scholarly journals ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAPE SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) SKALA RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KANDRI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

MEDIAGRO ◽  
2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Hanis Rahma Setianingrum ◽  
Lutfi Aris Sasongko ◽  
Aniya Widiyani ◽  
Dewi Hastuti

Penelitian ini dilakukan pada usaha tape singkong (Manihot esculenta Crantz) di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat biaya, penerimaaan, pendapatan, Break Even Point (BEP) dan kelayakan usaha berdasarkan Revenue Cost Ratio (R/C). Metode dasar penelitian metode deskriptif, penentuan responden berdasarkan metode sampel jenuh atau sensus. Responden merupakan pengusaha tape singkong skala rumah tangga sebanyak 20 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan observasi secara langsung. Metode analisis data menggunakan analisis biaya, penerimaan, pendapatan, BEP dan R/C. Hasil analisis didapatkan untuk satu periode produksi dengan bahan baku sebanyak 22Kg dapat menghasilkan tape singkong sebanyak 16Kg. Biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp.1.414,00 dan biaya variabel sebesar Rp.99.045,00 dengan biaya total sebesar Rp.100.459,00. Harga jual tape singkong Rp.10.000,00 per Kg menghasilkan penerimaan sebesar Rp.160.000,00 dan pendapatan sebesar Rp.59.541,00. Nilai BEP unit diperoleh sebanyak 11Kg per satu periode produksi dengan nilai BEP harga sebesar Rp.6.279,00. Usaha tape singkong memiliki nilai (R/C) sebesar 1,59. Nilai R/C >1 maka usaha layak diusahakan. Teknik pengupasan yang digunakan menghasilkan nilai rendemen yang berbeda. Bahan bakar yang digunakan akan menghasilkan output yang berbeda. Pengusaha dapat menggunakan teknik pengupasan dan bahan bakar dengan nilai BEP rendah dan R/C paling tinggi.

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Dadang Hermawan ◽  
Andy Hardianto ◽  
Arief Rizki Fadhillah

Cassava or cassava (Manihot esculenta Crantz) is one of Indonesia's local carbohydrate sources which ranks third largest after rice and corn. One of the uses of cassava is cassava crackers (samiler). Cassava crackers (samiler) are very popular snacks among the people, made from cassava, thin round in shape and taste delicious. Production Capacity of Karya Lestari Jaya's UKM in producing cassava crackers (samiler) in 1 day is ± 20 kg of material or 5 kg of dried cassava crackers (samiler). In one month cassava cracker orders (samiler) can reach ± 80-120 kg. The production process of cassava crackers (samiler) goes through several stages, including: raw material process, printing process, steam process, drying process and packaging process. The problem that can be identified in the field of production is the limited equipment in the packaging process and weighing the samiler cassava crackers. Karya Lestari Jaya's UKM partners in calculating product prices per package have not met the break even point (BEP) standard, so it cannot be maximized in business management. From the above conditions, the method and results of this service are providing technology transfer by providing vaccum sealer machines, continuous band sealers, and digital scales as well as training in the use of tools and training in Break Even Point (BEP) so as to increase production efficiency of cassava crackers (samiler). ABSTRAKSingkong atau ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber  karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Salah satu pemanfaatan singkong adalah kerupuk singkong (samiler).  Kerupuk singkong (samiler) adalah makanan ringan yang sangat populer dikalangan masyarakat, terbuat dari singkong , berbentuk bundar tipis dan rasanya gurih. Kapasitas Produksi UKM Karya Lestari Jaya dalam memproduksi kerupuk singkong (samiler) dalam 1 hari sebanyak ± 20 kg bahan atau 5 kg kerupuk singkong (samiler) kering. Dalam satu bulan pesanan kerupuk singkong (samiler) dapat mencapai ± 80-120 kg. Proses Produksi kerupuk singkong (samiler) melalui beberapa tahapan, antara lain : proses bahan baku, proses pencetakan, proses steam, proses penjemuran dan proses pengemasan. Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam bidang produksi adalah keterbatasan peralatan dalam proses packaging dan penimbangan kerupuk singkong samiler. Mitra UKM Karya Lestari Jaya dalam melakukan perhitungan harga produk per kemasan belum memenuhi standar break even point (BEP), sehingga tidak dapat maksimal dalam pengelolaan usaha. Dari kondisi diatas maka metode dan hasil dari pengabdian ini adalah memberikan transfer teknologi dengan memberikan Mesin vaccum sealer, continuous band sealer, dan timbangan digital serta melakukan pelatihan penggunaan alat dan pelatihan Break Even Point (BEP) sehingga meningkatkan efisiensi produksi Kerupuk singkong (samiler).


