scholarly journals Model Discrepancy Calibration and Propagation Across Experimental Settings.

2020 ◽  
Author(s):  
Kathryn Maupin ◽  
Laura Swiler
Keyword(s):  
2020 ◽  
Author(s):  
H. Nandi Formentin ◽  
I. Vernon ◽  
M. Goldstein ◽  
C. Caiado ◽  
G. Avansi ◽  
...  

2014 ◽  
Vol 71 ◽  
pp. 491-505 ◽  
Author(s):  
David J. Nott ◽  
Lucy Marshall ◽  
Mark Fielding ◽  
Shie-Yui Liong

Author(s):  
Chanyoung Park ◽  
Raphael T. Haftka ◽  
Nam H. Kim

Surrogates have been used as an approximate tool to emulate simulation responses based on a handful of response samples. However, for high fidelity simulations, often only a small number samples are affordable, and this increases the risk of extrapolation using surrogates. Frequently, most of the sampling domain is not in the interpolation domain (called coverage), usually defined as the convex hull of these samples. For example, when we build a surrogate with 20 samples in six-dimensional space, the coverage is merely 2% of the sampling domain. Multi-fidelity surrogates (MFS) may mitigate this problem, because they use large number of low fidelity simulations, so that most of the domain is covered with at least some simulations. This paper explores the extrapolation capability of MFS frameworks through examples including algebraic functions. To examine the effects of different MFS frameworks, we consider six MFS frameworks in terms of their functional forms and frameworks for fitting the forms to data. We consider three different functional forms based on different approaches: 1) a model discrepancy function, 2) model calibration, and 3) both. Bayesian MFS frameworks based on the functional forms are considered. We include also their counterparts in simple frameworks, which have the same functional form but can be built with ready-made surrogates. We examined the effect of the high fidelity sample coverage on extrapolation while the number of high fidelity samples remains the same. The root mean square errors (RMSE) of the interpolation and extrapolation domains are calculated to see their effectiveness on the overall RMSE of whole MFS. For the examples considered, we found that the presence of a regression scalar could be important to extrapolation. Bayesian framework is useful to find a good regression scalar, which simplifies the discrepancy function.


2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Muthia Umi Setyoningrum

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keefektifan, kendala yang dihadapi, dan solusi sekolah untuk mengatasi kendala dalam implementasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001: 2008 di SMA Negeri Kabupaten Sleman. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi model Discrepancy Provus dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen pengumpulan data berupa angket  dan pedoman wawancara. Validitas instrumen berupa validitas logis dan empiris. Validitas empiris dihitung dengan teknik Point Biserial,  reliabilitasnya dihitung dengan teknik Kuder-Richardson (KR.20). Teknik analisis data adalah persentase. Hasil penelitian: (1) Keefektifan implementasi SMM ISO 9001: 2008 di SMA Negeri Kabupaten Sleman mencapai 85,89% dan kesenjangan 14,11% dengan kriteria “Efektif”. (2) Kendala implementasi: keterbatasan dana; pola pikir dan etos kerja yang rendah; lemahnya komitmen dan respon guru; penyimpanan dan penomoran dokumen yang belum efektif; perbedaan format dokumen. (3) Solusi sekolah: penetapan skala prioritas; meningkatkan kesiapan QMR; meningkatkan pelatihan awareness ISO; meningkatkan peran pengendalian dokumen; menyederhanakan penomoran dokumen; bekerjasama dengan tim.Kata Kunci: keefektifan, Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001: 2008 THE EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION ISO 9001:2008 QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) IN SMA NEGERI KABUPATEN SLEMANAbstractThis study aims to determine the level of effectiveness, obstacles encountered, and school solution to overcome the obstacles in the implementation of the Quality Management System (QMS) ISO 9001: 2008 in SMA Sleman. It is an evaluation research with Discrepancy Provus model with quantitative approach. The instruments of data collection were the questionnaire and interview guides. The validity of the instruments was logical and empirical. Empirical validity was measured by Point Biserial in which the reliability was measured by Kuder-Richardson. The data analysis technique was the percentage. The results: (1) The effectiveness of implementing ISO 9001: 2008 QMS in SMA Negeri Kabupaten Sleman is 85.89% and the discrepancy is 14.11 % with criteria of “Effective. (2)  The obstacles: limited funds; the lake of mindset and work ethic; weak commitment and response of the teachers; ineffective document storage and numbering; different document format. (3) Solutions: determination of priority scale; readiness of QMR; improvement of training of ISO awareness and document handling role; simplification of document numbering; cooperation with the team.Keywords: effectiveness, ISO 9001: 2008 Quality Management System (QMS)


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 231-259
Author(s):  
Wenyu Li ◽  
Arun Hegde ◽  
James Oreluk ◽  
Andrew Packard ◽  
Michael Frenklach

2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 28-33
Author(s):  
Wahyu Nanda Eka Saputra
Keyword(s):  

Konseling adalah jantung hati layanan bimbingan dan konseling. Pentingnya layanan konseling merupakan sebuah peluang dan sekaligus tantangan. Peluang dalam hal ini, konselor memiliki peluang yang besar jika mampu mengimplementasikan program konseling dengan baik untuk mengentaskan masalah siswa. sekaligus tantangan, konselor tidak bisa dihindarkan dari kebiasan konselor yang mengimplementasikan program konseling yang tidak sesuai dengan standar. Pentingnya program konseling ini, tentunya membutuhkan satu usaha untuk menilai keberhasilan program konseling. Salah satunya adalah dengan melaksanakan evaluasi. Tipe evaluasi yang bisa digunakan adalah evaluasi dengan model discrepancy. Makalah ini akan mendeskripsikan evaluasi model discrepancy untuk melihat kesenjangan performa program konseling dengan standar yang ditentukan.


2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Dian Putera Karana
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keefektifan manajemen pendidikan inklusif (MPI) dilihat dari standar pelayanan minimum, (2) perbedaan MPI di SD negeri dengan MPI di SD swasta, (3) hambatan dalam pelaksanaan MPI, dan (4) solusi dan rekomendasi untuk menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan MPI. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian evaluasi dengan model discrepancy. Responden penelitian berjumlah 41 orang. Data dikumpulkan menggunakan angket dan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk angka dan persentase, di mana data yang berwujud angka-angka tersebut selanjutnya diterjemahkan dalam kata-kata atau kalimat. Hasil penelitian sebagai berikut. (1) MPI di SDN Gadingan dilihat dari standar pelayanan minimum telah mencapai skor 1002 (88,36%) dengan kategori sangat baik; dan di MI Ma’arif Pagerharjo telah mencapai skor 812 (75,19%) dengan kategori baik. (2) Perbedaan MPI di SDN Gadingan dan MI Ma’arif Pagerharjo terletak pada komponen standar: pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan. (3) Hambatan: belum adanya pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif, minimnya jadwal guru pembimbing khusus untuk mendampingi guru reguler, minimnya anggaran, terbatasnya sarana dan prasarana. (4) Solusi: menyusun pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif, menambah waktu/jadwal guru pembimbing khusus untuk mendampingi guru reguler, mengusulkan penambahan anggaran dan memenuhi sarana dan prasarana, serta rekomendasinya: pengembangan wawasan dan pengetahuan pendidik dan tenaga kependidikan, optimalisasi pengelolaan sarana dan prasarana, dan pemenuhan kebutuhan anggaran/pembiayaan.


2020 ◽  
Vol 30 (5) ◽  
pp. 051103 ◽  
Author(s):  
Rebecca E. Morrison ◽  
Americo Cunha

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document