scholarly journals RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao, L) PADA TANAH MARGINAL YANG DIBERIKAN MIKORIZA

2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 9-18
Author(s):  
Mutia Erdayana ◽  
Syukri ◽  
Iswahyudi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao, L) pada tanah marginal yang diberikan mikoriza, serta interaksi kedua perlakuan tersebut. Penelitian ini menggunakan Rancang Acak Kelompok (RAK) pola fakorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu: faktor jenis tanah marginal dengan notasi (T) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: T1       = Tanah top soil (kontrol), T2= Tanah bekas tambang , T3= Tanah yang ditumbuhi tanaman alang-alang, T4= Tanah bekas terbakar. Faktor dosis mikoriza dengan notasi (M) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : M0=  0 g/polybag (kontrol), M1=  5 g/polybag, M2= 10 g/polybag, M3= 15 g/polybag. Parameter yang diamati antara lain: tinggi bibit, diameter pangkal batang, jumlah daun, panjang daun, bobot brangkasan basah bibit dan bobot basah akar.Hasilpenelitian menunjukkan bibit kakao akibat perlakuan jenis tanah marginal menunjukkan respon yang sangat nyata terhadap tinggi bibit umur (50 dan 65 HST), jumlah daun umur 65 HST, panjang daun umur (50 dan 65 HST), bobot brangkasan basah bibit, bobot basah akar, respon nyata terhadap tinggi bibit umur (20 dan 35 HST), jumlah daun umur (35 dan 50 HST) dan panjang daun umur 35 HST. Pertumbuhan bibit kakao akibat perlakuan dosis mikoriza menunjukkan respon yang sangat nyata terhadap tinggi bibit umur (35, 50 dan 65 HST), jumlah daun umur (35 dan 65 HST), panjang daun umur (35, 50 dan 65 HST), bobot brangkasan basah bibit, bobot basah akar, respon nyata terhadap jumlah daun umur 50 HST. Interaksi antara jenis tanah marginal dan dosis mikoriza memberikan respon yang nyata terhadap parameter jumlah daun bibit kakao umur 35 HST. Kombinasi perlakuan terbaik yaitu jenis tanah marginal tanah top soil dan dosis mikoriza 15 g/polybag (T1M3) yang dilakukan secara bersamaan.

2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 143-152
Author(s):  
Redho Anggara Nubriama ◽  
Erwin Pane ◽  
Sumihar Hutapea

Cacao is one of the predominant plantation in Indonesia so that the production should be improved constantly. The purpose of this researce was to obtain data on the growth of cacao seedlings (Theobroma cacao L.) by applying rabbit cage liquid organic fertilizer and composting baglog waste with different doses. This research was carried out at the Medan Area faculty of agriculture experiment area located on the street PBSI No.1 Medan Estate. The research was conducted  from  July to  November  2018.  Using  Factorial  Randomized  Group Desing (RGD) with two replications. The first factor tested was rabbit cage liquid organic fertilizer namely U0= without POC, U1= consentration 5% (50 ml POC/liter), U2= consentration 10% (100 ml POC/liter), U3= consentration 15% (150 ml POC/liter). The second   factor is baglog waste compost which is L0= without compost baglog waste, L1= 20% baglog compost waste (600g) + 80% top soil (2.400g), L2= 40% baglog compost waste (1.200g) + 60% top soil (1.800g), L3= 60% baglog compost waste (1.800g) + 40% top soil (1.200g). The results showed that administration of baglog waste compost can increase growth ( plant height, number of leaves, stem diameter and canopy wet weight) of cocoa seedlings


AGRIFOR ◽  
2019 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 373
Author(s):  
Lukas Pakombong ◽  
Puji Astuti ◽  
Noor Jannah

Tujuan penelitian untuk mengetahui berat benih dan media tanam serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kakao, dan juga untuk memperoleh berat benih dan media tanam yang tepat untuk pertumbuhan bibit kakao yang baik.Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2015. Lokasi penelitian di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.Penelitian menggunakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), percobaan faktorial 3 x 3, dengan 4 ulangan. Terdiri atas 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah berat benih (B), terdiri atas 3 taraf, yaitu : berat benih 7-13 g (b1), berat benih 14-17 g (b2), dan berat benih 18-20 g (b3). Faktor kedua adalah media tanam (M), terdiri atas 3 taraf, yaitu : tanah top soil + pasir (1:1) (m1), tanah top soil + pupuk kandang sapi (2:1) (m2), dan tanah top soil + sekam padi (2:1) (m3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berat benih berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit umur 30, 60, 90 hari setelah tanam, jumlah daun umur 30 hari, umur 60 hari dan umur 90 hari setelah tanam, diameter batang umur 30, 60, 90 hari setelah tanam. Bibit tertinggi terdapat pada perlakuan b3 (berat benih 18-20 g) yaitu 24,59 cm, sedangkan bibit terendah terdapat pada perlakuan b1 (berat benih 7-13 g) yaitu 23,72 cm.Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit umur 30, 60, dan 90 hari setelah tanam, jumlah daun umur 30, 60, 90 hari setelah tanam, diameter batang umur 30 hari, umur 60 hari dan umur 90 hari setelah tanam. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan m3 (tanah top soil + sekam padi) yaitu ; 20,64 helai, sedangkan jumlah daun paling sedikit terdapat pada perlakuan m1 (tanah top soil + pasir) yaitu ; 18,22 helai.Interaksi perlakuan berat benih dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 60, 90 hari setelah tanam, jumlah daun umur 90 hari setelah tanam, dan diameter batang umur 60, 90 hari setelah tanam. Berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 30 hari setelah tanam. Berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit umur 30 hari setelah tanam, jumlah daun umur 30 hari dan umur 60 hari setelah tanam.


