Journal of Regional and City Planning
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

133
(FIVE YEARS 53)

H-INDEX

3
(FIVE YEARS 2)

Published By The Institute For Research And Community Services Itb

2502-6429

2021 ◽  
Vol 32 (3) ◽  
pp. 233-255
Author(s):  
Li Wenqi ◽  
Li Zhang

Traditional sociological theory explains that a rural community is an enclosed unit. China’s fast modernization and urbanization, however, display a rather different phenomenon, where rural communities are changing into open communities, which face the dual task of rebuilding internal relations and expanding external resources. Based on this background and practical cognition, the theoretical framework of the ‘new rural communitas’ is proposed, which expands the common enclosed relationships in traditional rural communities into new, open co-construction relationships with endogenous power as core, government power as support, and social power as coordination, emphasizing the full cooperation of these three types of power. On the basis of the theory, this article employs the practice of the rural regeneration policy in Taiwan as an empirical case, and analyzes how these three types of power affect and cooperate with each other. Furthermore, interviews have been conducted with local community members, government officers, and social participants in three communities in Taiwan to give examples of three different types of new rural communitas. Finally, several suggestions toward constructing new rural communitas are discussed.   Abstrak. Teori tradisional dalam sosiologi menjelaskan bahwa komunitas perdesaan adalah unit yang tertutup. Modernisasi dan urbanisasi cepat yang terjadi di China menampilkan fenomena yang sedikit berbeda, dimana komunitas perdesaan berubah menjadi komunitas yang terbuka yang menghadapi tugas ganda membangun kembali hubungan internal dan memperluas sumber daya eksternal. Berdasarkan latar belakang dan kognisi praktis ini, kerangka teoritis ‘komunitas perdesaan baru’ diusulkan, sehingga dapat memperluas hubungan tertutup bersama dalam komunitas perdesaan tradisional menjadi hubungan ko-kontruksi baru yang terbuka dengan kekuatan endogen sebagai inti, kekuatan pemerintah sebagai pendukung, dan kekuasaan social sebagai koordinasi serta menekankan kerjasama penuh dari ketiga jenis kekuasaan tersebut. Berdasarkan teori tersebut, artikel ini menggunakan praktik kebijakan regenerasi perdesaan di Taiwan sebagai kasus empiris, dan menganalisis bagaimana ketiga jenis kekuasaan ini saling mempengaruhi dan bekerja sama. Selanjutnya, wawancara telah dilakukan dengan anggota masyarakat setempat, pejabat pemerintah, dan peserta sosial di tiga komunitas di Taiwan untuk memberikan contoh tiga jenis komunitas perdesaan baru yang berbeda. Akhirnya, beberapa  saran untuk membangun komunitas perdesaan baru juga dibahas.   Kata kunci. Komunitas perdesaan, komunitas, regenerasi perdesaan, Cina, Taiwan.


2021 ◽  
Vol 32 (3) ◽  
pp. 256-266
Author(s):  
Wahyu Kusuma Astuti ◽  
Suryono Herlambang

