scholarly journals Development of a Simulation Program related to Patient Safety: Focusing on Medication Error

2021 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Mi Yu ◽  
Eun-Young Kim ◽  
Jong Kyung Kim ◽  
Youngjin Lee
2020 ◽  
Author(s):  
Bintang Marsondang Rambe

Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil yang dilakukan oleh perawat (Kemenkes, 2011).Salah satu kesalahan yang dapat merugikan pasien adalah medication error. Menurut WHO (2016) medication error adalah setiap kejadian yang dapat dicegah yang menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat yang menyebabkan bahaya kepasien, dimana obat berada dalam kendali profesional perawatan kesehatan. proses terjadi medication error dimulai dari tahap prescribing, transcribing, dispensing,dan administration. Kesalahan peresepan (prescribing error), kesalahan penerjemahan resep (transcribing erorr), kesalahan menyiapkan dan meracik obat (dispensing erorr), dan kesalahan penyerahan obat kepada pasien (administration error). Medication error yang paling sering terjadi adalah pada fase administration / pemberian obat yang dilakukan oleh perawat.Administration error terjadi ketika pemberian obat kepada pasien tidak sesuai dengan prinsip enam benar yaitu benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute pemberian, benar waktu pemberian dan benar pendokumentasian. Secara global, kesalahan pemberian obat (medication errors) sampai saat ini masih menjadi isu keselamatan pasien dan kualitas pelayanan di beberapa rumah sakit (Depkes RI, 2015; AHRQ, 2015). Perawat sebagai bagian terbesar dari tenaga kesehatan di rumah sakit, mempunyai peranan dalam kejadian medication error. Perawat berkontribusi karena perawat banyak berperan dalam proses pemberian obat. Pemberian obat/ Medication Administration adalah salah satu intervensi keperawatan yang paling banyak dilakukan, dengan sekitar 5- 20% waktu perawat dialokasikan untuk kegiatan ini (Härkänen et al.,, 2019). Pemberian obat juga mencakup tugas-tugas lain, seperti menyiapkan dan memeriksa obat obatan, memantau efek obat-obatan, mengedukasi pasien tentang pengobatan, dan memperdalam pengetahuan perawat tentang obat – obatan sendiri (DrachZahavy et al., 2014 dalam Yulianti et al., 2019)Berdasarkan isu tersebut, penulis tertarik untuk melakukan literature review terkait faktor perawat dalam pelaksanakan keselamatan pasien terhadap kejadian medication administration error di Rumah Sakit.


2020 ◽  
Vol 11 (4) ◽  
pp. 23
Author(s):  
Jennifer Mazan ◽  
Margaret Lett ◽  
Ana Quiñones-Boex

Background: Patient safety places emphasis on full disclosure, transparency, and a commitment to prevent future errors. Studies addressing the disclosure of medication errors in the profession of pharmacy are lacking. Objective: This study examined attitudes and behaviors of American pharmacists regarding medication errors and their disclosure to patients. Methods: A 4-page questionnaire was mailed to a nationwide random sample of 2,002 pharmacists. It included items to assess pharmacists’ knowledge of and experience with medication errors and their disclosure. The data was collected over three months and analyzed using IBM SPSS 22.0. The study received IRB exempt status. Results: The response rate was 12.6% (n = 252). The average pharmacist respondent was a 57-year old (+ 12.1 years), Caucasian (79.8%), male (59.9%), with a BS Pharmacy degree (73.8%), and licensed for 33 years (+ 12.8 years). Most respondents were employed in a hospital (26.4%) or community (31.0 %) setting and held staff (30.9%), manager (29.1%), or clinical staff (20.6%) positions.  Respondents reported having been involved in a medication error as a patient (31.0%) or a pharmacist (95.5%). The data suggest that full disclosure is not being achieved by pharmacists. Significant differences in some attitudes and behaviors were uncovered when community pharmacists were compared to their hospital counterparts.  Conclusion: There is room for improvement regarding proper medication error disclosure by pharmacists.


