scholarly journals PERANCANGAN KEY PERFORMANCE INDICATORS KINERJA SUPPLY CHAIN PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Joko Hardono

Pengukuran kinerja Supply Chain PT. XYZ hanya melihat dari produktivitas perusahaan. Produktivitas hanya mampu mengukur kinerja proses internal, pada proses internal dalam satu hubungan rantai pasok. Perusahaan perlu merancang model pengukuran kinerja supply chain secara keseluruhan dan terintegrasi dalam suatu hubungan kausal, mulai dari pemasok, proses internal kepada pelanggan, untuk mengetahui efektivitas perusahaan rantai pasokan. balanced scorecard memenuhi perspektif yang diperlukan. Model balanced scorecard digunakan sebagai kerangka kerja untuk merancang Key Performance Indicator (KPI) dari kinerja supply chain PT. XYZ. KPI adalah desain berdasarkan 4 perspektif, yaitu: proses internal, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif keuangan. Pembobotan untuk menentukan prioritas antara perspektif dan KPI dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari analisis dihasilkan 20 KPI. perspektif proses internal yang berisi 9 KPI dengan berat total 21,0%, perspektif pelanggan berisi 6 KPI dengan berat total 42,6%, Belajar dan perspektif pertumbuhan berisi 4 KPI dengan berat total 17,5%, perspektif Pemegang Saham mengandung 1 KPI dengan total berat 19,0. Kata kunci: Key Performance Indicator, Supply Chain, Balanced Scorecard, Analytical Hierarchy proceses

Jurnal PASTI ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Bismar Maulani ◽  
Sawarni Hasibuan

Pelarangan beroperasinya industri asbes di beberapa Negara Barat menyebabkan perlunya perusahaan-perusahaan asbes mendisain ulang system manajemen kinerjanya yang mengintegrasikan aspek safety yang lebih ketat.  Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard yang diintegrasikan dengan safety pada kasus perusahaan atap asbestos di Indonesia. Langkah dalam melakukan penelitian ini adalah identifikasi sasaran strategis, identifikasi key performance indicator (KPI), merancang safety balanced scorecard, dan melakukan pengukuran kinerja. Pembobotan KPI dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP).  Hasil rancangan safety balanced scorecard menghasilkan bobot sebesar 34,6% untuk perspektif learning & growth, 32% untuk perspektif internal business process, 19,2% untuk perspektif customer, dan 14,2% untuk perspektif financial.  Hasil pengukuran kinerja perusahaan asbestos menunjukkan skor kinerja tertinggi pada internal business process dengan skor 1,233, disusul learning & growth dengan skor 1,180, customer dengan skor 0,685, dan financial dengan skor 0,470. Hasil pengukuran total kinerja pada empat perspektif tersebut sebesar 3,567 yang menunjukkan bahwa kinerja safety BSC perusahaan atap asbestos masuk dalam kategori cukup.


Author(s):  
Misra Hartati Hartati

PT. Asia Forestama Raya (AFR) adalah perusahaan yang memproduksi plywood (kayu lapis). Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan antara lain, keterlambatan bahan baku, jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan permintaan, dan keterlambatan pengiriman produk. Dengan permasalahan yang terjadi di sepanjang aliran supply chain perlu dilakukan pengukuran kinerja aliran supply chain menggunakan metode Supply chain Operation Reference (SCOR). Pengukuran dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu identifikasi matrik SCOR, verifikasi Key Performance Indicator (KPI) dengan menyebarkan kuesioner indikator, perhitungan nilai normalisasi (skor), pembobotan KPI menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menyebarkan kuesioner AHP. Nilai kinerja aliran supply chain yang didapatkan adalah 73,33 dengan kategori Good, dimana kinerja terendah terdapat pada proses source yaitu 69,29 dengan kategori Average.