Drawing from the literature on ‘premium networked spaces’, introduced in Graham and Marvin’s seminal work Splintering Urbanism in 2001, this paper argues that splintering or fragmentation of networks – and ultimately urban space – is constituted in so-called premium enclaves in Jakarta. Our study exemplifies that significant land acquisition and discretionary zoning policy contribute to the splintering of Jakarta’s urban space. This paper uses the TB Simatupang corridor in South Jakarta and Puri Indah CBD in West Jakarta to illustrate the interplay between urban planning and secessionary space production in high-profile economic districts. Lastly, this paper proposes the ‘ordinary fragmented network’ as the norm and expands the idea of the splintering of marginalized parts of the city to also incorporate areas within premium network spaces as part of splintering urbanism.   Abstrak. Diambil dari literatur tentang 'ruang jaringan premium' yang diperkenalkan dalam karya mani Graham dan Marvin pada tahun 2001, Splintering Urbanism, makalah ini berpendapat bahwa splintering atau fragmentasi jaringan – dan akhirnya ruang perkotaan, dibentuk dalam apa yang disebut kantong-kantong premium di Jakarta. Studi kami menunjukkan bahwa pembebasan lahan dan kebijakan zonasi diskresioner yang signifikan berkontribusi pada pecahnya ruang kota Jakarta. Makalah ini menggunakan koridor TB Simatupang di Jakarta Selatan dan CBD Puri Indah di Jakarta Barat untuk menggambarkan interaksi antara perencanaan kota dan produksi jaringan pemisahan di distrik ekonomi kelas atas. Terakhir, makalah ini mengusulkan 'jaringan terfragmentasi biasa' sebagai norma dan menggeser ide-ide sempalan dari hanya bagian kota yang terpinggirkan untuk menggabungkan area dalam 'ruang jaringan premium' sebagai bagian dari urbanisme yang terpecah.   Kata kunci. Pusat perkotaan, jaringan terfragmentasi, jaringan jalan, Jakarta.


2021 ◽  
Vol 32 (3) ◽  
pp. 196-215
Author(s):  
Lisna Rahayu

Bandung is one of Indonesia’s major cities, holding a strategic position as the center of the Bandung Metropolitan Area. The most dominant paratransit with the widest coverage in Bandung City is the angkot, a small four-wheeled vehicle (minibus) that has been modified for use as public transportation. As it stands currently, however, this paratransit service is inadequate and unreliable, and it has pushed people to use private vehicles to support their daily commute, which causes traffic congestion to worsen. Workers are the biggest traffic-generating group in Bandung city. Their regular commute pattern as well as their large proportion in Bandung city’s population (47.78% of the total population in 2020) make this group an important determinant in Bandung City’s transportation. Shifting the workers’ mode of transportation from private to public transportation including the angkot is predicted to decrease traffic jams on some level. Through binary logistic regression, this study provides an analysis of mode shifting probability to the angkot, key factors that could be intervened to increase this shifting probability, as well as the extent to which intervention toward these factors will increase angkot usage so that it can provide a picture of future characteristics of the angkot in contrast to the current condition, should this transportation mode continue to run in the future. Based on the modeling result, the study identified four key variables that significantly influence mode shifting probability in Bandung City: 1) private vehicle ownership, 2) driving license ownership, 3) people’s perception of current transportation costs, and 4) people’s perception of the level of comfort provided by the mode of transportation. If in the future the angkot in Bandung City is improved with better comfort and affordability, approximately only 3.31% of workers will start using the angkot. This very low probability indicates that if in the future the government wants to shift working people from private vehicles to the angkot, then the angkot must be transformed.   Abstrak. Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki posisi strategis sebagai pusat kawasan metropolitan. Paratransit yang paling dominan dengan jangkauan terluas di Kota Bandung adalah angkot, kendaraan roda empat kecil (minibus) yang telah dimodifikasi untuk digunakan sebagai transportasi umum. Namun, layanan paratransit ini tidak memadai dan tidak dapat diandalkan sehingga mendorong orang untuk menggunakan kendaraan pribadi dalam mendukung perjalanan sehari-hari, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas semakin parah. Pekerja merupakan kelompok penghasil lalu lintas terbesar di kota Bandung. Pola komuter yang teratur serta proporsi penduduk kota Bandung yang besar (47,78% dari total penduduk pada tahun 2020) menjadikan kelompok ini sebagai determinan penting dalam transportasi Kota Bandung. Pergeseran moda transportasi pekerja dari angkutan pribadi ke angkutan umum termasuk angkot diprediksi dapat mengurangi kemacetan di beberapa tingkatan. Melalui regresi logistik biner, penelitian ini memberikan analisis probabilitas perpindahan moda ke angkot, faktor-faktor kunci yang dapat diintervensi untuk meningkatkan probabilitas perpindahan tersebut, serta sejauh mana intervensi terhadap faktor-faktor tersebut akan meningkatkan penggunaan angkot sehingga dapat memberikan gambaran karakteristik angkot di masa depan yang kontras dengan kondisi saat ini, dalam kasus moda transportasi ini tetap berjalan di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil pemodelan, penelitian ini mengidentifikasi empat variabel kunci yang berpengaruh signifikan terhadap probabilitas perpindahan moda di Kota Bandung: 1) kepemilikan kendaraan pribadi, 2) kepemilikan SIM, 3) persepsi masyarakat terhadap biaya transportasi saat ini, dan 4) persepsi masyarakat terhadap tingkat kenyamanan yang diberikan oleh moda transportasi tersebut. Jika kedepannya angkot di Kota Bandung ditingkatkan dengan kenyamanan dan keterjangkauan yang lebih baik, kira-kira hanya 3,31% pekerja yang akan mulai menggunakan angkot. Probabilitas yang sangat rendah ini menunjukkan bahwa jika di masa depan pemerintah ingin memindahkan pekerja dari kendaraan pribadi ke angkot, maka angkot tersebut harus diubah. Kata kunci. Pergeseran moda, angkot, pekerja, logistik biner.


