scholarly journals INTEGRASI TEKS-TEKS SYAR’I YANG TERKAIT DENGAN ARAH KIBLAT DALAM KONTEKS ASTRONOMI

ELFALAKY ◽  
2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Nurul Arifin

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan, metode menentukan arah kiblat dari masa ke masa mengalami perkembangan. Dari yang bersifat klasik sampai modern. Metode klasik seperti rashd al-qiblah (posisi matahari di atas ka’bah), menggunakan tongkat istiwa’, dan berdasarkan fenomena bayangan matahari harian. Sedangkan metode yang bersifat modern, diantaranya: kompas, ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri), theodolit, Global Positioning System (GPS), google earth, dan lain-lain. Dengan penentuan arah kiblat berdasarkan beberapa metode di atas, tidak lepas dari petunjuk teks-teks syar’i (al-Qur’an dan hadis) dalam konteks astronomi. Misalnya Qs.Yunus (10): 5 yang menjelaskan bahwa Allah Swt menjadikan matahari bersinar. Dalam hal ini, sinar matahari tersebut berimplikasi pada bayangan matahari dan berdasarkan bayangan matahari, umat Islam dapat menentukan arah kiblatnya.            Kata Kunci: Integrasi, teks syar’i, arah kiblat, astronomi.

Author(s):  
Frederico Uelinton Basso Cotrim ◽  
Marco Aurélio Arantes ◽  
Silvia Sidnéia Da Silva ◽  
Edilson Carlos Caritá

Atualmente, no Brasil, a dengue é uma das maiores preocupações em relação às doenças infecciosas, se constituindo em um problema de saúde pública. Trata-se de uma virose transmitida pelo Aedes aegypti, mosquito transmissor, que pica apenas durante o dia. A utilização de Sistemas de Informações Geográficas pode ajudar na análise e no planejamento do combate à dengue, pois estão presentes na vida das pessoas, disponibilizam informações geoespaciais, e por meio de Sistema de Posicionamento Global (Global Positioning System – GPS) integram mapas digitais, permitindo diversas aplicações, como por exemplo, dispositivos portáteis de navegação e até mesmo o Google Earth. O objetivo deste estudo é apresentar o uso de um Sistema de Informação Geográfica (SIG) na análise da evolução da distribuição espacial dos casos de dengue nas grandes regiões e unidades federativas do Brasil. Para atingir o objetivo foi desenvolvido um software SIG utilizando o Sistema de Gerenciamento de Banco de Dados (SGBD) PostgreSQL 9.5 e sua extensão espacial PostGIS 2.2, o Framework .NET 4.5, a linguagem C# e a biblioteca SharpMap 1.1. Para a base de dados do software foram utilizados dados geográficos disponibilizados pelo Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística e da empresa privada Gismaps Sistemas. As informações estatísticas referentes à ocorrência dos casos de dengue do período de 1990 a 2014 foram obtidas do Portal da Saúde do Governo Federal. A partir dos resultados apresentados no software foi possível analisar a posição e o percentual de crescimento dos casos de dengue, ao longo dos anos, nas grandes regiões e unidades federativas. O SIG demonstrou ser uma ferramenta valiosa no auxílio ao estudo dos casos de dengue, possibilitando um fácil entendimento de sua distribuição espacial.


Respati ◽  
2018 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
Author(s):  
Andhy Sulistyo ◽  
Anton Yudhana ◽  
Sunardi Sunardi ◽  
Resmi Aini

