scholarly journals Implementasi Sistem Informasi Geografis Daerah Pariwisata Kabupaten Temanggung Berbasis Android dengan Global Positioning System (GPS)

2016 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 29-40
Author(s):  
Kartika Imam Santoso ◽  
Muhamad Nur Rais

Pariwisata merupakan aspek yang berharga bagi suatu daerah, dan semakin banyak pengunjung maka dapat memajukan kesejahteraan masyarakat di sekitar obyek pariwisata. Kabupaten Temanggung memiliki banyak obyek pariwisata, penggunaan teknologi informasi seperti menggunakan aplikasi smartphone berbasis Android dapat digunakan untuk membantu wisatawan untuk mengenal daerah pariwisata dan mengetahui rute menuju ke obyek pariwisata yang diinginkan. Implementasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di daerah wisata Temanggung bertujuan untuk membangun aplikasi Wisata Temanggung berbasis Android dan menerapkan layanan Google Maps Application Programming Interface (API) untuk memudahkan wisatawan dalam memperoleh informasi pemetaan lokasi objek wisata, rute dan fasilitas pendukung wisata yang ada di Kabupaten Temanggung. Metode yang digunakan adalah model proses air terjun (waterfall). Implementasi Aplikasi Wisata Temanggung menggunakan pemrograman Javascript dengan Eclipse Luna, basis data SQLite, serta peta yang bersumber dari Google Maps API. Hasilnya berupa aplikasi Wisata Temanggung berbasis Android yang membantu memudahkan wisatawan dalam memperoleh informasi tentang obyek wisata alam, buatan, budaya, kuliner, hotel dan rute dari lokasi sekarang ke lokasi obyek wisata yang diinginkan di Kabupaten Temanggung dengan bantuan Global Positioning System (GPS).

This paper discusses the ideas and process of developing a mobile locator application for Vulcanizing Shops in Siargao Island with Global Positioning System (GPS) and Google Map Application Programming Interface (API). This mobile application is an innovation tool to show the location, availability and services of the vehicle services shops available in the island to ease the hassle of the tourists with vehicle errors. It also provides shortest possible route method that includes relevant information about the services of the shops. The study adopts the Rapid Application Development model and used ISO 9126 to evaluate the application in terms of usability (4.37), functionality (4.13) and Maintainability (4.20). Therefore, the application is certain to provide a significant support to the local and foreign tourists; therefore, providing an accurate and hassle time-free locating a vulcanizing shops.


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 45-55
Author(s):  
Aab Abdus Salam ◽  
Fahmi Fahmi

Sistem otonomi daerah yang baru mewajibkan pemerintah daerah untuk mengelola aset-aset yang dimiliki oleh masing-masing daerah tersebut. Dalam hal ini pengelolaan aset meliputi pencatatan, pembukuan, pelaporan, pengarsipan dan penghapusan aset. Salah satu faktor penghambat dalam pengelolaan aset daerah yang ada di Kota Cirebon yaitu kurangnya informasi mengenai lokasi aset yang ada di Kota Cirebon, karena data yang disajikan masih belum memiliki data spasial (keruangan) yang berisi titik-titik koordinat suatu aset daerah (fasilitas sosial dan fasilitas umum). Sistem informasi geografis dibangun dengan tujuan dapat memenuhi keperluan informasi yang cepat, lengkap dan tepat sehingga dapat mempermudah pemerintah daerah dalam pengelolaan aset yang dimilikinya. SIG ini dapat memberikan data-data berupa data spasial beserta dengan atribut-atributnya dalam bentuk geografis yang ditampilkan dalam peta digital dengan bantuan Google MAPS API (Application Programming Interface) dari Google yang mampu memetakan aset-aset daerah beserta rute untuk menuju ke aset tersebut, sehingga informasi yang diperoleh menjadi dinamis dan lebih menarik serta lebih mudah untuk dipahami.


