Aplikasi Bacillus subtilis pada beberapa Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 14-19
Author(s):  
Praptiningsih Gamawati Adinurani ◽  
Sri Rahayu ◽  
Nurul Fima Zahroh

Mikroba Bacillus subtilis merupakan agen pengendali hayati mempunyai kelebihan sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) yaitu dapat berfungsi sebagai biofertilizer, biostimulan, biodekomposer dan bioprotektan. Tujuan penelitian mengetahui potensi B. subtilis dalam merombak bahan organik sebagai usaha meningkatkan ketersediaan bahan organik tanah yang semakin menurun. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan berbagai  bahan organik sebagai petak utama (B0 = tanpa bahan organik, B1 = kotoran ayam,  B2 = kotoran kambing, B3 = kotoran sapi) dan aplikasi B.subtilis sebagai anak petak (A0 = 0 cc/L, A1 = 5cc/L, A2 = 10 cc/L, Pengamatan meliputi variabel tinggi tanaman, indeks luas daun, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, dan bahan organik tanah. Data pengamatan  dianalisis ragam  menggunakan  Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25 dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara bahan organik kotoran ternak dan konsentrasi B. subtilis terhadap semua variabel pengamatan. Potensi B. subtilis sangat baik dalam mendekomposisi bahan organik yang ditunjukkan dengan peningkatan bahan organik, dan hasil terbaik pada kotoran  sapi (B3) dan konsentrasi B. subtilis 15 mL/L masing-masing sebesar 46.47 % dan 34.76 %. Variabel pertumbuhan tidak berbeda nyata kecuali tinggi tanaman dengan pertambahan tinggi paling banyak pada pemberian kotoran kambing sebesar 170.69 %.

Vegetalika ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 512
Author(s):  
Nanda Dwi Hafri ◽  
Endang Sulistyaningsih ◽  
Arif Wibowo

Salah satu upaya penanganan penyakit moler bawang merah dilakukan melalui aplikasi Trichoderma. Aplikasi Trichoderma pada bawang merah memiliki beberapa keunggulan, yaitu mampu mensintesis hormon pertumbuhan tanaman. Terdapat jenis mikroba lain yang juga mampu meningkatkan fitohormon pada tanaman, yaitu Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan isolat PGPR yang memiliki pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Crok Kuning di lahan sawah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor perlakuan yang digunakan adalah lima isolat PGPR, yaitu: Bp.25.7 Bacillus subtilis, BrSG.5 Bacillus amyloliquofaciens, Bp.25.2 Bacillus methylotrophicus, BrsM.4 Burkholderia cepacia, danBp.25.6 Bacillus amyloliquofaciens dengan dua kontrol, yaitu kontrol positif berupa Trichoderma dan kontrol negatif tanpa aplikasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan isolat Bp.25.2 Bacillus methylotrophicus pada bawang merah menyebabkan Laju Asimilasi Bersih (LAB) bawang merah lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian perlakuan empat isolat PGPR lainnya maupun kontrol, tetapi sama baiknya dengan pemberian perlakuan Trichoderma. LAB yang tinggi menyebabkan Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) bawang merah dengan pemberian perlakuan Bp.25.2 Bacillus methylotrophicus yang lebih tinggi dibandingkan dengan BrSG.5 Bacillus amyloliquofaciens dan Bp.25.6 Bacillus amyloliquofaciens, tetapi sama baiknya dengan pemberian perlakuan dua isolat PGPR lainnya, kontrol, maupun Trichoderma. Pemberian aplikasi lima isolat PGPR sama baiknya dengan aplikasi Trichoderma dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang merah pada variabel luas permukaan daun dan bobot kering total dibandingkan kontrol. Peningkatan variabel pertumbuhan ini tidak diikuti oleh peningkatan variabel hasil dan produktivitas bawang merah tidak berbeda nyata antar perlakuan.


2019 ◽  
Vol 47 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Sumiyati Tuhuteru ◽  
Endang Sulistyaningsih ◽  
Dan Arif Wibowo

The use of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) is one of the most effective techniques to improve fertility of sandy coastal lands. The purpose of this research was to obtain the most effective isolate of PGPR for the growth of three shallot cultivars in the sandy coastal land. The research was conducted in August-November 2015 at Samas sandy coastal land, Bantul. The two-factor treatments were assigned in a randomized complete block design with three replications. The first factor was shallot cultivars, consisted of Crok, Tiron, and Tuk-tuk, while the second factor was the PGPR suspension, i.e. control (without PGPR), PGPR BP25.2 isolate (Bacillus methylotrophicus), BP25.6 isolate (Bacillus amyloliquofaciens), BP25.7 isolate (Bacillus subtilis), BrSM 4 isolate (Burkholderia cepacia), and BrSG 5 isolate (Burkholderia seminalis). The results showed that all PGPR isolates tested had the ability to produce IAA, with the highest amount of IAA concentration produced by BrSG 5 isolate (Burkholderia seminalis) combined with the three cultivars (22.46 mg kg-1, 28.61 mg kg-1, 41.41 mg kg-1). BP25.2 isolate (Bacillus methylotrophicus) effectively induced N (0.05%), whereas BP25.7 isolate (Bacillus subtilis) effectively induced P (0.22 ppm).Keywords: Bacillus, bacteria, marginal land


2018 ◽  
Vol 67 (2) ◽  
pp. 258-263 ◽  
Author(s):  
Jacobo Robledo-Buriticá ◽  
Juan Carlos Aristizábal-Loaiza ◽  
Nelson Ceballos-Aguirre ◽  
Teresa Cabra-Cendales

Este estudio muestra el efecto de tres cepas de rizobacterias promotoras del crecimiento vegetal (PGPR) del género Bacillus sobre el desarrollo de la mora (Rubus glaucus Benth) bajo condiciones de semitecho y libre exposición (sistemas de cultivo). La cepa endógena Bacillus subtilis GIBI-200, B. pumilus GIBI-206, su mezcla (B. subtilis GIBI-200 + B. pumilus GIBI-206) y la cepa comercial B. subtilis QTS-713 se compararon con la fertilización mineral convencional (Control) en cada sistema de cultivo. El sistema a libre exposición presentó valores más altos (P <0.001) que el semitecho en: número total de ramas (7.32), número de ramas productivas (7.0), flores por racimo (26.2) y menor porcentaje de ramas improductivas (6.1%). Se obtuvo diferencias significativas (P <0.05) en el número total de ramas a través del tiempo como efecto las cepas bacterianas. No obstante, la última observación de esta variable no presentó diferencias estadísticas entre cepas y fertilización mineral. No se observaron diferencias significativas en términos de número, longitud, diámetro y flores en las ramas productivas como efecto de las cepas bacterianas y el Control. B. subtilis GIBI-200 + B. pumilus GIBI-206 mostró un comportamiento estadístico similar comparado con la fertilización mineral en el número de racimos (8.3) y porcentaje de ramas improductivas (11.1%). Además, GIBI-200 + GIBI-206, a pesar de la igualdad estadística, expuso mayores valores que las cepas individuales. El sistema a libre exposición sigue siendo la alternativa más prometedora para el desarrollo de cultivos de mora y PGPR actúan como biofertilizantes permitiendo lograr efectos en el crecimiento a largo plazo de mora similar a la fertilización mineral. Las mezclas de PGPR pueden producir un efecto sinérgico y nuevas combinaciones deben ser evaluadas en futuros estudios.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document