scholarly journals Pengendalian Kejadian Gugur Bunga dan Buah (Fruit-drop) dengan Aplikasi Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA) dan Giberelin Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 35-40
Author(s):  
Rahmansyah Dermawan ◽  
Ifayanti Ridwan Saleh ◽  
Katriani Mantja ◽  
Hari Iswoyo ◽  
St Salmiati

Penelitian bertujuan mendapatkan data dan informasi morfofisiologi kejadian gugur bunga dan buah (fruit-drop) pada tanaman cabai terhadap pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin (IAA dan IBA) dan GA3. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 jenis ZPT yaitu IAA, IBA, dan GA3. Anak petak yaitu konsentrasi perlakuan yang terdiri dari 5 taraf (ppm) yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100 ppm. Data yang diperoleh dianalis menggunakan software STAR dan jika terdapat beda nyata diuji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan IAA, IBA, dan GA3 serta konsentrasi perlakuannya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga tinggal maupun bunga gugur pada tanaman cabai besar. Namun, hasil penelitian menemukan bahwa perlakuan ZPT menghasilkan jumlah bunga tinggal yang lebih banyak dibandingkan bunga gugur. Pemberian IAA 25 ppm menghasilkan jumlah buah tinggal tertinggi dibandingkan konsentrasi IAA lainnya. Peningkatan konsentrasi GA3 cenderung meningkatkan jumlah buah tinggal dan tertinggi pada konsentrasi GA3 100 ppm. Interaksi antara jenis ZPT dan konsentrasi pemberiannya berpengaruh nyata terhadap bobot per buah. Perlakuan GA3 100 ppm menghasilkan bobot per buah tertinggi. Peningkatan konsentrasi auksin cenderung menurunkan bobot per buah. Pemberian IBA 100 ppm menurunkan panjang buah cabai besar.

2016 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-42 ◽  
Author(s):  
Anna Tefa ◽  
Eny Widajati ◽  
Muhamad Syukur ◽  
Giyanto Giyanto

Studi tentang bakteri probiotik dilakukan untuk mendapatkan jenis bakteri yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan Colletotrichum acutatum penyebab penyakit antraknosa pada cabai. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bakteri probiotik yang bersifat antagonis terhadap C. acutatum serta mencegah penyakit terbawa benih (seedborne diseases). Tata letak percobaan disusun menurut Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah coating benih yang terdiri dari 6 taraf yaitu kontrol /tanpa coating (c0), coating tanpa bakteri (c1), coatingBacillus sp. (c2), coating Pseudomonas sp. (c3), coating Actinomycetes sp. (c4) dan coating fungisida (c5). Faktor kedua adalah periode simpan yaitu 0, 1 , 2, 3, 4 dan 5 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 bakteri yang bersifat antagonis terhadap C. acutatum yaitu Actinomycetes sp. (ATS6) dengan persentase hambatan 56,8%, Bacillus sp. (B48) 56,7% dan Pseudomonas sp. (P12) 46,7%. Aplikasi bakteri probiotik meningkatkan viabilitas dan kesehatan benih cabai pada periode simpan 5 bulan, pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum 80-84%, daya berkecambah 76-78,7%, benih terinfeksi pada coating Actinomycetes sp., 2,67% dan Bacillus sp., 6,7%.Bacillus sp. mengandung indole acetic acid (IAA) 91,8 ppm dan giberelin (GA3) 103,2 ppm. Actinomycetes sp. mengandung 89,6 ppm IAA dan GA3 92,5 ppm, dan Pseudomonas sp. mengandung 68,9 ppm IAA dan GA3 69,2 ppm. ©2016 dipublikasikan oleh Savana Cendana.