2017 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Izabel Aparecida Soares ◽  
Mauro Sérgio Téo ◽  
Carlise DEBASTIANI ◽  
Suzymeire BARONI ◽  
Vanessa Silva RETUCI

O trabalho teve por objetivo verificar diferenças entre rendimento do concentrado proteico e proteína bruta da folha da mandioca (Manihot esculenta Crantz), obtidos a partir de três variedades comerciais: branca, cascuda e vermelha. As manivas foram plantadas seguindo o delineamento experimental inteiramente casualizado com três repetições. Nas comparações entre as variedades, considerou coletas escalonadas pós-plantio, realizadas aos 12, 14 e 16 meses. O concentrado proteico foi obtido a partir da farinha das folhas inteiras e submetido ao método de termo - coagulação ácido e a proteína bruta pelo método padrão AOAC. Os dados foram submetidos a análise de variância e comparados pelo teste de Tukey - 5% de probabilidade. Os resultados não indicaram diferença significativa entre as médias obtidas para rendimento de concentrado proteico. Para a variável porcentagem de proteína bruta a variedade Branca foi a que apresentou maior valor, com média de 46,25%, seguida pela Cascuda e Vermelha, 44,52% e 37,30%, sucessivamente. Conclui-se que outros estudos devem avaliar condições que possam influenciar no teor de proteína foliar, como clima e solo, e, avaliar os níveis de ácido cianídrico de cada variedade, indicando qual das três é a melhor para a extração do concentrado proteico das folhas. Palavras chaves: Manihot esculenta Crantz, variedades comerciais, concentrado proteico, proteína bruta. ABSTRACT: The study aimed to assess the differences between income protein concentrate, crude protein of cassava leaf (Manihot esculenta Crantz), obtained from three commercial varieties: white, red and cascuda. The cuttings were planted following the completely randomized design with three replications. Comparisons between the varieties considered after planting staggered collections, held on 12, 14 and 16 months. The protein concentrate was obtained from flour of whole sheets and subjected to the term method - acid coagulation and crude protein by AOAC standard method. The data were submitted to ANOVA and Tukey test - 5% probability. The results indicated no significant difference between the mean values obtained for protein concentrate income. For the variable percentage of crude protein White variety showed the highest, with an average of 46.25%, followed by cascuda and Red, 44.52% and 37.30%, successively. We conclude that further studies should evaluate conditions that may affect the leaf protein content, such as climate and soil, and evaluate the hydrocyanic acid levels of each variety, indicating which of the three is the best for the extraction of protein concentrate from leaves Key words: Manihot esculenta Crantz, commercial varieties, protein concentrate, crude protein.


Author(s):  
Barros Sâmela Leal ◽  
Santos Newton Carlos ◽  
Araújo Thaís Jaciane ◽  
Melo Mylena Olga Pessoa ◽  
Nascimento Amanda Priscila Silva

Author(s):  
Brochado Maura Gabriela da Silva ◽  
Botelho Matheus Gabriel Lopes ◽  
Souza Camila Eduarda Sousa de ◽  
Nunes Mariana Lameira ◽  
Ferreira Leonardo Elias

2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 10-16
Author(s):  
Fadhillah Laila ◽  
Budi Waluyo ◽  
Agung Kurniawan

Indonesia memiliki kekayaan plasma nutfah ubi kayu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ubi kayu mengandung karbohidrat tinggi dan berperan dalam diversifikasi pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah menyeleksi 80 varietas ubi kayu budidaya lokal asal berbagai wilayah di Indonesia yang berpotensi hasil tinggi. Penelitian ini menggunakan 80 aksesi ubi kayu dari seluruh pulau-pulau besar di Indonesia yang disusun dalam rancangan Augmented dengan 3 tanaman kontrol per baris. Penelitian dilakukan dari Juli 2013-November 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik dan fenotipik yang luas pada ubi kayu asal Indonesia berdasarkan karakter umbi. Potensi genetik berdasarkan karakter hasil dan komponen hasil terkategorikan tinggi dengan nilai heritabilitas 0,59-0,75. Uji lanjut LSI (Least Significant Increase) menyeleksi aksesi yang memiliki daya hasil tinggi pada karakter umbi diantaranya karakter jumlah ubi/tanaman pada aksesi 563, 570, dan 599. Karakter bobot ubi/tanaman pada aksesi 507,563, 598, dan 541. Karakter bobot/ubi pada aksesi aksesi 534,528 dan 541. Karakter bobot ubi/plot pada aksesi 629. Karakter potensi hasil pada aksesi 629. Hal ini dapat memberikan informasi mengenai diversitas genetik aksesi-aksesi ubi kayu lokal Indonesia sehingga dapat dievaluasi untuk didapatkan hasil tinggi ubi kayu untuk diversifikasi pangan.