2021 ◽  
Vol 32 (3) ◽  
pp. 290-310
Author(s):  
Yazid Saleh ◽  
Hanifah Mahat ◽  
Mohmadisa Hashim ◽  
Nasir Nayan ◽  
Samsudin Suhaily ◽  
...  

This article highlights previous studies on the development of sustainable heritage cities using the Systematic Literature Review (SLR) method. Data obtained through various search methods, such as (1) a rigorous search of leading major journal databases (Scopus, Web of Science (WOS), Science Direct) and additional journal databases (Google Scholar and My Cite), and (2) handpicking/manual searching. Once the data was obtained, it was analysed through systematic searching strategies (SSS) to obtain accurate and precise material in the field studied. The obtained material was screened in three SSS steps, namely: (1) identification (2) screening, and (3) eligibility. As a result, a total of 42 materials and documents were successfully found and summarized for highlighting. Next, the findings of the analysis were broken down into: (1) the frequency of sustainable urban heritage development studies conducted by country, (2) sustainable urban heritage development constructs (economic prosperity, social well-being, environmental well-being, cultural heritage, government, and community), and (3) study areas (heritage cities, heritage buildings, and historical sites). The findings of this study can contribute to a new paradigm for studies that involve the sustainable development of heritage cities in Malaysia in achieving the 2030 Agenda.   Abstrak. Artikel ini menyoroti studi sebelumnya terkait pengembangan kota warisan berkelanjutan menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Data diperoleh melalui berbagai metode pencarian, seperti (1) pencarian dari basis data jurnal terkemuka (Scopus, Web of Science (WOS), Science Direct) dan basis data jurnal tambahan (Google Scholar dan My Cite), dan (2) pencarian manual. Setelah itu, dilakukan analisis melalui strategi pencarian sistematis (SSS) untuk mendapatkan materi yang akurat dan tepat pada keilmuan yang diteliti. Materi yang diperoleh disaring dalam tiga langkah SSS, yaitu: (1) identifikasi, (2) penyaringan, dan (3) tingkat kelayakan. Hasilnya, terdapat total 42 materi dan dokumen yang berhasil ditemukan dan dirangkum untuk disorot. Selanjutnya, temuan analisis dibagi menjadi: (1) frekuensi studi pengembangan warisan kota berkelanjutan yang dilakukan oleh negara, (2) konstruksi pengembangan warisan kota berkelanjutan (kemakmuran ekonomi, kesejahteraan sosial, kesejahteraan lingkungan, budaya cagar budaya, pemerintah, dan masyarakat), dan (3) kawasan studi (kota cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan situs sejarah). Temuan penelitian ini dapat berkontribusi pada paradigma baru untuk studi yang melibatkan pembangunan berkelanjutan kota warisan di Malaysia dalam mencapai Agenda 2030.   Kata kunci. Pembangunan berkelanjutan, kota warisan, Systematic Literature Review (SLR), Malaysia.