2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 104-123
Author(s):  
Indrianawati Usman ◽  
Mohammad Agung Laksono

Balanced Scorecard menyediakan kerangka komprehensif yang dapat menterjemahkan tujuan strategi perusahaan kedalam set pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh, sehingga sangat membantu pimpinan peruahaan dalam mengimplementasikan strateginya secara efektif. Koperasi Karyawaan Redrying Bojonegoro merupakan bisnis yang sedang berkembang pesat dengan banyak unit usaha. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard pada Koperasi. Hal ini dikarenakan balanced scorecard mengukur kinerja perusahaan dari aspek keuangan dan non keuangan, internal maupun eksternal. Penelitian ini dilakukan dilakukan dengan men-translate visi, misi, tujuan koperasi kedalam sasaran strategik dan menyusun kedalam strategy map. Kemudian menentukan Key Performance Indicators dan validasi oleh pengurus secara focus discision group dengan dilanjutkan pembobotan KPI dengan metode Analytical Hierarchy Process. Hasil dari ini tersusunlah model balanced sorecard koperasi dengan 14 KPI dari 10 leg indicators dan hasil pembobotan KPI dengan AHP diperoleh bahwa perspektif keuangan memiliki hasil pembobotan tertinggi dengan nilai 0.418; peringkat kedua perspektif Pelanggan dengan nilai 0.271; peringkat ketiga perspektif Pemebelajaran dan Pertumbuhan 0.191; dan prioritas terakhir adalah perspektif proses bisnis internal dengan nilai 0.120. Keywords : Sistem Pengukuran Kinerja, Balanced Scorecard, Analytical Hierarchy Process, Koperasi


Author(s):  
Teuku Athaillah ◽  
Ahmad Humam Hamid ◽  
. Indra

<p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong><strong><em></em></strong></p><p class="Abstractisi">Tuna fish is one of the easily perishable consumed food. Therefore before it reaches the consumers a well-designed and well-prepared supply management system is required The objectives of the research are to analyze the product, financial and information flows of tuna fish chain of supply in Banda Aceh through analyzing the performance efficiency of tuna fish supply chain performance at CV Tuah Bahari and PT Nagata Prima Tuna in Banda Aceh. Descriptive analysis is the method used to analyze the product, financial and information flows. Supply Chain Operation Reference (SCOR).  Is the method used to measure the supply chain performance efficiency. SCOR preceded with hierarchy preparation based on the SCOR process, i.e. plan, source, make, delivery and return with common dimensions i.e. reliability, responsiveness, flexibility, cost and asset.  The supply chain performance efficiency measurement in this research is also supported by the Analytical Hierarchy Process  (AHP) and  Objective Matrix (OMAX) methods  The result of the research pointed out that the tuna fish product and information flow at CV Tuah Bahari and PT Nagata Prima Tuna is not optimal yet, while the financial flow is optimal. In the outcome of CV Tuah Bahari performance efficiency, 4 KPI (Key Performance Indicator) is at Poor category, while at PT Nagata Prima 9 KPI are categorized as Poor. The total performance value of the company is at Average category, with total index value of 62.9 and PT Nagata Prima Tuna 52.7.   </p><p class="TubuhTulisanAll"><strong><em>Keywords:</em></strong><strong><em> </em></strong><em>performance efficiency, SCOR, supply chain, tuna fish</em></p><p class="TubuhTulisanAll" align="center"><strong> </strong></p><p class="TubuhTulisanAll" align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p class="Abstrakisi">Ikan tuna tergolong bahan pangan yang memiliki karakteristik mudah rusak. Oleh karena itu, untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aliran produk, aliran keuangan dan aliran  informasi pada rantai  pasok ikan tuna di Banda Aceh, dengan menganalisis efisiensi kinerja rantai  pasok ikan tuna pada CV. Tuah Bahari dan PT Nagata Prima Tuna di Banda Aceh. Metode yang digunakan untuk menganalisis aliran produk, aliran keuangan, dan aliran informasi adalah analisis deskriptif. Metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja rantai pasok adalah <em>Supply</em> <em>Chain</em> <em>Operation</em> <em>Reference</em> (SCOR). SCOR diawali dengan pembuatan hierarki awal yang didasarkan pada proses dalam SCOR, yaitu <em>plan, source, make, delivery,</em> dan <em>return</em> dengan dimensi umum, yaitu <em>reliability, responsiveness, flexibility, cost, </em>dan<em> asset</em>. Pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok dalam penelitian ini juga didukung dengan metode<em> Analytical Hierarchy Process  </em>(AHP)<em> </em>dan<em> Objective Matrix</em> (OMAX)<em>. </em>Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran produk dan aliran informasi rantai pasok ikan tuna di CV. Tuah Bahari dan PT. Nagata Prima Tuna belum optimal, sedangkan aliran keuangan sudah optimal. Hasil pengukuran efisiensi kinerja CV. Tuah Bahari, 4 KPI (<em>Key Performance Indicator</em>)<em> </em>berada pada kategori <em>Poor,</em> sementara pada PT Nagata Prima Tuna terdapat 9 KPI berada pada kategori <em>Poor</em>. Total nilai performansi kedua perusahaan berada pada katagori<em> Average</em>, dengan nilai Index Total CV. Tuah Bahari 62.9 dan PT. Nagata Prima Tuna 52.7.</p><strong>Kata kunci:</strong> efisiensi kinerja, <em>SCOR,</em><em> </em>rantai pasok, ikan tuna