2014 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Dwi Satryawan ◽  
Emy Kernalis ◽  
Arnoldy Arby

Penelitian ini bertujuanuntuk; 1) mengetahui kondisi usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 2) biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 3) kelayakan dari usahatani padi sawah dan usahatani kedelai di Kelurahan Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur..Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari rata-rata produksi 616,335 Kg per hektar pada usahatani padi sawah dan pada usahatani kedelai rata-rata produksi sebesar 1.113,592 Kg per hektar. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sawah sebesar Rp. 470.494,01 per hektar dan dari usahatani kedelai adalah Rp. 3.105.018,63 per hektar. Dari usahatani padi sawah didapatkan pendapatan kerja petani sebesar Rp.1.981.662,01 per hektar, penghasilan kerja petani Rp. 3.153.177,16 per hektar serta pendapatan kerja keluarga sebesar Rp. 3.171.965,04 per hektar. Sedangkan pada usahatani kedelai, pendapatan kerja petani yang diperoleh adalah Rp.4.922.739,387 per hektar, penghasilan kerja petani Rp. 6.079.579,009 per hektar serta pendapatan kerja keluarga sebesar Rp. 6.116.135,613 per hektar. Dari analisa kelayakan menggunakan Revenue Cost Ratio, Benefit Cost Ratio dan Break Even Point dapat dikatakan bahwa usahatani padi sawah dan usahatani kedelai yang diusahakan petani menguntungkan dan layak untuk diusahakan serta dikembangkan. Kata Kunci :Usahatani,Pendapatan, Kelayakan


2021 ◽  
Vol 134 (5) ◽  
pp. 1343-1362
Author(s):  
Alex C. Ogbonna ◽  
Luciano Rogerio Braatz de Andrade ◽  
Lukas A. Mueller ◽  
Eder Jorge de Oliveira ◽  
Guillaume J. Bauchet

Abstract Key message Brazilian cassava diversity was characterized through population genetics and clustering approaches, highlighting contrasted genetic groups and spatial genetic differentiation. Abstract Cassava (Manihot esculenta Crantz) is a major staple root crop of the tropics, originating from the Amazonian region. In this study, 3354 cassava landraces and modern breeding lines from the Embrapa Cassava Germplasm Bank (CGB) were characterized. All individuals were subjected to genotyping-by-sequencing (GBS), identifying 27,045 single-nucleotide polymorphisms (SNPs). Identity-by-state and population structure analyses revealed a unique set of 1536 individuals and 10 distinct genetic groups with heterogeneous linkage disequilibrium (LD). On this basis, a density of 1300–4700 SNP markers were selected for large-effect quantitative trait loci (QTL) detection. Identified genetic groups were further characterized for population genetics parameters including minor allele frequency (MAF), observed heterozygosity $$({H}_{o})$$ ( H o ) , effective population size estimate $$\widehat{{(N}_{e}}$$ ( N e ^ ) and polymorphism information content (PIC). Selection footprints and introgressions of M. glaziovii were detected. Spatial population structure analysis revealed five ancestral populations related to distinct Brazilian ecoregions. Estimation of historical relationships among identified populations suggests an early population split from Amazonian to Atlantic forest and Caatinga ecoregions and active gene flows. This study provides a thorough genetic characterization of ex situ germplasm resources from cassava’s center of origin, South America, with results shedding light on Brazilian cassava characteristics and its biogeographical landscape. These findings support and facilitate the use of genetic resources in modern breeding programs including implementation of association mapping and genomic selection strategies.


Author(s):  
Diandro Ricardo Barilli ◽  
Ilara Gabriela Frasson Budzinski ◽  
João Luiz Bronzel Junior ◽  
Vanderlan da Silva Bolzani ◽  
Arlindo Leal Boiça Júnior ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document