2021 ◽  
Vol 32 (3) ◽  
pp. 267-289
Author(s):  
Hadi Aliverdilou ◽  
Mehran Hajilou ◽  
Hasanali Faraji Sabokbar ◽  
Amin Faraji

Decision-making and selection are important and sensitive aspects of planning. An important part of land-use planning is the location of human activities. Locating activities in the right places determines the future space of a region. Selection and definition of natural and human indices and criteria for location always face uncertainty. Thus, this study aimed to develop an intelligent method for industrial location. In this study a developmental-applied approach was used along with a descriptive-analytical method for data analysis. Through the review of related literature and a Delphi survey, 18 criteria were extracted and 6 main components were categorized. The data were analyzed and modeled by GIS, MATLAB software, and the Fuzzy Inference System (FIS) and Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) methods. For each modeling three industrial domains were extracted, i.e. weak, medium, and premium. A total of 42,968 hectares of premium industrial location with a score higher than 0.7 resulted from combining the produced maps. Other important findings were related to the architecture and methodology applied in the research based on computational intelligence and knowledge-based systems to analyze and understand the processes that influence the score of locations. The novelty of this method lies in the use of high computing power and information evaluation based on artificial intelligence (AI), making it possible to analyze and understand the processes influencing industrial location.   Abstrak. Pengambilan keputusan dan seleksi adalah aspek-aspek penting dan sensitive dalam perencanaan. Bagian yang penting dalam sebuah perencaan penggunaan lahan adalah terkait lokasi kegiatan manusia. Alokasi kegiatan manusia pada tempat yang benar adalah penentu ruang masa depan dari suatu wilayah. Dalam hal seleksi dan definisi index, juga kriteria lokasi selalu menghadapi ketidakpastian. Sehingga, studi ini dilakukan untuk mengembangkan metode yang berguna dalam alokasi industri. Pada artikel ini, digunakan pendekatan terapan-terkembangkan dengan metode analisis deskriptif dalam hal analisis data. Berdasarkan tinjauan pada literatur terkait dan survey Delphi, 18 kritersia diekstraksi yang dikategorikan pada 6 komponen utama. Data dianalisis dan dimodelkan menggunakan GIS, MATLAB, Fuzzy Inference System (FIS), dan metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS). Untuk setiap model, tiga domain industry ditentukan, yakni: lemah, moderat, dan premium. Terdapat lokasi industry premium dengan total 42,968 ha dengan nilai lebih dari 0.7. Hasil penting lainnya berkaitan dengan arsitektur dan metode terapan dalam penelitian yang berdasar kepada ilmu komputasi untuk memahami proses yang memengaruhi nilai untuk suatu lokasi. Kebaruan dari metode ini ada pada penggunaan model komputasi tinggi dan evaluasi informasi berdasarkan kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan untuk melakukan analisis dan memahami proses yang memengaruhi lokasi industri.   Kata kunci. Fuzzy Inference System (FIS), Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS), Artificial Neural Network (ANN), lokasi industri, Provinsi Markazi.


2021 ◽  
Vol 32 (3) ◽  
pp. 216-232
Author(s):  
Fadjar Hari Mardiansjah ◽  
Agung Sugiri ◽  
Samsul Ma'rif

