scholarly journals Keefektifan Lama Perendaman Benih dengan Indole Acetic Acid terhadap Pertumbuhan Bibit Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Agrikultura ◽  
2021 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
pp. 182
Author(s):  
Muhammad Alqamari ◽  
Abdul Rahman Cemda ◽  
Muhtar Yusuf

Penggunaan zat pengatur tumbuh auksin seperti Indole Acetic Acid (IAA) sangat potensial mendukung peningkatan perkecambahan benih cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan lama perendaman benih cabai merah (Capsicum annuum L.) varietas lokal Sumatera Utara dengan menggunakan IAA terhadap pertumbuhan bibitnya. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada Maret-Mei 2020. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial yaitu lama perendaman benih dalam IAA (L0= 0 jam; L1= 3 jam; L2= 6 jam; L3= 9 jam; L4= 12 jam; L5= 15 jam; dan L6= 18 jam) dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi: persentase daya berkecambah, tinggi bibit, jumlah daun bibit, berat basah, dan berat kering bibit. Data diolah menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan DMRT level 5% ± standart error dengan menggunakan software IBM SPSS statistics v.20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman benih dalam IAA dapat meningkatkan persentase daya kecambah, tinggi bibit, jumlah daun, berat basah, dan berat kering bibit cabai merah varietas lokal Sumatera Utara. Peningkatan tertinggi terdapat pada lama perendaman benih 12 jam dengan nilai pada setiap parameter yang diamati tersebut di atas masing-masing sebesar 64,51%; 49,04%; 57,14%; 117,50%; dan 157,89%. Nilai tersebut lebih baik dibandingkan kontrol.

2016 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-42 ◽  
Author(s):  
Anna Tefa ◽  
Eny Widajati ◽  
Muhamad Syukur ◽  
Giyanto Giyanto

Studi tentang bakteri probiotik dilakukan untuk mendapatkan jenis bakteri yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan Colletotrichum acutatum penyebab penyakit antraknosa pada cabai. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bakteri probiotik yang bersifat antagonis terhadap C. acutatum serta mencegah penyakit terbawa benih (seedborne diseases). Tata letak percobaan disusun menurut Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah coating benih yang terdiri dari 6 taraf yaitu kontrol /tanpa coating (c0), coating tanpa bakteri (c1), coatingBacillus sp. (c2), coating Pseudomonas sp. (c3), coating Actinomycetes sp. (c4) dan coating fungisida (c5). Faktor kedua adalah periode simpan yaitu 0, 1 , 2, 3, 4 dan 5 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 bakteri yang bersifat antagonis terhadap C. acutatum yaitu Actinomycetes sp. (ATS6) dengan persentase hambatan 56,8%, Bacillus sp. (B48) 56,7% dan Pseudomonas sp. (P12) 46,7%. Aplikasi bakteri probiotik meningkatkan viabilitas dan kesehatan benih cabai pada periode simpan 5 bulan, pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum 80-84%, daya berkecambah 76-78,7%, benih terinfeksi pada coating Actinomycetes sp., 2,67% dan Bacillus sp., 6,7%.Bacillus sp. mengandung indole acetic acid (IAA) 91,8 ppm dan giberelin (GA3) 103,2 ppm. Actinomycetes sp. mengandung 89,6 ppm IAA dan GA3 92,5 ppm, dan Pseudomonas sp. mengandung 68,9 ppm IAA dan GA3 69,2 ppm. ©2016 dipublikasikan oleh Savana Cendana.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 35-40
Author(s):  
Rahmansyah Dermawan ◽  
Ifayanti Ridwan Saleh ◽  
Katriani Mantja ◽  
Hari Iswoyo ◽  
St Salmiati

Penelitian bertujuan mendapatkan data dan informasi morfofisiologi kejadian gugur bunga dan buah (fruit-drop) pada tanaman cabai terhadap pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin (IAA dan IBA) dan GA3. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 jenis ZPT yaitu IAA, IBA, dan GA3. Anak petak yaitu konsentrasi perlakuan yang terdiri dari 5 taraf (ppm) yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100 ppm. Data yang diperoleh dianalis menggunakan software STAR dan jika terdapat beda nyata diuji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan IAA, IBA, dan GA3 serta konsentrasi perlakuannya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga tinggal maupun bunga gugur pada tanaman cabai besar. Namun, hasil penelitian menemukan bahwa perlakuan ZPT menghasilkan jumlah bunga tinggal yang lebih banyak dibandingkan bunga gugur. Pemberian IAA 25 ppm menghasilkan jumlah buah tinggal tertinggi dibandingkan konsentrasi IAA lainnya. Peningkatan konsentrasi GA3 cenderung meningkatkan jumlah buah tinggal dan tertinggi pada konsentrasi GA3 100 ppm. Interaksi antara jenis ZPT dan konsentrasi pemberiannya berpengaruh nyata terhadap bobot per buah. Perlakuan GA3 100 ppm menghasilkan bobot per buah tertinggi. Peningkatan konsentrasi auksin cenderung menurunkan bobot per buah. Pemberian IBA 100 ppm menurunkan panjang buah cabai besar.


