosen as method to gain answer. Interview was used as data collecting technique. The finding found that Islamic education students had positive perception dealing with the importance of learning English. The result also showed that English learning process on most of students’ perspective had not been effective and it did not give much contribution in increasing students’ English ability which deals with their disciplines. In conclusion, positive perception of students about the importance of learning English was not facilitated enough by learning process. Keywords: Students’ Perspective, Islamic Education Students, English Subject.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document