2018 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Ratih Ardia Sari ◽  
Rahmi Yuniarti ◽  
Farida Risqi Nur Safitri

Performance measurement is done to measure the achievement of the company. Performance is made to know the company is reaching its target. In this research, the company's performance in the field of electrical contractor is measured. Key Performance Indicator (KPI) used from the perspective of the organization, process, and staff. Weighting KPI using Analytical Hierarchy Process. Objective Matrix and Traffic Light System are used for the scoring system. The results showed that from 23 KPI got 9 KPI is in the red zone, 10 in the yellow zone and the rest in the green zone. From these results then the company needs improvement to improve performance.


2011 ◽  
Vol 4 (9) ◽  
pp. 9 ◽  
Author(s):  
Kritsana Sukboonyasatit ◽  
Chaiwit Thanapaisarn ◽  
Lampang Manmar

The research objective was to develop public universities key performance indicators. Qualitative research and interviews were employed with each public universitys senior executive and quality assessors. The sample group was selected by the office of the public sector development commission and Thailands public universities can be separated into three groups based on their quality assessment score: 1) the high scoring group, 2) the moderate scoring group, and 3) the low scoring group. The results showed that the high scoring group had set a clear strategic context such as vision, mission, core values and corporate goals. In the case of the moderate scoring group it was found that some sections of the strategic context, such as the vision and mission, had already been defined, but corporate goals were yet to be determined. The strategic context was not clear and remained inactive for the low scoring group. In additional, each public university should establish two different sets of key performance indicators; first, a common key performance indicator which is aligned with the public university mission to enhance macro education, and which can be separated by five assessment perspectives as follows: 1) to produce graduates, 2) to promote and expand the universitys research, 3) to provide academic services, 4) to preserve and promote the arts, culture and heritage, and 5) to manage the university. The second specific key performance indicator should be aligned with the universitys strategic context, especially its vision and goals.


JUMINTEN ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (5) ◽  
pp. 109-120
Author(s):  
Muhammad Trisyadi Waluya Jati ◽  
Dira Ernawati ◽  
Nur Rahmawati

Kinerja adalah suatu aspek yang bisa diukur sebagai acuan dan harapan bagi instansi, organisasi dan perusahaan. DI PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur dan beberapa tahun ini perusahaan mengalami beberapa permasalahan pada proses rantai pasok, mulai dari keterlambatan pengiriman ke beberapa toko material, produk cacat, dan menumpuknya stok yang ada di gudang. Itu bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu, proses pegiriman produk, proses produksi, SDM (sumber daya manusia) dan proses yang ada kaitannya dengan supply chain mulai dari proses awal sampai akhir pengiriman. Oleh karena itu perlunya analisis kinerja perusahaan di bagian beberapa departemen yang berhubungan dengan rantai pasok dan dianalisa untuk mengetahui kinerja pada proses supply chain. Metode penelitian yang digunakan ialah SCOR model (Supply chain Operation Reference) dan AHP (Analitical hierarchy process) dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja rantai pasok dan diperlukan key performance indicator (KPI) yang spesifik agar jadi acuan yang jelas dalam mengukur rantai pasok. Berdasarkan perhitungan dari SCOR model diperoleh nilai masing–masing attribut yaitu: Reliability dengan nilai 17,39, Responsiveness 22.98, Agility 11,76, Cost 7,15 dan Asset Management dengan nilai 7,16. Total nilai Performansi SCOR yang didapatkan perusahaan berada pada kategori Average dengan nilai 66,44.