Author(s):  
Abd. Wahab Syahroni ◽  
Ubaidi Ubaidi

Penelitian ini membahas tentang pemberian informasi keamanan dan kesehatan warga kepada aparat desa secara digital menggunakan smartphone android di desa waru barat, kabupaten pamekasan, madura, jawa timur. Penerapan aplikasi ini akan memberikan respon yang cepat oleh aparat desa terhadap laporan tindakan kejahatan dan kesehatan yang dialami oleh warga. Pengembangan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan metode prototyping. Beberapa langkah dalam pengembangan aplikasi menggunakan metode prototyping antara lain initial requirement, design prototyping, protototype, client evaluation, review and updating, development, test dan maintain. Fitur yang terdapat dalam aplikasi ini antara lain laporan darurat keamanan dan laporan darurat kesehatan. Ketika warga menekan tombol darurat keamanan maka aplikasi akan mengirim data GPS warga melalui bantuan Application  Programming  Interface  (API)  di  Google Maps ke server aplikasi yang terdapat di balai desa, aparat desa akan mengkonfirmasi laporan dan akan meneruskan kepada petugas keamanan. Petugas keamanan akan menuju ke lokasi yang diberikan. Demikin juga dengan laporan kesehatan, ketika warga menekan tombol darurat kesehatan, maka aplikasi akan mengirim data GPS warga ke server aplikasi yang terdapat di balai desa, aparat desa akan mengkonfirmasi laporan dan akan meneruskan kepada petugas kesehatan. Petugas kesehatan akan menuju ke lokasi yang diberikan. Aplikasi ini telah di uji coba di desa waru barat. Dari hasil ujicoba menggunakan metode blackbox dapat disimpulkan bahwa semua fungsionalitas sistem sudah dapat berjalan dengan baik. Sedangkan hasil survei menggunakan skala likert terhadap 100 warga mengenai kepuasan terhadap penggunaan aplikasi ini adalah setuju, ditunjukan dengan nilai indeks kepuasan bernilai 70,8%


2013 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 458-465 ◽  
Author(s):  
Ross J. Fleischman ◽  
Mark Lundquist ◽  
Jonathan Jui ◽  
Craig D. Newgard ◽  
Craig Warden

Respati ◽  
2018 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
Author(s):  
Andhy Sulistyo ◽  
Anton Yudhana ◽  
Sunardi Sunardi ◽  
Resmi Aini