Urbanization in small and medium-sized cities in Java is marked by an urban expansion process to the surrounding areas, forming the growing small towns in their peripheries. Using the case of the extended urban areas of Tegal, Pekalongan and Magelang in Central Java, this study examined small-town growth and development in peri-urban areas of small and medium cities. It first looked at the growth of small towns in the peri-urban areas of these small cities and then identified various factors and mechanisms that contribute to the formation, growth and expansion of small towns. The study further looked into the challenges and implications of the trend toward policies for managing such processes more sustainably. The growth of urbanized villages in some kabupatens (non-urban districts or regencies) surrounding these small cities, as documented by the national statistical board  from 1990 to 2017, was used as the basis for analyzing these factors. This paper concludes with a discussion on the challenges and policy implications for growing small towns. The findings of this study can be useful for formulating a better approach to managing urbanization processes in the future.   Abstrak. Urbanisasi kota-kota kecil dan menengah di Jawa ditandai dengan proses perluasan kota ke wilayah sekitarnya, membentuk kota-kota kecil yang berkembang di pinggirannya. Dengan menggunakan kasus perluasan wilayah Tegal, Pekalongan dan Magelang di Jawa Tengah, penelitian ini mengkaji pertumbuhan dan perkembangan kota kecil di wilayah pinggiran kota kecil dan menengah. Ini pertama-tama melihat pertumbuhan kota-kota kecil di daerah pinggiran kota-kota kecil ini dan kemudian mengidentifikasi berbagai faktor dan mekanisme yang berkontribusi pada pembentukan, pertumbuhan, dan perluasan kota-kota kecil. Studi ini lebih jauh melihat tantangan dan implikasi dari tren terhadap kebijakan untuk mengelola proses tersebut secara lebih berkelanjutan. Pertumbuhan desa urban di beberapa kabupaten (kabupaten atau kabupaten non-urban) di sekitar kota-kota kecil tersebut, sebagaimana didokumentasikan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dari tahun 1990 hingga 2017, digunakan sebagai dasar untuk menganalisis faktor-faktor tersebut. Makalah ini diakhiri dengan diskusi tentang tantangan dan implikasi kebijakan untuk pertumbuhan kota-kota kecil. Temuan studi ini dapat berguna untuk merumuskan pendekatan yang lebih baik untuk mengelola proses urbanisasi di masa depan.   Kata kunci. Jawa Tengah, kota kecil, urbanisasi, ekspansi kota.


2021 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
pp. 179-195
Author(s):  
Nur Farhana Azmi ◽  
Faizah Ahmad ◽  
Azlan Shah Ali

Regardless of their size, every town, city, or more generally each place, has its own beautiful, unique and distinct characteristics. However, only few studies have provided valuable information on exceptional and unique features that can contribute to the distinctiveness and identity of small-scale towns. It is important to identify these cultural resources, especially now that the identity of small towns is rapidly weakening. This study explored the significance of cultural resource mapping as an important technique for identifying the unique characteristics of a place. A questionnaire survey was conducted amongst a random sample of 119 local community members in Sungai Lembing, a small town in the state of Pahang, Malaysia, to investigate respondents’ mental representations of familiar features that they experience in the town, through cultural mapping. It was revealed that natural features, buildings, and non-building structures were seen by the respondents as the most dominant elements that constitute the individuality of their town. While deepening the community’s understanding and awareness of their cultural assets, this paper also highlights the significance of cultural mapping as a tool for identifying unique characteristics of a place, especially those that may have been previously overlooked.   Abstrak. Terlepas dari ukurannya, setiap kota atau lebih umum lagi suatu tempat, memiliki keindahan, keunikan dan karakter tersendiri. Namun, hanya sedikit penelitian yang memberikan informasi berharga tentang fitur luar biasa dan unik yang dapat berkontribusi pada kekhasan dan identitas kota skala kecil. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi sumber daya budaya tersebut terutama dalam kondisi saat ini di mana identitas kota kecil dengan cepat melemah. Makalah ini mencoba mengeksplorasi pentingnya pemetaan sumber daya budaya sebagai teknik penting untuk mengidentifikasi karakteristik unik suatu tempat. Survei kuesioner dilakukan di antara sampel acak dari 119 komunitas lokal di Sungai Lembing, sebuah kota kecil di negara bagian Pahang, Malaysia; untuk menyelidiki representasi mental responden dari fitur-fitur yang sudah dikenal yang dialami di kota melalui pemetaan budaya. Studi ini mengungkapkan bahwa fitur alam, bangunan dan struktur non-bangunan digambar oleh responden sebagai elemen dominan yang membentuk individualitas kota. Sambil memperdalam pemahaman dan kesadaran masyarakat akan aset budaya mereka, makalah ini juga menyoroti pentingnya pemetaan budaya sebagai salah satu alat penting dalam mengidentifikasi karakteristik unik suatu tempat terutama yang mungkin sebelumnya diabaikan.   Kata kunci. pemetaan budaya, dokumentasi, identitas, tempat, kota kecil.