2012 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 2-8
Author(s):  
Hetty Ismainar ◽  
Andaru Dahesihdewi ◽  
Iwan Dwiprahasto

Keselamatan pasien merupakan prioritas dalam aspek pelayanan di rumah sakit. Upaya penyelenggaraannya diharapkan meminimalkan risiko Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). Komite Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (KKP-RS) adalah wadah yang berinisitif mengajak semua stakeholder untuk memperhatikan keselamatan pasien. Karakteristik efektivitas kinerja tim harus memiliki prinsip leadership. Berbagai penelitian tentang patient safety teamwork ini terus dilakukan dan hasilnya komunikasi juga merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas kinerja teamwork. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi efektivitas kepemimpinan dan komunikasi kinerja tim KP-RS di RSI Ibnu Sina Pekanbaru, Riau. Jenis penelitian ini observasional, deskriptif menggunakan mixed methods dengan rancangan sequensial eksploratory. Wawancara mendalam dan observasi digunakan untuk mengeksplorasi persepsi dan perilaku yang menggambarkan efektivitas kepemimpinan dan komunikasi pada tim KP-RS. Kemudian dilakukan survei pada 20 informan  untuk mengelompokkan persepsi efektivitas kedua aspek tersebut kedalam level kompetensi YAKKUM. Pengolahan data kualitatif menggunakan open code 3.6 dan data kuantitatif dengan distribusi frekuensi. Subjek penelitian adalah keseluruhan anggota tim. Hasil Penelitian menunjukan dari 42 kasus laporan insiden, terjadi 45.22%  medication error, 2.38% mengakibatkan kematian dan 50% kasus tidak dilakukan analisis. Tidak ada laporan internal dan eksternal yang dilakukan oleh tim KP-RS. Evaluasi efektivitas kepemimpinan dan komunikasi masih berada pada level 2 dan 3. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa evaluasi efektivitas kepemimpinan dan komunikasi pada tim ini belum optimal. Fungsi, perilaku dan gaya kepemimpinan di tim KP-RS adalah passive leadership. Ronde Keselamatan Pasien (RKP), The SBAR Tools, reward and punistment adalah program yang direkomendasikan pada penelitian ini. 


2001 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 71-76 ◽  
Author(s):  
David U

Author(s):  
Seham Sahal Aloufi

Patient safety is considered as an essential feature of healthcare system. Many trials have been conducted in order to find ways to improve patient safety, and many reports indicate that medication errors pose a threat to patient safety. Thus, some studies have investigated the impact of bar code medication administration (BCMA) system on medication error reduction during the medication administration procedure. This systematic review (SR) reports the impact of BCMA system on reducing medication errors to improve patient safety; it also compares traditional medication administration with the BCMA system. The review concentrates on the effectiveness of BCMA technology on medication administration errors, and on the accuracy of medication administration. This review also focused on different designs of quantitative studies, as they are more effective at investigating the impact of the intervention than qualitative studies. The findings from this systematic review show various results depending on the nature of the hospital setting. Most of the studies agree that the BCMA system enhances compliance with the 'five rights’' requirement (right drug, right patient, right dose, right time and right route) of medication administration. In addition, BCMA technology identified medication error types that could not be identified with the traditional approach which is applying the 'five rights' of medication administration. The findings of this systematic review also confirm the impact of BCMA system in reducing medication error, preventing adverse events and increasing the accuracy of the medication administration rate. However, BCMA technology did not consistently reduce the overall errors of medication administration. Keyword: Patient Safety, Impact, BCMA, eMAR


2020 ◽  
Author(s):  
Sri Raudatul Jannah

Patient safety merupakan prioritas, isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan (Perry 2009). Keselamatan pasien memang menjadi isu yang terkini di kalangan masyarakat karna didasarkan atas meningkatnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) atau adverse event. Klasifikasi adverse event adalah kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC) dan sentinel (kematian atau cedera). Contoh dari KTD seperti medication error, flebitis, dekubitus, infeksi daerah operasi, dan pasien jatuh dengan cidera (Suhartono, 2013; Suryani et al., 2011). Rumah sakit adalah salah satu institusi pelayanan kesehatan memiliki fungsi penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document