Pola Penggunanan Balanced Scorcard Pada Indikator Kinerja Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2020 ◽  
Vol 7 (11) ◽  
Author(s):  
Fitriadi Fitriadi ◽  
Mahendro Sumardjo ◽  
Jubaedah Jubaedah

Fenomena yang diteliti pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sulitnya melihat capaian kinerja dan pengukuran kinerja. Oleh karena itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kesulitan mengambil keputusan dalam manajemen kinerja, sebelum menggunakan IKU, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan manajemen anggaran dalam penilaian dan pengukuran kinerja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi lapangan dengan pendekatan fenomenologi. Yang diteliti adalah pengalaman pola penggunaan Balanced Scorecard (BSC) IKU atau Key Performance Indicator (KPI)  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2018. Setelah adanya IKU di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan Balanced Scorecard (BSC). penilaian kinerja dan ukuran kinerja ini bisa sebagai acuan capaiaan kinerja untuk Perangkingan Perguruan Tinggi di tingkat nasional maupun internasional, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP), Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIBKA) atau Milestones dengan melihat indikator, target dan ukuran pada lapran tersebut.

Author(s):  
Lucky Setiawan ◽  
Yuliani Fauziah

This research adopts the Vision and Mission of a textile company headquartered in Tangerang. This company produces producing polo shirts, golf shirts, track suits, sweat shirts, and pants using materials such as single jersey, pique, lace in cotton, polyester, and others. The company's vision and mission can represent other textile companies that have the same processes and products. The characteristics of textile companies that have processes with human skill factors become critical points that are difficult to replace with robot technology. This has an impact on the needs of a large number of human resources in the industry. The increase in labor costs which always increases every year has a very significant impact on production costs. Thus, expansion is one of the critical factors to be used as a top management strategy in determining the current KPI items. The Balanced Scorecard is a performance evaluation method that can meet these expectations. The design of company performance measurement in this study begins with the translation of the company's vision and mission, secondly, making a proposed corporate strategy using the PQCDSME approach (profit, quality, Cost, Delivery, Service, Moral, Environment). Third, calcify the company's strategy into the perspective of the balanced scorecard. Fourth, the decision making process to determine KPI items using the brainstorming method. Fifth, determining the critical success factor and key performance indicator. Other factors are also compared between the achievement of the previous year as an illustration of determining a target. So the target given will be in accordance with the SMART rules (speciefic, measurable, achievable, realistic and timely). The results are obtained with 4 criteria (financial, consumer, internal business processes, learning and growth). This performance measurement produced 19 key performance indicators, consisting of 6 financial perspective indicators, 1 customer perspective indicator, 7 internal business process perspective indicators, and 5 growth and learning perspective indicators.


Jurnal PASTI ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Bismar Maulani ◽  
Sawarni Hasibuan

Pelarangan beroperasinya industri asbes di beberapa Negara Barat menyebabkan perlunya perusahaan-perusahaan asbes mendisain ulang system manajemen kinerjanya yang mengintegrasikan aspek safety yang lebih ketat.  Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard yang diintegrasikan dengan safety pada kasus perusahaan atap asbestos di Indonesia. Langkah dalam melakukan penelitian ini adalah identifikasi sasaran strategis, identifikasi key performance indicator (KPI), merancang safety balanced scorecard, dan melakukan pengukuran kinerja. Pembobotan KPI dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP).  Hasil rancangan safety balanced scorecard menghasilkan bobot sebesar 34,6% untuk perspektif learning & growth, 32% untuk perspektif internal business process, 19,2% untuk perspektif customer, dan 14,2% untuk perspektif financial.  Hasil pengukuran kinerja perusahaan asbestos menunjukkan skor kinerja tertinggi pada internal business process dengan skor 1,233, disusul learning & growth dengan skor 1,180, customer dengan skor 0,685, dan financial dengan skor 0,470. Hasil pengukuran total kinerja pada empat perspektif tersebut sebesar 3,567 yang menunjukkan bahwa kinerja safety BSC perusahaan atap asbestos masuk dalam kategori cukup.