Author(s):  
Tolga İzgü ◽  
Hülya İlbi ◽  
Yeşim Yalçın Mendi

Development of an efficient plant regeneration protocol is essential for vegetable crop advancement by biotechnological methods. In this study, regeneration protocols of four pepper lines of different pepper types were optimized. Different protocols for organogenesis were investigated in regeneration experiments. Optimum plant regeneration was obtained in different combinations of 6-Benzylaminopurine (BAP) and Indole-3-acetic acid (IAA) in organogenesis assays. In organogenesis experiment, the highest shoot development was determined as 80% from hypocotyl explant of Demre pepper in 4 mg L-1 BA+0.5 mg L-1 IAA, 80% from hypocotyl explant of Charleston pepper in 3 mg L-1 BA+0.5 mg L-1 IAA, 80% from hypocotyl explant of capia pepper in 5 mg L-1 BA+0.5 mg L-1 and 84% from hypocotyl explant of bell pepper in 5 mg L-1 BA+0.5 mg L-1 IAA. Afterward, shoots were rooted and whole plants were obtained.


2017 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 311-315
Author(s):  
Amrita Kumari ◽  
V. K. Singh ◽  
Vikash Kumar ◽  
Vishal Nirgude

The present experiment was conducted to study the response of naphthalene acetic acid NAA and integrated nutrient management on yield and yield attributes as well as and economics of chilli (Capsicum annuum L.) with four levels of NAA (0 ppm, 25 ppm, 50 ppm and 75 ppm) and five levels of vermicompost (VC) along with RDF (V0-100% Recommended dose of fertilizer i.e. 120:60:60 Kg N P K /ha ), V1-100% N through Vermicompost, V2-75% N through VC + 25% (RDF), V3-50% N through VC + 50% (RDF) , V4-25% N through VC + 75% (RDF), having 20 treatment combinations. The results revealed that the combine application of 50 ppm NAA and 100% N through vermicomposti.e. P2V1 performed well in respect of fruit length (8.73 cm), fruit diameter (1.46 cm) and fruit weight (2.91 g) while the application of NAA 50 ppm + 50% N through vermicompost along with 50% RDF i.e. P2V3 gave significantly (P=0.05) maximum number of fruits/plant (73.86) and fruit yield per hectare (121.20 q) with higher gross income (Rs.2,66,640.00/ ha), net profit (Rs.1,98,946.00/ ha) and benefit - cost ratio (2.94). Therefore, it can be concluded that the combine effect of NAA 50 ppm along with 50 % N through vermicompost +50% inorganic fertilizers (RDF) gave better result regarding growth and yield attributes and also generated maximum gross income, net return and B:C ratio while the next best treatment was application of NAA 75 ppm along with 25 % N through vermicompost + 75 % inorganic fertilizers (RDF).


2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Abdul Rahman Fajar Sidiq ◽  
Muhamad Syukur ◽  
Siti Marwiyah

<em>Konsumsi cabai rawit terus meningkat namun produktivitasnya masih rendah, sehingga diperlukan pemuliaan yang mengarah pada perbaikan daya hasil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik, korelasi antar karakter, heritabilitas arti luas, dan nilai kemajuan seleksi populasi F3 cabai rawit. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB, Dramaga, Bogor dan Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Percobaan menggunakan 5 genotipe tetua dan 6 genotipe F3 cabai rawit, dengan genotipe tetua yang diulang sebanyak 3 ulangan dan genotipe F3 tanpa ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman memiliki keragaman genetik luas pada semua genotipe. Semua karakter pengamatan berkorelasi positif terhadap daya hasil kecuali umur berbunga dan umur panen. Nilai heritabilitas arti luas dengan kriteria tinggi terdapat pada karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah. Hasil seleksi indeks yang dilakukan menunjukkan kemajuan seleksi yang besar pada karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman.</em>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document