Author(s):  
Pedro Cadena-Iñiguez ◽  
Eileen Salinas-Cruz ◽  
Jesús Martínez-Sánchez ◽  
Mariano Morales-Guerra ◽  
Romualdo Vásquez-Ortiz ◽  
...  

Objetivo: Establecer una línea base como fundamento para la intervención e inducción de innovaciones a través de escuelas de campo y planes de negocios. Diseño/metodología/aproximación: El estudio se desarrolló en San José del Carmen, San Cristóbal de Las Casas, Chiapas, México. Se elaboró una encuesta como instrumento para recabar en campo información de familias de la localidad con la finalidad de conocer su situación actual. La localidad de trabajo se eligió utilizando como criterio las poblaciones que se encuentran dentro de Cruzada Nacional contra el hambre y en la clasificación de la pobreza extrema Resultados: La localidad de San José del Carmen es considerada como de alta marginación, la población es bilingüe, su principal lengua es el Tzotzil, el nivel de estudios promedio es hasta el tercer año de primaria, las principales actividades productivas son la siembra de maíz (Zea mays L.), frijol (Phaseolus vulgaris L.), papa (Solanum tuberosum L.) y haba (Vicia faba L.) que son utilizadas principalmente para autoconsumo.  No cuentan con agua potable ya que su sistema es a través de la recaudación de agua de lluvia o a través de un jagüey. Sus principales actividades económicas son la albañilería por parte de los hombres, y venta de productos, tales como el pozol (bebida energética a base de maíz y cacao (Theobroma cacao L.), tostadas y algunos vegetales por parte de las mujeres. Las tostadas son producidas en forma artesanal con un proceso de doble nixtamalización y vendida en bolsas de 20 tostadas cada una, a un costo de MX$10.00 en los mercados de San Cristóbal de las Casas, una a dos veces por semana alrededor de 40 bolsas por día de venta. Limitaciones del estudio/implicaciones: La afiliación zapatista de alguno de los pobladores y el hecho de que algunos habitantes no hablen español, fueron factores que limitaron desarrollar al 100% el estudio; sin embargo, se considera que se tienen los elementos necesarios para establecer la línea base de la situación de San José del Carmen. Conclusiones: El diagnóstico servirá como una herramienta para establecer una intervención a través de innovaciones y planes de negocios en la comunidad de estudio. Los pobladores cuentan con herramientas necesarias para obtener nuevos conocimientos que ayuden a un desarrollo de su producción. El idioma no deberá de ser una limitante para ello.


2013 ◽  
Vol 15 (4) ◽  
pp. 391-396 ◽  
Author(s):  
B.A. Melo Neto ◽  
E.A. Carvalho ◽  
D.L.N. Mello ◽  
A.C. Anjos ◽  
A.C.R. Ferreira ◽  
...  

2013 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 93-96
Author(s):  
Milton Macoto Yamada ◽  
Wilson Reis Monteiro ◽  
Uilson Vanderlei Lopes ◽  
José Luis Pires ◽  
Basil G. D. Bartley ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 56(4) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Nguyễn Văn Tặng ◽  
Trần Thị Mỹ Hạnh ◽  
Phạm Châu An ◽  
Phan Thị Bích Trâm ◽  
Huỳnh Quốc Trung ◽  
...  

2012 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 254-257
Author(s):  
Erwin Aragon ◽  
Claudia Rivera ◽  
Helena Korpelainen ◽  
Aldo Rojas ◽  
Paula Elomaa ◽  
...  

A total of 60 farmers' cacao accessions (Theobroma cacao L.) from Nicaragua were investigated using microsatellite markers to reveal their genetic composition and to identify potentially resistant genotypes against the black pod disease caused by Phytophthora palmivora. These accessions were compared with 21 breeders' accessions maintained locally, two Criollo accessions from Costa Rica and two accessions from Ecuador. The analyses showed a low level of differentiation among groups of farmers' accessions (FST = 0.06) and that six Nicaraguan accessions were genetically closely related to the two Criollo accessions used as a reference. In addition, seven distinct genotypes were found to have allelic composition that may indicate linkage to resistance alleles, thus being potential parental lines in future breeding programmes.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document