key performance indicator
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

334
(FIVE YEARS 157)

H-INDEX

13
(FIVE YEARS 6)

Author(s):  
Shreyas S

Abstract: Smart Manufacturing systems are regarded as the fourth revolution in the manufacturing industry, which is shaped by widespread deployment of sensors and Internet of Things. The present work constitutes of ‘Development of Industrial Internet of Things (IIoT) Dashboard for ‘Overall Equipment Effectiveness’ (OEE) Monitoring of CNC Machine Tools’ for a legacy CNC machine which is converted to smart machine. Data fetched from the CNC controllers through OPCUA is sent to the connected cloud database which will be imported into PowerBI desktop and the data has been classified and processed according to the requirement to develop a data modelling architecture of OEE, the Working status of the machine is visualized by Creating Monitoring and Performance charts and graphs of different design in Microsoft PowerBI Desktop. The Advanced visualizations constitutes od various features along with different analysing capabilities that results is creating reports which enumerates the state of OEE as a Key Performance Indicator (KPI). As Microsoft Power BI pertains a set of pre-established steps for data processing, the situation designated may constitute a limitation to automatic data refresh, leading to a do-over to verify, the specific interval of time, the conformity of data so they can be imported into the system. Keywords: Industrial Internet of Things (IIoT), Open Platform Communications United Architecture (OPCUA), Computer Numerical Control (CNC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Key Performance Indicator (KPI).


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 137-146
Author(s):  
Arif Budi Sulistyo ◽  
Siti Havika Mutiawati

XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri Petrokimia yang memproduksi Paraform, Larutan Formalin dan Resin Formalin. Perusahaan menggunakan alat transportasi milik sendiri dalam menjalankan proses distribusi produk cair ke customer. Salah satu pengeluaran terbesar pada kendaraan adalah ban dengan jumlah Rp.162,500,000,- sehingga sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang terbaik. Penelitian ini mengusulkan preventive maintenance ban dengan penjadwalan berupa waktu penggantian komponen (age replacement) dan menggunakan metode Tyre Management System (TMS). Penelitian ini dibatasi pada jenis kendaraan tronton 20.000 KL dan mengabaikan pengaruh kualitas jalan raya. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan metode age replacement, maka dapat diambil kesimpulan bahwa umur komponen ban pada truk tronton A 8681 X sebesar 45.000 KM, A 8683 X sebesar 39.000 KM dan A 8690 X sebesar 99.000 KM. Proses penerapan Tyre Management System (TMS) dilakukan dengan melakukan pelatihan, membuat check sheet yang standar, membuat key performance indicator (KPI), dan proses kerja tyre management system (TMS) yang meliputi manajemen pasokan, tyre maintenance dan analisis data.


2021 ◽  
Author(s):  
ahmad maulana

Ciri era revolusi industri 4.0 adalah penggunaan Internet of Things (IoT) yang membutuhkan perubahan model bisnis untuk meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu, dunia bisnis melakukan perubahan melalui pemanfaatan e-commerce dalam pelaksanaan serangkaian proses. Sama halnya dengan proses bisnis pada umumnya, model bisnis e-commerce juga membutuhkan partisipasi semua pihak, yang sering disebut dengan supply chain management (SCM). Dengan partisipasi semua pihak dalam jaringan e-commerce supply chain (SC), makadalam hal ini perlu dilakukan pengukuran kinerja supply chain untuk mencapai efektivitas. Perusahaan e-commerce. Artikel ini akan membahas penentuan key performance indicator (KPI) berdasarkan dimensi teknologi informasi untuk mengukur kinerja e-commerce SC melalui studi literatur.


Author(s):  
Sah Feroza ◽  
Gagat Riano ◽  
Ismoyo Ismoyo ◽  
Limawati Handayani

Agar penyelenggaraan pembinaan kemampuan akademik potensi dasar matra udara di AAU dapat dilaksanakan secara efisien, serasi dan berdaya guna, diperlukan suatu rancangan sistem pengukuran kinerja (SPK) yang terintegrasi dengan jaminan mutu. Dengan menggunakan metode IPMS untuk perancangan dan metode AHP untuk pembobotannya, penelitian ini bertujuan untuk menyusun sistem pengukuran kinerja (SPK) di Departemen/prodi AAU. Dari penelitian ini dapat diidentifikasi 13 requirement, 25 objectives dan 44 key performance indicator (KPI) yang dikelompokkan dalam 10 komponen Pendidikan TNI AU. Hasil pembobotan didapatkan bahwa kriteria kurikulum merupakan bobot terbesar dengan nilai 11,52% dan bobot terendah pada Paket intruksi yaitu 8,87%. Sedangkan bobot terbesar KPI adalah KPI NO 15B, yaitu Kesesuaian RPS dan SAP dengan Capaian Pembelajaran dengan nilai 0,3764.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Andy Achmad Hendharsetiawan ◽  
Hendarman Lubis ◽  
Kusdarnowo Hartanto