Jurnal Teknik ◽  
2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Muhamad Imron

Dalam perjalanannya teknologi telekomunikasi berbasis Code Division Multiple Acces (CDMA) adalah teknologi telepon seluler yang sudah ada di dunia hampir 20 tahun lebih. Setiap kali ada penantangnya dari teknologi Global System fo Mobile Communication (GSM), teknologi CDMA selalu berhasil menandinginya.  Teknologi CDMA  yang berawal  di Amerika  Serikat  ini telah dicermati selalu  mengimbangi perkembangan teknologi GSM . Pada saat itu GSM pertama muncul dan mengancam, teknologi CDMA dikembangkan menjadi CDMA 1X sebagai jawaban terhadap ancaman GSM. Kemudian ketika operator GSM meluncurkan GSM/EDGE, sekali lagi CDMA dikembangkan menjadi teknologi CDMA Evolution-Data Optimized (CDMA/EV-DO).  Tetapi  dengan  munculnya  3G-UMTS  dan  HSDPA,  kemudian dengan adanya rencana LTE (Long Term Evolution dari kamp GSM) dan WiMax dari dunia wireless broadband, kebanyakan operator dan carrier di Amerika Serikat enggan mendukung perkembangan teknologi CDMA lebih lanjut. Melihat perkembangan teknologi CDMA di dunia yang demikian tentu saja sedikit banyak mempengaruhi perkembangan CDMA di Indonesia tidak terkecuali PT. Indosat Tbk. dengan brand Starone yang sudah berlangsung hampir 10 tahun sejak kemunculannya pada tahun2004. Melihat bisnis CDMA ke depan khususnya Starone perlu dilakukan penelitian yang  dapat  menggambarkan  kelanjutan  bisnis  ini  bisa  dikembangkan  atau  tidak.Dengan pendekatan teori Balanced Scorecard dan Gap Analysis serta melihat profil keuangan yang mempunyai kecenderungan revenue yang menurun secara drastis,  darisisi pelanggan jumlah pelanggan aktif semakin hari semakin menurun, bisnis proses internal yang tidak memasukkan Key Performance Indicator (KPI)  sebagai tolok ukurutama dalam kinerja operasional serta pertumbuhan dan pembelajaran dari Starone ini dapat disimpulkan bahwa bisnis ini secara kontinuitas tidak dapat dilanjutkan lagi. Selanjutnya dicarikan jalan keluar bagi pelanggan yang masih berada pada layananStarone untuk menggunakan teknologi lain sehingga layanan komunikasi masih bisa dirasakan oleh pelanggan.Kata  Kunci:  Code  Division  Multiple  Access,  Strategy,  Balanced  Scorecard,  Key Performance Indicato,Gap Analysis


2019 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 150-163
Author(s):  
Ines Pipit Yuniawati ◽  
Heny K Daryanto ◽  
Setiadi Djohar

ABSTRACTPT Cipta Paramula Sejati is one of the companies engaged in the space and office rental business in Jakarta. PT Cipta Paramula Sejati manages the rental of office buildings and rooms in the Jakarta Design Center Building. Jakarta Design Center is a mall that has three types of businesses related to building space rental. Every company will be faced with various problems, both problems that come from within the company (internal) and problems from outside the company (external). This study aims to analyze the strategic objectives and key performance indicator (KPI) in terms of four perspective Balanced Scorecard (BSC), an also performance measurement methods at PT Cipta Paramula Sejati based on BSC concept. The analytical method used is the BSC. The study used a descriptive approach through in-depth interviews with respondents who were chosen intentionally (purposive sampling). The results of the study obtained twelve strategic targets and fourteen KPI. Based on the results of the BSC compilation of PT Cipta Paramula Sejati, the weighting for each BSC perspective was as follows: financial perspective of 27.78 percent, customer perspective of 27.78 percent, internal business process perspective of 25 percent, and learning and growth perspective of 19.44 percent.Keywords: building management, balanced scorecard, key performance indicator.   ABSTRAKPT Cipta Paramula Sejati adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyewaan ruangan dan perkantoran di Jakarta. PT Cipta Paramula Sejati mengelola penyewaan gedung dan ruangan perkantoran di Gedung Jakarta Design Center. Jakarta Design Center merupakan mall yang memiliki tiga jenis usaha yang berkaitan dengan penyewaan ruangan gedung. Setiap perusahaan akan dihadapkan pada berbagai permasalahan, baik itu permasalahan yang berasal dari dalam perusahaan (internal) maupun permasalahan dari luar perusahaan (eksternal). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sasaran strategis dan indikator yang menjadi tolak ukur kinerja ditinjau dari empat perspektif Balanced Scorecard (BSC), serta menyusun metode pengukuran kinerja di PT Cipta Paramula Sejati berdasarkan konsep BSC. Metode analisis yang digunakan adalah BSC. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif melalui wawancara secara mendalam dengan responden yang di pilih secara sengaja. Hasil penelitian diperoleh dua belas sasaran strategis dan empat belas tolak ukur kinerja. Berdasarkan hasil penyusunan BSC pada PT Cipta Paramula Sejati diperoleh pembobotan untuk masing- masing perspektif BSC adalah sebagai berikut: perspektif keuangan sebesar 27,78 persen, perspektif pelanggan sebesar 27,78 persen, perspektif  proses bisnis internal sebesar 25 persen, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebesar 19,44 persen.Kata kunci : pengelola gedung, Balanced Scorecard, indikator tolak ukur kinerja.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Joko Hardono

