2020 ◽  
Vol 29 (5) ◽  
pp. 731-745
Author(s):  
Vicente Sandoval ◽  
Juan Pablo Sarmiento

PurposeThis paper introduces the state of informal settlements in Latin America and the Caribbean, and it explores potential relationships between informal settlements and national policies on urban development and disaster risk reduction, especially on how risk governance and disaster resilience are conceived and practiced by governments.Design/methodology/approach17 Habitat III National Reports issued during the preparatory process toward the New Urban Agenda in 2016 are analyzed using statistics and qualitative methods. Some quantitative variables, such as access to drinking water and sewerage in the region, are combined with qualitative data from references to the Sendai Framework and national urban policies in the mentioned reports. Countries in the study include Argentina, Barbados, Bolivia, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Cuba, Dominican Republic, Ecuador, Guatemala, Honduras, Jamaica, Mexico, Paraguay, Peru, and Uruguay.FindingsResults show that the situation of informal settlements in the region is complex and presents two different realities that coexist: one group of countries in which provision of basic urban services poses great challenges for a significant proportion of the urban population, while the other group in which urban informality and precariousness persists despite better statistics. Risk governance and disaster resilience principles are scarcely articulated in existing urban development discourses in the region.Originality/valueThe preparatory process toward the New Urban Agenda allowed to conduct an original updated cross-country analysis and to identify cross-cutting issues on informality, risk reduction, and urban development in the region.


2021 ◽  
Vol 32 (1) ◽  
pp. 83-98
Author(s):  
Novi Maulida Ni'mah ◽  
Muhammad Sani Roychansyah ◽  
Bambang Hari Wibisono

The imperative of ‘making cities resilient and sustainable’ necessitates cities to develop adaptation concepts and practices in response to the uncertainty, rapid change, and complexity of urban areas. A new concept of governance that can answer the challenges of contemporary urban development and ensure long-term sustainable development is required. This study aimed to identify the general framework of adaptive urban governance by review, elaboration, and analysis of documents, in this case, scientific articles that discuss urban governance specifically related to climate change adaptation (CCA) and disaster risk reduction (DRR). The results of this study include an overview of governance approaches appearing in the literature on CCA and DRR, which was parsed down to the adaptive and anticipatory approaches. Adaptive governance requires the principle of flexibility applied in the management cycle in policy formulation, while anticipatory governance requires the principle of proactivity with the application of future foresight in policy formulation. The dimension of governance consists of process/mechanism (risk management) and capacity (technical, institutional, financial, and human capacity). Some challenges in building good governance based on an adaptive approach are encouraging community involvement, increasing local government capacities, and building integration between actors, networks, and collaborations.   Abstrak. Dalam menjadikan suatu kota tangguh dan berkelanjutan,  kota diharuskan untuk mengembangkan konsep dan praktik adaptasi dalam menanggapi ketidakpastian, perubahan yang cepat, dan kompleksitas kawasan perkotaan. Diperlukan konsep tata kelola baru yang dapat menjawab tantangan pembangunan perkotaan kontemporer dan memastikan pembangunan berkelanjutan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerangka umum tata kelola kota adaptif dengan metode review, elaborasi, dan analisis dokumen, dalam hal ini artikel ilmiah yang membahas tentang tata kelola kota secara khusus terkait dengan adaptasi perubahan iklim (CCA) dan pengurangan risiko bencana (PRB). Hasil penelitian ini meliputi gambaran pendekatan tata kelola yang muncul dalam literatur CCA dan PRB, yang diuraikan menjadi pendekatan adaptif dan antisipatif. Tata kelola adaptif membutuhkan prinsip fleksibilitas yang diterapkan dalam siklus pengelolaan dalam perumusan kebijakan, sedangkan tata kelola antisipatif membutuhkan prinsip proaktif dengan penerapan pandangan jauh ke depan dalam perumusan kebijakan. Dimensi tata kelola terdiri dari proses / mekanisme (manajemen risiko) dan kapasitas (teknis, kelembagaan, keuangan, dan kapasitas manusia). Beberapa tantangan dalam membangun tata kelola pemerintahan yang baik berdasarkan pendekatan adaptif adalah mendorong keterlibatan masyarakat, meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, dan membangun integrasi antar aktor, jaringan, dan kolaborasi.   Kata kunci: pendekatan tata kelola; tata kelola kota; pembangunan berkelanjutan; ketahanan; kerangka konseptual.


2019 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
Author(s):  
Wisyanto

Landslides have occurred in various places in Indonesia. Likewise with West Java, there were many regions that has experienced repeated landslides. Having many experience of occurrences of landslides, we should have had a good landslide risk reduction program. Indeed, the incidence of landslides depends on many variables. Due to that condition, it may that a region would have different variable with another region. So it is impossible to generalize the implementation of a mitigation technology for all areas prone to landslides. Research of the Cililin's landslide is to anticipate the next disasters that may happen in around the area of 2013 Cililin Landslide. Through observation lithological conditions, water condition, land cover and landscape, as well as consideration of wide dimension of the building footing, the distance of building to the slopes and so forth, it has been determined some efforts of disaster risk reduction in the area around the landslide against the occurrence of potential landslide in the future.Bencana tanah longsor telah terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Demikian halnya dengan Jawa Barat, tidak sedikit daerahnya telah berulang kali mengalami longsor. Seharusnya dengan telah banyaknya kejadian longsor, kita mampu mengupayakan program penurunan risiko longsor secara baik. Memang kejadian longsor bergantung pada banyak variabel, dimana dari satu daerah dengan daerah yang lain akan sangat memungkinkan mempunyai variabel yang berbeda, sehingga tidak mungkin kita membuat generalisasi penerapan suatu teknologi mitigasinya untuk semua daerah rawan longsor. Penelitian longsor di Cililin dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana di sekitar daerah Longsor Cililin 2013 yang lalu. Melalui pengamatan kondisi litologi, keairan, tutupan lahan dan bentang alam yang ada, serta pertimbangan akan dimensi luas pijakan bangunan, jarak batas bangunan dengan lereng dan lain sebagainya, telah ditentukan beberapa upaya penurunan risiko bencana di daerah sekitar longsor terhadap potensi kejadian longsor dimasa mendatang.Keywords: Landslide, risk reduction, footing of building, Cililin


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document