Pada masa pandemi COVID-19 yang belum berakhir ini bahkan beberapa negara termasuk Indonesia menunjukkan adanya peningkatan data penderita yang cukup tinggi maka pemerintah terus memberlakukan pembatasan sosial termasuk mengurangi jam kerja bagi perusahaan dan industri termasuk pada pegawai pemerintahan.  Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini dan upaya untuk tetap menjaga produktifitas kerja yang baik maka diperlukan suatu system aplikasi untuk menunjang kebutuhan tersebut. Perancangan model sistem aplikasi ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk memantau kondisi kesehatan dan aktifitas harian setiap karyawan di perusahaan atau instansi tersebut. Guna menjaga produktifitas kerjanya maka salah satunya harus dimonitor aktifitas kerja harian karyawan khususnya pada masa Work From Home (WFH) dengan baik dan mudah serta berbasis Key Performance Indicator (KPI) untuk memudahkan memantau dan mengevaluasi kinerja setiap karyawan.  Tulisan ini akan menjelaskan mengenai gagasan perencanaan model suatu sistem aplikasi yang digunakan setiap karyawan suatu perusahaan untuk memantau kesehatan dan aktifitas kerja harian karyawannya khususnya pada situasi WFH di masa pandemi COVID-19.


Jurnal Digit ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 144
Author(s):  
Genesis Angelia ◽  
Petrus Sokibi ◽  
Rifqi Fahrudin

ABSTRAKOppo adalah perusahaan yang bergerak dibidang smartphone. Dalam memasarkan produk, perusahaan memerlukan promotor dalam membantu user. Oleh sebab itu promotor adalah ujung tombak perusahaan dalam penjualan produk. Dalam meningkatkan penjualan produk, promotor harus paham mengenai produk yang dijualnya. Dalam meningkatkan kualitas product knowledge promotor, perusahaan mengadakan training. Namun pada saat melakukan penilaian product knowledge trainer mengalami kendala karena belum adanya sistem penilaian digital. Dari hasil penelitian, adanya sistem yang efektif dan efisien bagi promotor yaitu promotor dapat melihat hasil penilaian dari setiap kriteria sedangkan untuk trainer yaitu mempermudah dalam melakukan penilaian dan regional manager dapat melihat hasil kinerja promotor terhadap product knowledge. Selain itu, penelitian ini menghasilkan terbentuknya penilaian KPI dilakukan setiap 3 bulan ketika ada produk baru. Kriteria yang dihasilkan dalam KPI adalah kuesioner, probing, komparasi dan penjualan. Setiap kriteria memiliki bobot yaitu 10 untuk kuesioner, 30 untuk probing, 10 untuk komparasi dan 50 untuk penjualan. Penerapan metode KPI dapat menunjang pengambilan keputusan penilaian product knowledge terhadap kinerja promotor. Setiap promotor yang mendapatkan skor KPI 100 akan mendapatkan reward sebesar Rp.200.000 dan sertifikat.Kata Kunci: Sistem penilaian, KPI, Kinerja promotor.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 96-106
Author(s):  
I Gusti Bagus Rai Utama ◽  
Christimulia Purnama Trimurti ◽  
Ni Made Diana Erfiani ◽  
Ni Putu Dyah Krismawintari ◽  
Dermawan Waruwu

High-quality tourism destinations nowadays become the expectations of tourism stakeholders. However, these quality tourism destinations do not have a definition and key performance indicator that can be used as a measurement indicator, so this research is necessary. This study tries to measure the quality of tourism destinations based on the perspective of Bali tourism respondents. In this survey, the attitude of the respondents was measured using a choice of 5 Likert scales that directly asked their attitude towards various indicators on two elements, namely the tourist quality variable and the destination quality measurement variable. The results of a survey of 200 informants illustrate that the respondents' views on all indicators that are considered as indicators of measuring the quality of tourists and indicators of tourism destinations. They can be used as indicators to measure other destinations with adjustments according to their conditions. The novelty in this studies is three factors that have been formed key factors of tourism destination quality. The first is named the quality beautiful destination and unique attraction. The second factor is named quality tourist spending and respect local culture minded. The third factor is named the quality climate and weather condition and infrastructure.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document