Enhancement of biotransformation of ginsenosides in white ginseng roots by aerobic co-cultivation of Bacillus subtilis and Trichoderma reesei

Author(s):  
Guo Xie ◽  
Bian-Qin Guo ◽  
Xiao-Min Li ◽  
Shuai Liu ◽  
Hong-Xia Liu ◽  
...  
2009 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Yusro Nuri Fawzya ◽  
Manuntun Yohanes Sihotang ◽  
Syarmalina Syarmalina ◽  
Asri Pratitis

Penelitian ini merupakan sebagian dari rangkaian penelitian mengenai eksplorasi enzimenzim kitinolitik mikroba dan aplikasinya untuk pembuatan oligomer kitosan (kitooligosakarida) serta uji bioaktivitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan antibakteri kitooligosakarida yang diproduksi dari kitosan dengan menggunakan enzim selulase non spesifik komersial dari Trichoderma reesei. Enzim ini ditentukan terlebih dahulu suhu dan pH optimumnya sebagai kitosanase, kemudian digunakan untuk menghidrolisis kitosan dengan konsentrasi 10, 13, dan 15 U/g kitosan, masing-masing selama 1, 2, dan 3 jam. Kitooligosakarida yang dihasilkan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan khromatografi lapis tipis, dan diuji bioaktivitasnya sebagai antibakteri. Kitooligosakarida terpilih berdasarkan aktivitas antibakterinya kemudian diproduksi lagi untuk penentuan viskositas dan bobot molekulnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim selulase ini bekerja optimal sebagai enzim kitosanase pada suhu 60ºC dan pH 6. Identifikasi dengan menggunakan khromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa kitooligosakarida yang dihasilkan dari semua perlakuan mengandung dimer, trimer, tetramer, dan pentamer. Kitooligosakarida tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sampai dengan 84%, Salmonella typhosa sampai dengan 26%, Bacillus subtilis sampai dengan 15%, dan Escherichia coli sampai dengan 5,6%. Kitooligosakarida yang dihasilkan dari hidrolisis menggunakan enzim ini pada 10 U/g kitosan selama 1 jam memiliki viskositas 2,15 cPs dan bobot molekul 323,76 Da.


Author(s):  
Dwight Anderson ◽  
Charlene Peterson ◽  
Gursaran Notani ◽  
Bernard Reilly

The protein product of cistron 3 of Bacillus subtilis bacteriophage Ø29 is essential for viral DNA synthesis and is covalently bound to the 5’-termini of the Ø29 DNA. When the DNA-protein complex is cleaved with a restriction endonuclease, the protein is bound to the two terminal fragments. The 28,000 dalton protein can be visualized by electron microscopy as a small dot and often is seen only when two ends are in apposition as in multimers or in glutaraldehyde-fixed aggregates. We sought to improve the visibility of these small proteins by use of antibody labeling.


Planta Medica ◽  
2008 ◽  
Vol 74 (09) ◽  
Author(s):  
N Padilla-Montaño ◽  
IL Bazzocchi ◽  
L Moujir

2018 ◽  
Vol 22 (02) ◽  
pp. 82-89
Author(s):  
Friedrich von Rheinbaben ◽  
Oliver Riebe ◽  
Johanna Köhnlein ◽  
Sebastian Werner

ZusammenfassungZentrales Bauteil des Genius® 90 Therapie Systems ist der sogenannte Genius-Tank, dem die frische Dialyseflüssigkeit entnommen und in den die verbrauchte Lösung nach der Dialyse zurückgeführt wird. Daher kommt der sicheren Aufbereitung des Systems eine besondere Bedeutung zu. Hierfür wird ein Aufbereitungsverfahren unter Verwendung von UV-Licht in Kombination mit einem chemischen Desinfektionsmittel angewendet. Ziel der hier beschriebenen Untersuchung war es, die Wirkungsbreite und Wirkungstiefe dieses Aufbereitungsverfahrens unter praxisnahen Phase-3-Bedingungen zu ermitteln. Dazu wurde das Gerät mit Mikroorganismen und Viren künstlich kontaminiert und die Wirkung der einzelnen Verfahrensschritte ermittelt. Im Gegensatz zu der üblichen Vorgehensweise praxisnaher Untersuchungen machen Aufbereitungsverfahren medizinischer Geräte unter Phase-3-Kriterien meist eine neuartige Arbeitsweise erforderlich – im Falle der hier vorgestellten Untersuchung sogar die Konstruktion eines speziellen Geräts zur Platzierung von Keimträgen im Genius-Tank. Im Ergebnis konnte gezeigt werden, dass bereits UV-Licht allein sowie in Kombination mit einem chemischen Desinfektionsmittel unter praxisnahen Bedingungen eine sichere Wirksamkeit gegen Bakterien (Pseudomonas aeruginosa) und bakterielle Sporen (Bacillus subtilis), Schimmelpilze (Aspergillus brasiliensis) und Viren (Murines Parvovirus) besitzt.


Planta Medica ◽  
2007 ◽  
Vol 73 (09) ◽  
Author(s):  
L Moujir ◽  
L de León ◽  
IL Bazzocchi

2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 14-19
Author(s):  
Praptiningsih Gamawati Adinurani ◽  
Sri Rahayu ◽  
Nurul Fima Zahroh

Mikroba Bacillus subtilis merupakan agen pengendali hayati mempunyai kelebihan sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) yaitu dapat berfungsi sebagai biofertilizer, biostimulan, biodekomposer dan bioprotektan. Tujuan penelitian mengetahui potensi B. subtilis dalam merombak bahan organik sebagai usaha meningkatkan ketersediaan bahan organik tanah yang semakin menurun. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan berbagai  bahan organik sebagai petak utama (B0 = tanpa bahan organik, B1 = kotoran ayam,  B2 = kotoran kambing, B3 = kotoran sapi) dan aplikasi B.subtilis sebagai anak petak (A0 = 0 cc/L, A1 = 5cc/L, A2 = 10 cc/L, Pengamatan meliputi variabel tinggi tanaman, indeks luas daun, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, dan bahan organik tanah. Data pengamatan  dianalisis ragam  menggunakan  Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25 dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara bahan organik kotoran ternak dan konsentrasi B. subtilis terhadap semua variabel pengamatan. Potensi B. subtilis sangat baik dalam mendekomposisi bahan organik yang ditunjukkan dengan peningkatan bahan organik, dan hasil terbaik pada kotoran  sapi (B3) dan konsentrasi B. subtilis 15 mL/L masing-masing sebesar 46.47 % dan 34.76 %. Variabel pertumbuhan tidak berbeda nyata kecuali tinggi tanaman dengan pertambahan tinggi paling banyak pada pemberian kotoran kambing sebesar 170.69 %.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document