scholarly journals Efek Antibakteri Sabun Mandi Cair Ekstrak Buah Kapulaga Terhadap Staphylococcus aureus

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Yahdian Rasyadi ◽  
Revi Yenti ◽  
Aulia Putri Jasril

Di dalam kulit manusia terdapat banyak bakteri, contohnya Staphylococcus aureus. Infeksi Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan dan diikuti abses. Sabun berfungsi untuk membersihkan kulit dari kotoran maupun bakteri. Ekstrak etanol buah kapulaga yang telah diformulasi menjadi sabun mandi cair diduga memiliki khasiat antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri sabun mandi cair yang mengandung ekstrak buah kapulaga (Amomum compactum Sol. Ex Maton) F1, F2, dan F3 dengan kandungan ekstrak etanol buah kapulaga masing-masingnya 2%, 4%, dan 6% terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Uji antibakteri sabun mandi cair dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar. Hasil uji aktivitas antibakteri sabun cair menunjukkan diameter hambat rata-rata F1 (22,33 ± 0,85 mm), F2 (24,63 ± 0,58 mm) dan F3 (25,80 ± 0,17 mm). Semua formula sabun mandi cair ekstrak etanol buah kapulaga memiliki aktivitas antibakteri tergolong kategori kuat terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus.

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 50-57
Author(s):  
Vriezka Mierza ◽  
Sudewi Sudewi

Kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. ex Manton) mampu menghambat pertumbuhan cendawan dan senyawa sineol. kapulaga lokal yang bersifat sebagai anticendawan dan mengandung antibakteri.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak etanol buah kapulaga yang diformulasikan menjadi sediaan obat kumur yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutanspada konsentrasi tertentu. Adapun metode dari penelitian ini adalah dengan menggunakan pengujian aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans dari sediaan obat kumur ekstrak etanol buah kapulaga.Sediaan dievaluasi stabilitas fisik penyimpanan selama 4 minggu, uji pH dan pengujian antibakteri. Seluruh sediaan obat kumur ekstrak etanol buah kapulaga yang dibuat memiliki bentuk fisik yang baik dan stabil pada penyimpanan selama 4 minggu, tidak memiliki pH yang sesuai dan hasil uji aktivitas antibakteri sedian obat kumur ekstrak etanol buah kapulaga dengan konsetrasi ekstrak 2%, 4%, dan 6% pada Streptococcus mutans, menghasikan diameter daya hambatnya berurut-turut 8,42 mm; 9,03 mm; dan 9,48 mm, sedangkan Staphylococcus aureus diameter daya hambatnya secara  berurutan  12 mm, 11 mm, dan 10 mm. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak etanol buah kapulaga dapat diformulasikan menjadi obat kumur  dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6% yang memiliki daya hambat kategori sedang terhadap bakteri  Streptococcus mutans dan  memiliki daya hambat kategori kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.


2018 ◽  
Vol 8 ◽  
pp. 57-62
Author(s):  
Lilis Pania Anugrah ◽  
Laode Rijai ◽  
Wisnu Cahyo Prabowo

Minyak atsiri atau minyak yang mudah menguap, telah diketahui bahwa Kapulaga (Amomum compactum Soland.) merupakan salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri sineol, terpineol dan borneol. Minyak kapulaga berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar rendemen minyak kapulaga, formula basis krim, dan untuk mengetahui aktivitas  antibakteri minyak kapulaga. Metode penelitian yang digunakan minyak kapulaga destilasi uap, dan pengujian antibakteri yaitu difusi agar metode cakram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak kapulaga yang diperoleh dari destilasi uap 4,867%. Hasil evaluasi sediaan krim dengan konsentrasi asam stearat yang berbeda FI (8%) dan FII (7%) antara lain organoleptis (Warna putih, bau khas minyak, bentuk semipadat), homogenitas, dan daya sebar pada FI (6,3 cm) dan FII (4,725 cm). pH krim FI (8,00) dan FII (7,43) dan viskositas FI (30,72842 Pa.s) dan FII (61,69424 Pa.s). Hasil aktivitas antibakteri pada minyak kapulaga, bahwa konsentrasi terbaik 15% dengan zona bening 10,883 mm.


Author(s):  
Masaatsu Koike ◽  
Koichi Nakashima ◽  
Kyoko Iida

Penicillin exerts the activity to inhibit the peptide cross linkage between each polysaccharide backbone at the final stage of wall-peptidoglycan biosynthesis of bacteria. Morphologically, alterations of the septal wall and mesosome in gram-positive bacteria, which were occurred in early time after treatment with penicillin, have been observed. In this experiment, these alterations were cytochemically investigated by means of silver-methenamine staining after periodate oxidation, which is applied for detection of localization of wall mucopolysaccharide.Staphylococcus aureus strain 209P treated with 100 u/ml of penicillin G was divided into two aliquotes. One was fixed by Kellenberger-Ryter's OSO4 fixative at 30, 60 and 120 min after addition of the antibiotic, dehydrated through alcohol series, and embedded in Epon 812 (Specimen A). The other was fixed by 21 glutaraldehyde, dehydrated through glycolmethacrylate series and embedded in glycolmethacrylate mixture, according to Bernhard's method (Specimen B).


Author(s):  
Margaret Hukee

Gold labeling of two antigens (double labeling) is often done on two section surfaces separated by section thickness. Whether labeling is done on both sides of the same section or on two parallel surfaces separated by section thickness (PSSST), comparable results are dependent on an equal number of epitopes being exposed at each surface. We propose a method to study protein labeling within the same field of proteins, by examining two directly adjacent surfaces that were split during sectioning. The number of labeling sites on adjacent surfaces (AS) were compared to sites on PSSST surfaces in individual bacteria.Since each bacteria needed to be recognizable in all three section surfaces, one-hole grids were used for labeling. One-hole grids require a supporting membrane and excessive handling during labeling often ruptures the membrane. To minimize handling, a labeling chamber was designed that is inexpensive, disposable, minimizes contamination, and uses a minimal amount of solution.


VASA ◽  
2013 ◽  
Vol 42 (5) ◽  
pp. 382-386
Author(s):  
Karim Gariani ◽  
Marc Righini ◽  
Marco Roffi ◽  
Gino Gemayel ◽  
Damiano Mugnai ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document