2018 ◽  
Vol 30 (4) ◽  
pp. 491-500 ◽  
Author(s):  
Tomislav Josip Mlinarić ◽  
Boban Đorđević ◽  
Evelin Krmac

The aim of this study is to develop a framework for investigating a comprehensive set of Key Performance Indicators (KPIs) for the assessment of railway Intelligent Transportation Systems (ITS). The framework is established through four main steps: (1) development of a comprehensive set of KPIs for railway ITS; (2) validation of developed KPIs and collection of judgments from experts through a Delphi questionnaire; (3) evaluation of KPIs weights for assessing railway ITS with the Group Analytical Hierarchy Process (GAHP); and (4) presentation of a SWOT analysis for the developed KPIs by the authors. The results of the framework are presented as a set of 25 indicators for evaluation of railway ITS and their impacts. The framework could be helpful for selecting KPIs of ITS in another mode of transportation. Monitoring of the contributions of ITS towards sustainable railway can be achieved by a developed set of indicators which are classified in accordance with sustainable dimensions.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Okianadila Safira Widodo ◽  
Wahyuda Wahyuda ◽  
Yudi Sukmono

Sistem tenaga listrik di Kalimantan Timur terdiri dari 3 sistem yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi. Konsumsi listrik di wilayah Kalimantan sejak tahun 2017 hingga 2018 meningkat sebesar 21,29% sehingga terdapat perubahan pembebanan listrik pada sistem pembangkit. Unit Pelaksana Pengendalian dan Pembangkitan (UPDK) Mahakam belum mempunyai KPI yang fokus pada supply chain listrik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja supply chain dengan merancang KPI, mengetahui kondisi kinerja supply chain, dan KPI yang tidak mencapai target. Metode yang digunakan yaitu SCOR (Supply Chain Operations Reference) 11,0, AHP (Analtycal Hierarchy Process), OMAX (Objective Matrix), dan TLS (Traffic Light System). Terdapat 28 aktivitas yang mempengaruhi kinerja supply chain dan 52 rancangan Key Performance Indicator (KPI) dari penjabaran 28 aktivitas yaitu 19 KPI plan, 9 KPI source, 7 KPI make, 2 KPI deliver, 1 KPI return, dan 14 KPI enable. Proses plan memiliki bobot tertinggi dan return menjadi bobot terendah. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan kondisi kinerja meningkat dari periode sebelumnya. Terdapat 5 KPI yang tidak mencapai target UPDK Mahakam dan memerlukan perbaikan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 40-55
Author(s):  
Bambang Setiawan ◽  
Hasbulah

ABSTRAK – Performance Prism telah diimplemetasikan pada berbagai bidang usaha, karena termasuk metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu, kajian literatur secara sistematis diperlukan, untuk memberi informasi kepada penelitian-penelitian selanjutnya mengenai implementasi Performance Prism yang telah dilakukan. Literatur yang diidentifikasi meliputi 36 jurnal nasional dan 4 jurnal internasional dari Indonesia, dengan rentang publikasi dari tahun 2011 hingga 2020. Implementasi Performance Prism yang ditemukan, didominasi pada Industri makanan, apparel, dan bahan konstruksi, serta jasa penyedia air baku dan pelayanan kesehatan. Selain itu, Performance Prism diimplemetasikan pula pada Lembaga pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama dan Perguruan Tinggi. Implementasi Performance Prism dalam literatur yang ditemukan, diintegrasikan dengan 4 metode lain yang dominan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP), Objective Matrix (OMAX), Traffic Light System (TLS), serta Strengths, Weaknesses, Opportunities, & Threats (SWOT). Manfaat implementasi Performance Prism dari literatur yang ditemukan, terdiri dari pengukuran tingkat kepentingan perspektif stakeholder dan performance indicator, serta penentuan Key Performance Indicator dan pengukuran kinerja perusahaan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document