INTISARINyamuk  Aedes  Aegypti menularkan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) ke manusia dengan gigitannya. Breeding Place  merupakan berkembangbiaknya  jentik nyamuk di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah  kurang  menjadi pantauan oleh masyarakat. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan pemantauan posisi koordiinat bumi. Proses pengambilan lokasi Breeding Place tersebut akan diperoleh koordinat yang disebut waypoint (garis lintang dan bujur pada peta). Google Maps dan GoogleEarth saat ini telah tersedia untuk Android dan menawarkan keseluruhan layanan yang dimiliki Google. Salah satu fitur yang bermanfaat bagi banyak orang adalah informasi titik koordinat  GPS lintang dan bujurnya.Google Maps dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari penggunanya. Seperti mencari bisnis lokal, melihat peta, mendapatkan petunjuk, informasi lalu lintas real-time, melihat jadwal keberangkatan masih banyak lagi.Sementara Google Earth dapat membawa  pada  virtual tempat-tempat indah yang berbeda di belahan bumi. Google Earth dapat diasumsikan sebagai bagian dari Google Maps. Tapi, lebih mengutamakan pengalaman daripada utilitas.Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat akurasi antara Gooogle Maps dan Google Earth dengan metoda linier jarak(phytagoras) untuk mengetahui titik koordinat Breeding Place di lingkungan penduduk. Hasil uji linier jarak data diolah menggunakan  standar deviasi untuk mengindikasikan ketelitian atau kedekatan setiap individual data terhadap data lainnya, pada suatu pengamatan terhadap objek tertentu. Dengan semakin besarnya nilai standar deviasi, maka tingkat ketelitian data hasil pengukuran dapat dikatakan burukKata kunci —GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth. ABSTRACTAedes Aegypti mosquitoes transmit DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) to humans with bites. Breeding Place is the breeding of mosquito larvae in water shelters that are not grounded and are not monitored by the community. GPS (Global Positioning System) is a navigation satellite system and monitoring the Earth's coordinating position. The process of taking the location of the Breeding Place will be obtained by the coordinates called waypoint (latitude and longitude on the map). Google Maps and Google Earth are now available for Android and offer all of Google's services. One feature that is useful for many people is information on the latitude and longitude GPS coordinates. Google Maps is designed to meet the needs of its users. Like looking for a local business, looking at maps, getting instructions, real-time traffic information, see more departure schedules. While Google Earth can bring to virtual different beautiful places in the hemisphere. Google Earth can be assumed as part of Google Maps. But, prioritizing experience rather than utility.This study aims to compare the level of accuracy between Gooogle Maps and Google Earth with the linear distance method(phytagoras) to find out the coordinates of Breeding Place in a population environment. The linear test distance of the data is processed using standard deviations to indicate the accuracy or proximity of each individual data to other data, in an observation of a particular object. With the increasing standard deviation value, the level of accuracy of the measurement data can be said to be badKeywords— GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth.INTISARINyamuk  Aedes  Aegypti menularkan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) ke manusia dengan gigitannya. Breeding Place  merupakan berkembangbiaknya  jentik nyamuk di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah  kurang  menjadi pantauan oleh masyarakat. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan pemantauan posisi koordiinat bumi. Proses pengambilan lokasi Breeding Place tersebut akan diperoleh koordinat yang disebut waypoint (garis lintang dan bujur pada peta). Google Maps dan GoogleEarth saat ini telah tersedia untuk Android dan menawarkan keseluruhan layanan yang dimiliki Google. Salah satu fitur yang bermanfaat bagi banyak orang adalah informasi titik koordinat  GPS lintang dan bujurnya.Google Maps dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari penggunanya. Seperti mencari bisnis lokal, melihat peta, mendapatkan petunjuk, informasi lalu lintas real-time, melihat jadwal keberangkatan masih banyak lagi.Sementara Google Earth dapat membawa  pada  virtual tempat-tempat indah yang berbeda di belahan bumi. Google Earth dapat diasumsikan sebagai bagian dari Google Maps. Tapi, lebih mengutamakan pengalaman daripada utilitas.Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat akurasi antara Gooogle Maps dan Google Earth dengan metoda linier jarak(phytagoras) untuk mengetahui titik koordinat Breeding Place di lingkungan penduduk. Hasil uji linier jarak data diolah menggunakan  standar deviasi untuk mengindikasikan ketelitian atau kedekatan setiap individual data terhadap data lainnya, pada suatu pengamatan terhadap objek tertentu. Dengan semakin besarnya nilai standar deviasi, maka tingkat ketelitian data hasil pengukuran dapat dikatakan burukKata kunci —GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth. ABSTRACTAedes Aegypti mosquitoes transmit DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) to humans with bites. Breeding Place is the breeding of mosquito larvae in water shelters that are not grounded and are not monitored by the community. GPS (Global Positioning System) is a navigation satellite system and monitoring the Earth's coordinating position. The process of taking the location of the Breeding Place will be obtained by the coordinates called waypoint (latitude and longitude on the map). Google Maps and Google Earth are now available for Android and offer all of Google's services. One feature that is useful for many people is information on the latitude and longitude GPS coordinates. Google Maps is designed to meet the needs of its users. Like looking for a local business, looking at maps, getting instructions, real-time traffic information, see more departure schedules. While Google Earth can bring to virtual different beautiful places in the hemisphere. Google Earth can be assumed as part of Google Maps. But, prioritizing experience rather than utility.This study aims to compare the level of accuracy between Gooogle Maps and Google Earth with the linear distance method(phytagoras) to find out the coordinates of Breeding Place in a population environment. The linear test distance of the data is processed using standard deviations to indicate the accuracy or proximity of each individual data to other data, in an observation of a particular object. With the increasing standard deviation value, the level of accuracy of the measurement data can be said to be badKeywords— GPS,Breeding Place,Gooogle Maps,Google Earth.