2021 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
pp. 165-178
Author(s):  
Adiwan F Aritenang ◽  
Zahara Sitta Iskandar ◽  
Pingkan Safitri ◽  
Riela Provi Drianda ◽  
Laila Zohrah

Among the great maritime trading empires of history, the Sriwijaya empire ranks among the most splendid and rich ones. Still, few people know about this empire and recognize it as an important part of the history of Indonesia. This study examined participatory practice in historic preservation by investigating stakeholders’ perspectives on the potential application of digital technology in the Sriwijaya Museum in Palembang. We introduced photogrammetry and color analysis technologies to identify some possible improvements to be implemented in the museum in the future. We invited some community members interested in Palembang’s history and in using digital technology in museums to participate in a two-day participatory workshop. Pre-workshop and post-workshop questionnaires were distributed to identify the participants’ expectations for and responses to the workshop. Moreover, we also interviewed several participants. The study revealed that all participants agreed that both technologies have great potential to provide narrations in the museum and support thematic activities such as arts, culinary, and music performances. This paper highlights the importance of the local community’s commitment and the government’s political will to realize a roadmap for the city’s cultural heritage preservation and digitization movement.   Abstrak. Di antara kerajaan perdagangan maritim besar dalam sejarah, Sriwijaya termasuk yang paling megah dan terkaya. Namun, hanya sedikit orang yang mengetahui dan mengakui Kerajaan Sriwijaya sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia karena penggalian lebih banyak artefak dan sisa-sisa rumit. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji praktik partisipatif dalam pelestarian sejarah dengan mengkaji perspektif pemangku kepentingan tentang potensi penerapan teknologi di Museum Sriwijaya. Kami memperkenalkan teknologi fotogrametri dan analisis warna untuk mengidentifikasi beberapa perbaikan yang mungkin diterapkan di masa depan. Kami mengundang beberapa anggota masyarakat yang tertarik menggunakan teknologi di museum untuk berpartisipasi dalam lokakarya dua hari tersebut. Kuesioner pra dan pasca dibagikan untuk mengidentifikasi tanggapan dan harapan peserta terhadap lokakarya. Selain itu, kami mewawancarai beberapa peserta. Studi tersebut mengungkapkan bahwa semua peserta sepakat bahwa kedua teknologi tersebut berpotensi diterapkan untuk memberikan narasi di museum dan mendukung kegiatan tematik, seperti seni, kuliner, dan pertunjukan musik. Kajian tersebut menyoroti pentingnya komitmen masyarakat lokal dan kemauan politik pemerintah untuk mewujudkan peta jalan gerakan pelestarian warisan budaya dan digitalisasi kota.   Kata kunci. partisipatif, workshop, pelestarian budaya, alat digital, Museum Sriwijaya.


2021 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
pp. 165-178
Author(s):  
Adiwan F Aritenang ◽  
Zahara Sitta Iskandar ◽  
Pingkan Safitri ◽  
Riela Provi Drianda ◽  
Laila Zohrah

