Perempuan Subaltern Dunia Ketiga Dalam Tinjauan Teori Feminisme Poskolonial Gayatri Chakravorty Spivak
Istilah subaltern dihadirkan sebagai sinonim kaum proletar. Gayatri Spivak menekankan pentingnya melihat mekanisme hegemonik yang tidak disadari mengenai penggunaan atribut kata subaltern. Mereka berada dalam wacana hegemonik yang berarti ada semacam manipulasi secara tidak sadar atas apa yang mereka lakukan. Dalam kajian teoritis Spivak, kelompok subaltern adalah kelompok yang suaranya selalu direpresentasikan, sementara representasi hanyalah alat untuk menuju dominasi nyata. Oleh karena itu, masyarakat yang tertekan dan terjajah (subaltern), harus berbicara, harus mengambil inisiatif, dan menggelar aksi atas suara mereka yang terbungkam. Karena kekuasaan kolonial terus dipertahankan dalam dan melalui discourse (wacana) yang berbeda-beda. Sebagai kritikus feminis poskolonial Gayatri Spivak terus menerus menantang pemikiran kontemporer Barat dengan menunjukkan betapa wacana-wacana dan praktik-praktik kelembagaan dan budaya dominan telah secara konsisten mengecualikan dan meminggirkan kaum jelata (subaltern), terutama perempuan subaltern. Fokusnya pada sejarah perempuan subaltern dan kritiknya terhadap proyek subaltern telah secara radikal menantang cara identitas politik dikonseptualisasikan dalam banyak pemikiran kontemporer. Penekannya pada kemampuan kaum subaltern untuk berbicara.