Al-Ahkam ◽  
2016 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Anisah Budiwati

<p>There are at least three ways to determine the position or the coordinates of a spot on the Earth's surface. They are: istiwa' sticks, Global Positioning System (GPS), and Google Earth. Istiwa' stick is used without technology operations, while GPS and Google Earth are used with technology. Until now, the use of GPS and Google Earth is still a passively consumptive, without their critical analytical effort. This qualitative research using descriptive analytic mathematical methods. The objective of this study is the to know the theory, applications, and accuracy of the istiwa' stick, GPS, and Google Earth comparatively. The study found that the istiwa' stick is one of the alternatives way to determine the coordinates of the Earth which uses the theory of spherical trigonometry calculations simply without assistance. Whereas GPS and Google Earth use principles of geodetic scientifically. In terms of applications, the most practical and accurate is GPS,<br />and then followed by Google Earth, and the last is istiwa' stick.</p><p><strong><br /></strong></p><p><strong></strong>Setidaknya ada tiga cara untuk menentukan posisi atau titik koordinat suatu tempat di permukaan Bumi, yaitu tongkat istiwa’, Global Positioning System (GPS), dan Google Earth. Tongkat istiwa’ digunakan tanpa bantuan teknologi, sedangkan GPS dan Google Earth digunakan dengan teknologi. Sampai saat ini, penggunaan GPS maupun Google Earth masih bersifat konsumtif pasif, tanpa adanya upaya analitis kritis. Penelitian<br />kualitatif ini menggunakan metode deskriptif analitik matematis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui teori, aplikasi, maupun akurasi tongkat istiwa’, GPS, dan Google<br />Earth secara komparatif. Penelitian ini menemukan bahwa tongkat istiwa’ adalah salah satu alternatif penentuan titik koordinat Bumi yang menggunakan teori perhitungan<br />spherical trigonometry secara sederhana tanpa bantuan, sedangkan GPS dan Google Earth menggunakan prinsip keilmuan geodesi yang lebih teliti. Dari segi aplikasi, yang<br />paling praktis dan akurat adalah GPS. Kemudian disusul Google Earth, dan tongkat istiwa’.</p>


2021 ◽  
Vol 73 (2) ◽  
pp. 646-665
Author(s):  
Isabel Cristina Moraes ◽  
Shanti Nitya Marengo ◽  
Gustavo Luís Schacht ◽  
Débora Santos Passos

O acesso a geolocalização em smartphones e tablets tem apontado seu uso potencial no levantamento de dados georreferenciados e como ferramenta de mapeamento replicável por usuários não-especialistas. O objetivo deste artigo é apresentar a experiência do mapeamento participativo dos territórios de ação das equipes de Estratégia de Saúde da Família (ESF) do município de Santo Amaro (BA) com recursos de GPS/GNSS (Global Positioning System/Global Navigation Satellite System) e imagem de satélite do Google Earth, no aplicativo Map Marker. Neste trabalho, são apresentados os aspectos da percepção e transcrição dos elementos espaciais no processo de digitalização e atualização cartográfica destes territórios.  Foram realizadas oficinas nas 17 unidades básicas de saúde (UBS) a fim de cartografar os territórios de atuação – microáreas - dos 104 Agentes Comunitários de Saúde (ACS). Das 17 UBS, 10 apresentavam algum produto cartográfico. Esses produtos pré-existentes contribuíram para a correspondência espacial entre o território e as imagens de satélite. A identificação das microáreas foi satisfatória, porém, o maior desafio foi a vetorização das poligonais. Apesar disso, em cada equipe houve ao menos um profissional que se destacou e foi capaz de reproduzir a metodologia sem um mediador. O uso das tecnologias geoespaciais aplicadas ao mapeamento em saúde mostrou-se viável para a área de estudo, e reforça a importância do treinamento para a autonomia dos atores sociais e a democratização desses recursos nas estratégias em saúde pública. A obtenção destas bases cartográficas deve subsidiar à espacialização de doenças registradas na atenção básica bem como à gestão de saúde do município.