Among the great maritime trading empires of history, the Sriwijaya empire ranks among the most splendid and rich ones. Still, few people know about this empire and recognize it as an important part of the history of Indonesia. This study examined participatory practice in historic preservation by investigating stakeholders’ perspectives on the potential application of digital technology in the Sriwijaya Museum in Palembang. We introduced photogrammetry and color analysis technologies to identify some possible improvements to be implemented in the museum in the future. We invited some community members interested in Palembang’s history and in using digital technology in museums to participate in a two-day participatory workshop. Pre-workshop and post-workshop questionnaires were distributed to identify the participants’ expectations for and responses to the workshop. Moreover, we also interviewed several participants. The study revealed that all participants agreed that both technologies have great potential to provide narrations in the museum and support thematic activities such as arts, culinary, and music performances. This paper highlights the importance of the local community’s commitment and the government’s political will to realize a roadmap for the city’s cultural heritage preservation and digitization movement.   Abstrak. Di antara kerajaan perdagangan maritim besar dalam sejarah, Sriwijaya termasuk yang paling megah dan terkaya. Namun, hanya sedikit orang yang mengetahui dan mengakui Kerajaan Sriwijaya sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia karena penggalian lebih banyak artefak dan sisa-sisa rumit. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji praktik partisipatif dalam pelestarian sejarah dengan mengkaji perspektif pemangku kepentingan tentang potensi penerapan teknologi di Museum Sriwijaya. Kami memperkenalkan teknologi fotogrametri dan analisis warna untuk mengidentifikasi beberapa perbaikan yang mungkin diterapkan di masa depan. Kami mengundang beberapa anggota masyarakat yang tertarik menggunakan teknologi di museum untuk berpartisipasi dalam lokakarya dua hari tersebut. Kuesioner pra dan pasca dibagikan untuk mengidentifikasi tanggapan dan harapan peserta terhadap lokakarya. Selain itu, kami mewawancarai beberapa peserta. Studi tersebut mengungkapkan bahwa semua peserta sepakat bahwa kedua teknologi tersebut berpotensi diterapkan untuk memberikan narasi di museum dan mendukung kegiatan tematik, seperti seni, kuliner, dan pertunjukan musik. Kajian tersebut menyoroti pentingnya komitmen masyarakat lokal dan kemauan politik pemerintah untuk mewujudkan peta jalan gerakan pelestarian warisan budaya dan digitalisasi kota.   Kata kunci. partisipatif, workshop, pelestarian budaya, alat digital, Museum Sriwijaya.


2021 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
pp. 130-149
Author(s):  
Lee In-hee

The industrial development of South Korea is an exceptional success story. However, there were several side effects of the strong economic growth, such as rapidly increasing city populations and severe socio-economic inequality. The population in the area of the capital currently amounts to half of the national population of South Korea. The Korean government has implemented various regional development policies for a more balanced national development. This paper investigates the series of Five-Year Economic Development Plans from 1962-1997 and the Saemaul Undong movement, who contributed to the record of economic development of South Korea, and discusses the rural development policies recently promoted by the South Korean government to address problems such as the progressive decrease and stagnation of agricultural productivity, the depopulation and aging trends in rural areas, the deterioration of farm household income structure, and import expansion and unstable grain supply by free trade agreement.   Abstract. Perkembangan industri Korea Selatan adalah kisah sukses yang luar biasa. Namun, ada beberapa efek samping dari pertumbuhan ekonomi yang kuat, seperti populasi kota yang meningkat pesat dan ketimpangan sosial ekonomi yang parah. Penduduk di wilayah ibu kota saat ini berjumlah setengah dari penduduk nasional Korea Selatan. Pemerintah Korea telah menerapkan berbagai kebijakan pembangunan daerah untuk pembangunan nasional yang lebih seimbang. Makalah ini menyelidiki serangkaian Rencana Pembangunan Ekonomi Lima Tahun dari 1962-1997 dan gerakan Saemaul Undong, yang berkontribusi pada rekor pembangunan ekonomi Korea Selatan, dan membahas kebijakan pembangunan perdesaan yang baru-baru ini dipromosikan oleh pemerintah Korea Selatan untuk mengatasi masalah-masalah seperti sebagai penurunan progresif dan stagnasi produktivitas pertanian, depopulasi dan tren penuaan di daerah perdesaan, kerusakan struktur pendapatan rumah tangga pertanian, dan ekspansi impor dan pasokan biji-bijian yang tidak stabil oleh perjanjian perdagangan bebas.   Keywords. Saemaul Undong, perencanaan penggunaan lahan, pembangunan perdesaan, pembangunan ekonomi, perubahan populasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document