INTISARINyamuk  Aedes  Aegypti menularkan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) ke manusia dengan gigitannya. Breeding Place  merupakan berkembangbiaknya  jentik nyamuk di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah  kurang  menjadi pantauan oleh masyarakat. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan pemantauan posisi koordiinat bumi. Proses pengambilan lokasi Breeding Place tersebut akan diperoleh koordinat yang disebut waypoint (garis lintang dan bujur pada peta). Google Maps dan GoogleEarth saat ini telah tersedia untuk Android dan menawarkan keseluruhan layanan yang dimiliki Google. Salah satu fitur yang bermanfaat bagi banyak orang adalah informasi titik koordinat  GPS lintang dan bujurnya.Google Maps dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari penggunanya. Seperti mencari bisnis lokal, melihat peta, mendapatkan petunjuk, informasi lalu lintas real-time, melihat jadwal keberangkatan masih banyak lagi.Sementara Google Earth dapat membawa  pada  virtual tempat-tempat indah yang berbeda di belahan bumi. Google Earth dapat diasumsikan sebagai bagian dari Google Maps. Tapi, lebih mengutamakan pengalaman daripada utilitas.Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat akurasi antara Gooogle Maps dan Google Earth dengan metoda linier jarak(phytagoras) untuk mengetahui titik koordinat Breeding Place di lingkungan penduduk. Hasil uji linier jarak data diolah menggunakan  standar deviasi untuk mengindikasikan ketelitian atau kedekatan setiap individual data terhadap data lainnya, pada suatu pengamatan terhadap objek tertentu. Dengan semakin besarnya nilai standar deviasi, maka tingkat ketelitian data hasil pengukuran dapat dikatakan burukKata kunci —GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth. ABSTRACTAedes Aegypti mosquitoes transmit DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) to humans with bites. Breeding Place is the breeding of mosquito larvae in water shelters that are not grounded and are not monitored by the community. GPS (Global Positioning System) is a navigation satellite system and monitoring the Earth's coordinating position. The process of taking the location of the Breeding Place will be obtained by the coordinates called waypoint (latitude and longitude on the map). Google Maps and Google Earth are now available for Android and offer all of Google's services. One feature that is useful for many people is information on the latitude and longitude GPS coordinates. Google Maps is designed to meet the needs of its users. Like looking for a local business, looking at maps, getting instructions, real-time traffic information, see more departure schedules. While Google Earth can bring to virtual different beautiful places in the hemisphere. Google Earth can be assumed as part of Google Maps. But, prioritizing experience rather than utility.This study aims to compare the level of accuracy between Gooogle Maps and Google Earth with the linear distance method(phytagoras) to find out the coordinates of Breeding Place in a population environment. The linear test distance of the data is processed using standard deviations to indicate the accuracy or proximity of each individual data to other data, in an observation of a particular object. With the increasing standard deviation value, the level of accuracy of the measurement data can be said to be badKeywords— GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth.INTISARINyamuk  Aedes  Aegypti menularkan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) ke manusia dengan gigitannya. Breeding Place  merupakan berkembangbiaknya  jentik nyamuk di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah  kurang  menjadi pantauan oleh masyarakat. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan pemantauan posisi koordiinat bumi. Proses pengambilan lokasi Breeding Place tersebut akan diperoleh koordinat yang disebut waypoint (garis lintang dan bujur pada peta). Google Maps dan GoogleEarth saat ini telah tersedia untuk Android dan menawarkan keseluruhan layanan yang dimiliki Google. Salah satu fitur yang bermanfaat bagi banyak orang adalah informasi titik koordinat  GPS lintang dan bujurnya.Google Maps dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari penggunanya. Seperti mencari bisnis lokal, melihat peta, mendapatkan petunjuk, informasi lalu lintas real-time, melihat jadwal keberangkatan masih banyak lagi.Sementara Google Earth dapat membawa  pada  virtual tempat-tempat indah yang berbeda di belahan bumi. Google Earth dapat diasumsikan sebagai bagian dari Google Maps. Tapi, lebih mengutamakan pengalaman daripada utilitas.Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat akurasi antara Gooogle Maps dan Google Earth dengan metoda linier jarak(phytagoras) untuk mengetahui titik koordinat Breeding Place di lingkungan penduduk. Hasil uji linier jarak data diolah menggunakan  standar deviasi untuk mengindikasikan ketelitian atau kedekatan setiap individual data terhadap data lainnya, pada suatu pengamatan terhadap objek tertentu. Dengan semakin besarnya nilai standar deviasi, maka tingkat ketelitian data hasil pengukuran dapat dikatakan burukKata kunci —GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth. ABSTRACTAedes Aegypti mosquitoes transmit DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) to humans with bites. Breeding Place is the breeding of mosquito larvae in water shelters that are not grounded and are not monitored by the community. GPS (Global Positioning System) is a navigation satellite system and monitoring the Earth's coordinating position. The process of taking the location of the Breeding Place will be obtained by the coordinates called waypoint (latitude and longitude on the map). Google Maps and Google Earth are now available for Android and offer all of Google's services. One feature that is useful for many people is information on the latitude and longitude GPS coordinates. Google Maps is designed to meet the needs of its users. Like looking for a local business, looking at maps, getting instructions, real-time traffic information, see more departure schedules. While Google Earth can bring to virtual different beautiful places in the hemisphere. Google Earth can be assumed as part of Google Maps. But, prioritizing experience rather than utility.This study aims to compare the level of accuracy between Gooogle Maps and Google Earth with the linear distance method(phytagoras) to find out the coordinates of Breeding Place in a population environment. The linear test distance of the data is processed using standard deviations to indicate the accuracy or proximity of each individual data to other data, in an observation of a particular object. With the increasing standard deviation value, the level of accuracy of the measurement data can be said to be badKeywords— GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Rifqi Prima Anggara ◽  
Arif Johar Taufiq

  Tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan pada indra penglihatannya. Penyandang tunanetra mempunyai keterbatasan dalam penglihatan sehingga mobilitasnya terbatas. Hambatan yang sering dialami tunanetra diantaranya adalah menentukan keberadaan penghalang, genangan air, dan lokasi. Hambatan tunanetra dalam menentukan lokasi menimbulkan kekhawatiran bagi keluarga tunanetra dalam mengetahui keberadaannya. Alat ini dibuat untuk membantu tunanetra (pengguna tongkat) agar dapat mengetahui keberadaan penghalang, air, lokasi tunanetra, dan tombol emergency saat terjadi keadaan darurat. Tongkat ini terdapat tiga sensor ultrasonik HC-SR04 depan, kanan, dan kiri sebagai pendeteksi halangan, sensor soil moisture sebagai pendeteksi air, DF player mini yang terhubung ke speaker sebagai indikator suara dan modul GPS sebagai pendeteksi lokasi. Hasil pengujian tongkat ini dapat mendeteksi halangan yang ada di depan sensor ultrasonik HC-SR04 dengan jarak < 70 cm dan dapat mendeteksi air dengan kedalaman genangan > 2 cm melalui sensor soil moisture. Sebagai indikator bunyi ketika sensor aktif digunakan DF Player Mini yang terhubung ke speaker. Tongkat ini mampu memberikan informasi keberadaan pengguna melalui sebuah Smartphone pada aplikasi kodular berupa tampilan lokasi Google Maps. Tongkat ini juga dilengkapi dengan tombol emergency untuk mengirimkan pesan ke g-mail saat dalam keadaan darurat. Kata Kunci :DF Player Mini, Modul GPS, Sensor Ultrasonik HC-SR04, Tunanetra


Author(s):  
DECY NATALIANA

ABSTRAKBerprinsip pada pengembangan teknologi dan aplikasi dari sistem penjejakan posisi (tracking), maka dibuatlah sistem personal tracking dengan mentransmisikan data GPS (Global Positioning System) dengan menggunakan teknologi SMS (Short Messaging Service) pada jaringan GSM (Global System for Mobile Communications) sebagai media transmisinya.  Dengan sistem GPS akan diperoleh data garis lintang, serta garis bujur dari GPS receiver.  Data tersebut akan diteruskan oleh mikrokontroler untuk dikirim ke ponsel pengamat melalui komunikasi SMS.  Hasil pengujian menunjukkan bahwa device personal tracking berhasil mengirimkan data berupa IMEI, Tanggal satelit, waktu satelit, koordinat longitude, koordinat latitude, dan jumlah satelit yang berhasil ditangkap oleh device ke ponsel pengamat.  Dari data koordinat tersebut pengamat dapat memantau posisi device personal tracking berada dengan bantuan aplikasi pendukung yaitu Google Maps.Kata kunci: GPS, Personal Tracking, SMS, Google Maps. ABSTRACTBase on technology and application development of tracking, personal tracking system was made by transmiting GPS (Global Positioning System) data using SMS (Short Messaging Service) technology with GSM (Global System for Mobile Communications) network as transmitter media.  BY GPS system, we can get datas such as latitude and longitude of GPS receiver.  Those datas will be processed by microcontroller to be sent from GSM/GPRS module to user cellular phone through SMS communication.  The test result showed that the device can be sending datas such as IMEI, UTC date, UTC time, longitude coordinate, latitude coordinate, and number sattelite which detected by device to user’s phonecell.  From those coordinate, user can be monitoring the device’s position with the Google Maps application.Keywords: GPS, Personal Tracking, SMS, Google Maps.


Dinamik ◽  
2017 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 90-100
Author(s):  
Eka Ardhianto ◽  
Endang Lestariningsih ◽  
Widiyanto Tri Handoko ◽  
Edy Supriyanto