Author(s):  
Kelik Hendro Basuki

Kemampuan dalam menyajikan bentuk visual yang didukung oleh lingkungan sekitar menjadi sebuah penambahan kejelasan informasi tentang letak dari objek yang akan dituju oleh setiap individu yang membutuhkannya. Melihat foto, nama jalan yang tercantum di alamat tertentu menjadi hal yang lazim yang selama ini akan menjadi langkah awal bagi setiap individu dalam mencari sebuah alamat yang dituju. Lokasi kordinat menjadi semakin popular saat ini terutama dalam berbagi lokasi dari satu individu ke individu lainnya. Google Earth, menjadi bagian global yang dapat melengkapi informasi yang di dapatkan. Lokasi strategis, gedung-gedung penting, restaurant, nama jalan, fasilitas umum terdekat dapat dengan mudah terlihat saat kita mencari menggunakan Global Positioning System (GPS). Semua informasi tersebut akan hadir pada sebuah tampilan Google Map yang berbasis pada Google Earth yang dapat terlihat pada sebuah smartphone atau komputer.  Di beberapa negara google earth sudah terekam dalam bentuk 3d bangunannya. Namun belum di Indonesia. Oleh sebab itu peneliti mencoba membuat sebuah simulasi yang dalam hal ini adalah Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung dalam bentuk 3D Menggunakan aplikasi SketchUp yang dapat diakses menggunakan aplikasi google earth yang berbasis web. Dapat di lihat berbagai arah, tidak hanya menampilkan bagian muka, dan dapat menyerupai kondisi fisik aslinya merupakan beberapa point penting yang menjadi hasil dari penelitian ini.


2020 ◽  
Vol 51 (4) ◽  
pp. 1149-1159
Author(s):  
Abdulwadood & et al.

The study was aimed to determine the coordinates of  the points were measured by different ways and different instruments, the most precise way using the differential global positioning system (DGPS) that will be the reference measurements in comparison, less precise way using navigator GPS. Google earth (pro.), and the other applications of GPS mobile ( Samsung and I-phone). In this research (8 points) were chosen that are occasional in location. The comparison of the different observations can give us an idea of ​​the extent to which the accuracy of the observations differs from the different devices used in the observing, as well as through the knowledge of the best device and the best way to measure coordinates accurately to serve the desired purpose.


Author(s):  
Kelik Hendro Basuki

Kemampuan dalam menyajikan bentuk visual yang didukung oleh lingkungan sekitar menjadi sebuah penambahan kejelasan informasi tentang letak dari objek yang akan dituju oleh setiap individu yang membutuhkannya. Melihat foto, nama jalan yang tercantum di alamat tertentu menjadi hal yang lazim yang selama ini akan menjadi langkah awal bagi setiap individu dalam mencari sebuah alamat yang dituju. Lokasi kordinat menjadi semakin popular saat ini terutama dalam berbagi lokasi dari satu individu ke individu lainnya. Google Earth, menjadi bagian global yang dapat melengkapi informasi yang di dapatkan. Lokasi strategis, gedung-gedung penting, restaurant, nama jalan, fasilitas umum terdekat dapat dengan mudah terlihat saat kita mencari menggunakan Global Positioning System (GPS). Semua informasi tersebut akan hadir pada sebuah tampilan Google Map yang berbasis pada Google Earth yang dapat terlihat pada sebuah smartphone atau komputer.  Di beberapa negara google earth sudah terekam dalam bentuk 3d bangunannya. Namun belum di Indonesia. Oleh sebab itu peneliti mencoba membuat sebuah simulasi yang dalam hal ini adalah Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung dalam bentuk 3D Menggunakan aplikasi SketchUp yang dapat diakses menggunakan aplikasi google earth yang berbasis web. Dapat di lihat berbagai arah, tidak hanya menampilkan bagian muka, dan dapat menyerupai kondisi fisik aslinya merupakan beberapa point penting yang menjadi hasil dari penelitian ini.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 291
Author(s):  
Andi Jumardi ◽  
Aryadi Nurfalaq ◽  
Rahma Hi Manrulu