Agrikultura ◽  
2021 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
pp. 182
Author(s):  
Muhammad Alqamari ◽  
Abdul Rahman Cemda ◽  
Muhtar Yusuf

Penggunaan zat pengatur tumbuh auksin seperti Indole Acetic Acid (IAA) sangat potensial mendukung peningkatan perkecambahan benih cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan lama perendaman benih cabai merah (Capsicum annuum L.) varietas lokal Sumatera Utara dengan menggunakan IAA terhadap pertumbuhan bibitnya. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada Maret-Mei 2020. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial yaitu lama perendaman benih dalam IAA (L0= 0 jam; L1= 3 jam; L2= 6 jam; L3= 9 jam; L4= 12 jam; L5= 15 jam; dan L6= 18 jam) dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi: persentase daya berkecambah, tinggi bibit, jumlah daun bibit, berat basah, dan berat kering bibit. Data diolah menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan DMRT level 5% ± standart error dengan menggunakan software IBM SPSS statistics v.20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman benih dalam IAA dapat meningkatkan persentase daya kecambah, tinggi bibit, jumlah daun, berat basah, dan berat kering bibit cabai merah varietas lokal Sumatera Utara. Peningkatan tertinggi terdapat pada lama perendaman benih 12 jam dengan nilai pada setiap parameter yang diamati tersebut di atas masing-masing sebesar 64,51%; 49,04%; 57,14%; 117,50%; dan 157,89%. Nilai tersebut lebih baik dibandingkan kontrol.


2018 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 402
Author(s):  
Francisca S. Sá ◽  
Jorge M. P. Porto ◽  
Alone L. Brito ◽  
José R. F. Santana ◽  
Rafaeli A. V. Souza ◽  
...  

This study aimed to develop efficient protocols for the in vitro micropropagation of Byrsonima gardneriana. Nodal segments were obtained from seedlings germinated in vitro with 60 days of life. These were inoculated in MS/2 supplemented with 87.64 µM of sucrose and solidified with 0.7% of agar, supplemented with different concentrations of cytokinin 6-benzylaminopurine (0.0; 2.0; 4.0 and 8.0 µM) associated with different concentrations of auxin, indole acetic acid (0.0; 0.5 and 1.0 µM) and naphthaleneacetic acid (0.0; 0.5 and 1.0 µM). The sprouting were individualized and transferred to MS/2 cultures with different concentrations of indole butyric acid (0.0; 1.0; 2.0 and 3.0 µM), and presence and absence of activated charcoal (1.0 g L-1). The use of concentrations from 2.0 to 4.0 µM 6-benzylaminopurine was efficient in the multiplication of B. gardneriana, given that, using concentrations above these, a decrease in this efficiency occurs. The use of auxin interfered negatively with the results. In vitro rooting occurs even in medium free of auxin. The activated charcoal was insufficient for rooting. The use of growth regulators 6-benzylaminopurine and indole butyric acid are efficient in micropropagation of B. gardneriana, however, further studies should be performed to optimize this protocol.


2020 ◽  
Author(s):  
Javaid Iqbal ◽  
Bushra Khan ◽  
Sardar Khan ◽  
Nasreen Ghaffar ◽  
Ishaq Ahmad Mian ◽  
...  

Abstract Background Himalayan yew (Taxus wallichiana) is one of the endangered medicinal plants species having great importance due to the presence of anticancer drug Taxol. This metabolite is mainly used for the treatment of ovarian, breast, AIDS-related cancers, and other indications. The study being reported here was conducted for the propagation of Himalayan yew by using two different trials of Indole Butyric acid (IBA) and Indole acetic acid (IAA) hormones treatments (2000–7000 ppm) through stem cuttings (140 each). In the same way, 3840 cuttings were treated with IBA and IAA from November 2016 to November 2017 at Lalku valley, Swat, Khyber Pakhtunkhwa (KP), Pakistan. Results The influence of IBA treatment (7000 ppm) showed a survival of 85.22% (average number of roots = 10.4, average length of roots = 15.5 cm, average number of leaves = 92.4 and average number of sprouts = 3.3) while that of IAA treatment (7000 ppm) the survival of 81.11% (average number of roots = 9.1, average length of roots = 14.6 cm, average number of leaves = 84.0 and average number of sprout = 3.0) were more significant followed by 2000–6000 ppm (IBA and IAA). Lowest survival 40–45% (average number of roots = 4.2, average length of roots = 8.0 cm, average number of leaves = 32.2, average number of sprouts = 1.7) was noticed for controlled cuttings. Conclusion The present study enhanced the potential of conservation and propagation of T. wallichiana. Hence our study suggests and recommends the application of IBA (7000 ppm) as a better hormone for the conservation and propagation of Himalayan yew.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document