Kota semarang merupakan daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah kota semarang secara mandiri. Salah satu aset yang dikelola adalah aset berupa tanah dan bangunan milik pemerintah serta fasilitas umum yang ada di kota semarang. Aset tanah dan bangunan milik pemerintah kota semarang yang saat ini tercatat dalam Kartu Identitas Barang A terdapat sejumlah 3.092 bidang. Permasalahan yang muncul adalah, bahwa masih ada aset aset milik pemerintah yang tidak diketaui lokasi nya, tidak jelas status penanggung jawabnya dan belum jelas status kepemilikannya. Selain itu petugas yang silih berganti personel, sehingga pengenalan dan pelacakan aset milik pemerintah kota semarang menjadi sulit. Pengelolaan aset tanah oleh pemerintah kota semarang, saat ini dirasa kurang maksimal. Untuk itu perlu dibagun sebuah aplikasi sistem informasi geografi lokasi dan manajemen aset pemerintah kota semarang. Pengkoneksian Application Programming Interface (API) Google Maps pada website BPKAD pemerintah kota semarang akan memberikan informasimengenai lokasi aset tanah dan bangunan milik pemerintah kota semarang pada website googlemap. Website BPKAD yang terhubung ke googlemap memberikan kemudahan bagi operator untuk mengenali lokasi aset tanah dan bangunan milik pemerintah kota semarang. Keuntungan lain yang didapat yaitu meminimalkan kekeliruan dalam pengelolaan aset tanah dan bangunan.


2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 255
Author(s):  
Alim Kidar Hanif ◽  
Devan Yulio Setiawan ◽  
Alam Patria Rikmansyah Primaputra ◽  
Rifqoh Mardliyan

Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat, efeknya kegiatan perekonomian masyarakat pun juga ikut meningkat. Pasar yang dijadikan sebagai tempat kegiatan perekonomian masyarakat, harus tersebar merata di seluruh pemukiman. Hal tersebut dimaksutkan agar semua lapisan masyarakat dapat menjangkau pasar dengan mudah. Penelitian ini akan mengidentifikasi wilayah jangkauan pasar-pasar tradisional yang berada di Kota Banjarmasin. Wilayah jangkauan dibuat dengan menggunakan variabel aksesbilitas dari pemukiman menuju pasar. Aksesbilitas ini terdiri dari tiga komponen, yaitu waktu perjalanan ketika kondisi lalu lintas normal (menit), waktu perjalanan ketika macet (menit) dan jarak tempuhnya (meter). Data aksesbilitas tersebut didapat dari Google Maps melalui API (application programming interface) yang telah disediakan oleh Google. Data yang berhasil diolah menggunakan piranti lunak Sistem Informasi Geospasial (SIG), kemudian dilakukan validasi di lapangan dengan melakukan survei lapang ke beberapa titik pemukiman. Hasilnya, didapatkan peta wilayah jangkauan pasar tradisional di Kota Banjarmasin dengan karakteristik waktu perjalanan rata-rata sekitar 6 – 9 menit dan jarak tempuh sekitar 1.6 km, dimana wilayah tersebut hanya berlaku kepada masyarakat yang ingin membeli kebutuhan harian di pasar tradisional.


2016 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Debby Erce Sondakh ◽  
Stenly Richard Pungus ◽  
Prizilia Runtukahu ◽  
Rizky Saroinsong

Taksi merupakan layanan transportasi yang umum ditemui di daerah perkotaan. Untuk menggunakan layanan taksi pengguna dapat menunggu taksi yang lewat atau memesan melalui telepon. Kendala yang terjadi dari metode ini adalah panggilan telepon tidak tersambung karena operator sedang melayani konsumen lain, posisi taksi yang berada jauh dari konsumen, atau konsumen tidak mengetahui posisinya saat ini dengan tepat. Ketika menunggu taksi di jalan, pencarian taksi dapat memakan waktu lama. Makalah ini memaparkan tentang pengembangan aplikasi pencarian taksi berbasis teknologi Android, menggunakan model proses Rational Unified Process dari pendekatan rekayasa perangkat lunak. Implementasi teknologi web service menghasilkan aplikasi pencarian taksi terdekat yang dapat mengintegrasikan aplikasi berbasis web dengan platform berbeda, dengan aplikasi mobile berbasis sistem operasi Android. Pada aplikasi mobile, pengguna dapat mencari taksi terdekat sesuai perusahaan terdaftar yang dilacak menggunakan GPS dan melihat posisi taksi pada peta dari Google Maps Application Programming Interface, melihat informasi taksi, serta memesan taksi atau membatalkan pemesanan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document