AbstrakSaat ini penggunaan teknologi informasi geospasial dalam proses belajar mengajar belum digunakan secara optimal, guru bidang studi geografi mengandalkan metode ceramah dalam penyampaian materi pada pelajaran geografi, tidak adanya implementasi penggunaan teknologi informasi geospasial dalam bentuk praktikum untuk memetakan aspek keruangan yang ada di permukaan bumi. Tujuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah memberikan penguatan terhadap guru geografi tentang penggunaan teknologi informasi geospasial melalui transfer iptek berupa webinar dan workshop teknologi informasi geospasial yang berkaitan dengan pegambilan data lapangan bereferensi geografis, analisis data geografis dan pemanfaatan aplikasi pembuatan peta digital dan pembuatan webgis. Dalam pelaksanaan kegiatan webinar peserta diberikan penguatan tentang bagaimana cara meningkatkan kompetensi guru geografi dalam bidang Teknologi Informasi Geospasial. Sedangkan dalam kegiatan workshop peserta diberikan penguatan tentang Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Implementasinya, Pengenalan Global Positioning System (GPS)Mobile, Penerapan aplikasi Google Earth dalam pembelajaran geografi, Membuat Peta Digital dengan Aplikasi Arcgis dan Membuat Webgis dengan memanfaatkan Aplikasi Arcgis Online. Hasil dari kegiatan tersebut diperoleh bahwa kedua kegiatan yang sudah dilakukan dapat menambah wawasan pengetahuan dan softskill peserta dalam hal ini guru geografi Kabupaten Luwu dan dapat menguasai materi yang diberikan. Kedua kegiatan ini dapat membantu guru-guru geografi Kabupaten Luwu dalam penggunaan dan penerapan teknologi informasi geospasial dalam pembelajaran geografi sehingga dapat lebih menarik dan interktif. Kata Kunci: Kompetensi, Teknologi, Geospasial, GuruAbstractCurrently the use of geospatial information technology in the teaching and learning process has not been used optimally, teachers in the field of geography studies rely on the lecture method in delivering material in geography lessons and there is no implementation of the use of geospatial information technology in the form of practicum to map objects on the earth's surface. The purpose of this PKM is to provide guidance to geography teachers on the use of geospatial information technology through the transfer of science and technology in the form of webinars and geospatial information technology workshops related to retrieval of geographically referenced field data, analysis of geographical data and the use of digital map-making applications and webGIS creation. In the implementation of the webinar activity, the material presented is Improving the Competence of Geography Teachers in the Field of Geospatial Information Technology. The materials presented in the workshop are Basic Concepts of Geography Information System (GIS) and Its Implementation, Introduction to Mobile Global Positioning System (GPS), Application of the Google Earth application in geography learning, Creating Digital Maps with Arcgis Applications and Creating WebGIS with Arcgis Online Applications. The results of these activities showed that the two activities that have been carried out can add insight to the knowledge and soft skills of participants, in this case the geography teacher of Luwu Regency and can master the material provided. This activity can help the geography teachers of Luwu Regency in the use and application of geospatial information technology in geography learning so that it can be more interesting and interactive.Key Word: Competence, Technology, Geospatial, Teacher.


2011 ◽  
Vol 56 (1) ◽  
pp. 68-74 ◽  
Author(s):  
Solomon Chih-Cheng Chen ◽  
Jung-Der Wang ◽  
Joseph Kwong-Leung Yu ◽  
Tzu-Yi Chiang RN ◽  
Chang-Chuan Chan ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document