Pengukuran kinerja Supply Chain PT. XYZ hanya melihat dari produktivitas perusahaan. Produktivitas hanya mampu mengukur kinerja proses internal, pada proses internal dalam satu hubungan rantai pasok. Perusahaan perlu merancang model pengukuran kinerja supply chain secara keseluruhan dan terintegrasi dalam suatu hubungan kausal, mulai dari pemasok, proses internal kepada pelanggan, untuk mengetahui efektivitas perusahaan rantai pasokan. balanced scorecard memenuhi perspektif yang diperlukan. Model balanced scorecard digunakan sebagai kerangka kerja untuk merancang Key Performance Indicator (KPI) dari kinerja supply chain PT. XYZ. KPI adalah desain berdasarkan 4 perspektif, yaitu: proses internal, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif keuangan. Pembobotan untuk menentukan prioritas antara perspektif dan KPI dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari analisis dihasilkan 20 KPI. perspektif proses internal yang berisi 9 KPI dengan berat total 21,0%, perspektif pelanggan berisi 6 KPI dengan berat total 42,6%, Belajar dan perspektif pertumbuhan berisi 4 KPI dengan berat total 17,5%, perspektif Pemegang Saham mengandung 1 KPI dengan total berat 19,0. Kata kunci: Key Performance Indicator, Supply Chain, Balanced Scorecard, Analytical Hierarchy proceses


Author(s):  
Tati Harihayati ◽  
Erian Suwandi

Penilaian pegawai di PT XYZ saat ini menggunakan metode tersendiri dalam kategori penilaian dan pemberian nilai. Hal ini menyebabkan kurang terukurnya nilai yang diberikan oleh Manager pada setiap divisi terhadap bawahannya. Sehingga mengakibatkan penilaian terhadap pegawai yang ada pada perusahaan menjadi tidak obyektif.Penelitian ini mengangkat suatu kasus yaitu melakukan penilaian pegawai pada suatu divisi berdasarkan metode Personal Balanced Scorecard (PBSC). PBSC merupakan suatu metode yang menganalisis Key Performance Indicator (KPI) yang mencakup pada empat perspektif yaitu Internal, Eksternal, Pengetahuan dan Pembelajaran dan Keuangan. Adapun penggunaan pendekatan analisis perangkat lunak pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis terstruktur.


Author(s):  
Sunu Sugi Arso ◽  
Sfenrianto Sfenrianto ◽  
Mochamad Wahyudi

Key Performance Indicator (KPI) must be aligned with the development of the organization. PT. Mitra Intregrasi Informatika (MII) in its development decided to change the traditional way of work to modern telework. This encourages companies to adjust employee’s KPI from the traditional way of work turns in to telework. In order to perform KPI measurement of its employees based on teleworking, this research uses balanced scorecard method approach that is by taking into account financial, customer, and internal business process and learning and growth perspective. The results of this study are the design proposal KPI employees to accommodate telework at the company. Then KPI employee test results showed an increase in the average value of the employee KPI of 0.295 points (9.47%) of the old KPI. Thus, it is recommended to the company to implement the employee KPI.


2018 ◽  
Author(s):  
Muhammad Hidayat

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mengetahui kinerja PT. Bosowa Propertindo dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (2) Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan perhitungan melalui konsep balanced scorecard untuk masing-masing key performance indicator dalam empat perspektif bisnis balanced scorecard dengan membandingkan antara target dan pencapaiannya untuk menghasilkan nilai akhir balanced scorecard yang dicapai oleh perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Pencapaian balanced scorecard pada tahun 2017 adalah sebesar 3.195 nilai ini menunjukkan bahwa pencapaian target yang dicapai oleh perusahaan adalah lebih tinggi sedikit diatas target yang telah ditetapkan. (2) Key Performance indicator (KPI) yang ditentukan oleh PT.Bosowa Propertindo pada tahun 2017 adalah (a) Perspektif keuangan yang terdiri dari Profitability index, Return on Capital Employeed, Return on Investment, Current Ratio mencapai nilai score kumulatif balanced Scorecard sebesar 1,475 (b) Perspektif Pelanggan yang dilaksanakan dengan menganalisa kepuasan pelanggan yang terdiri dari bukti fisik,kehandalan, daya tanggap, jaminan dan kepedulian mencapai nilai score kumulatif BSC sebesar 0,75 (c) Perspektif Proses Business internal yang terdiri dari rasio inovasi dan rasio tingkat kepatuhan mencapai nilai score kumulatif BSC sebesar 0,85 (c) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang terdiri dari kepuasan pegawai, jumlah karyawan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, biaya pendidikan dan pelatihan, waktu pelaksanaan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document