PENGARUH JENIS SEMEN DAN PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP KEKUATAN DAN DURABILITAS BETON

2012 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Ariyadi Basuki ◽  
Maulana Ikhwan Sadikin

Dalam penelitian ini dilakukan serangkaian pengujian untuk mengetahui sifat fisik dari material penyusun (agregat), yang kemudian dirancang komposisi rencana beton dengan mutu K250 (normal/kontrol) dan K250 dengan aditif Silica Fume 10% dari berat semen. Variasi campuran menggunakan tiga tipe semen yang berbeda yaitu Ordinary Portland Cement (OPC)/ Semen Tipe I, Portland Composite Cement (PCC) dan Semen Tipe II. Proses dilanjutkan dengan pembuatan sampel uji silinder berukuran 15 cm x 30 cm (karakteristik kuat tekan, ketahanan sulfat), sampel uji prisma berukuran 20 cm x 20 cm x 12 cm (karakteristik permeabilitas) dan sampel uji kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm (untuk penetrasi klorida). Pengamatan dilakukan untuk melihat karakteristik beton K250 dengan penambahan silica fume 10%, dibandingkan dengan beton normal sebagai acuan, serta aplikasinya dalam lingkungan normal maupun asam (Sulfat, Klor). Hasil kuat tekan memperlihatkan, bahwa campuran dengan menggunakan semen PCC memiliki nilai kuat tekan rata-rata diatas semen OPC. Penambahan silica fume pada campuran semen PCC akan menaikkan nilai kuat tekan sebesar 4,2% dibandingkan beton normal dengan produk semen yang sama, meskipun nilai rasio air-semen nya membesar menjadi 0,71 karena penambahan air. Nilai kuat tekan terbesar diperoleh untuk campuran beton dengan semen Tipe II. Campuran dengan semen PCC (2) menunjukkan nilai penetrasi yang lebih kecil dibandingkan campuran lainnya, hal ini mengindikasikan produk beton yang terbentuk memiliki kepadatan yang lebih baik dari produk campuran lainnya dan tidak porous, sehingga dapat dikatakan memiliki tingkat durabilitas yang cukup baik. Untuk ketahanan terhadap serangan sulfat, beton dengan menggunakan campuran semen tipe II mengalami tingkat pelapukan/penggerusan penampang (scaling) yang lebih besar dibandingkan campuran beton lainnya, meskipun begitu hal ini tidak mempengaruhi nilai kuat tekannya. Untuk produk dengan semen PCC, serangan sulfat tidak mempengaruhi nilai kuat tekannya, bahkan cenderung naik bila dibandingkan pada usia 28 hari.Kata kunci: aspek durabilitas, tipe semen, pemanfaatan silica fume

2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Dwi Susanto ◽  
Zulfikar Djauhari ◽  
Monita Olivia

Trend penggunaan semen untuk konstruksi dalam beberapa tahun belakangan ini telah beralih dari tipe Ordinary Portland Cement (OPC) menjadi Portland Composite Cement (PCC). Hal ini berdasarkan kebijakan industri semen untuk mengkonversi sebagian kandungan semen OPC menggunakan material pozzolanik. Oleh karena itu semen tipe PCC lebih mudah diperoleh di pasaran dan telah banyak digunakan sektor konstruksi dalam aplikasi di berbagai lingkungan meski belum banyak diteliti keunggulannya. Pada penelitian ini dikaji karakteristik beton semen PCC untuk aplikasi dermaga di daerah pasang-surut lingkungan air laut. Parameter penelitian adalah penambahan aditif silika dan umur beton yang direndam di air laut. Beton PCC dengan mutu beton fc’ = 30 MPa digunakan sebagai campuran kontrol, sedangkan beton PCC dengan tambahan silica fume (PCC+SF) sebesar Setelah benda uji dicetak, kemudian benda uji direndam di bak perendaman selama 3 hari dan diletakkan di daerah pasang-surut pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara hingga waktu pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan, kuat tarik dan porositas setelah benda uji direndam dalam air laut pada umur 28, 91 dan 180 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa umumnya kuat tekan dan kuat tarik meningkat serta porositas menurun untuk beton PCC dan PCC+SF meski direndam di daerah pasang-surut hingga umur 180 hari. Akan tetapi beton PCC+SF memiliki karakteristik lebih baik dibandingkan beton PCC dan direkomendasikan untuk beton terpapar air laut di daerah pasang-surut.


2018 ◽  
Vol 761 ◽  
pp. 120-123 ◽  
Author(s):  
Vlastimil Bílek ◽  
David Pytlík ◽  
Marketa Bambuchova

Use a ternary binder for production of a high performance concrete with a compressive strengths between 120 and 170 MPa is presented. The water to binder ratio of the concrete is 0.225 and the binder is composed of Ordinary Portland Cement (OPC), condensed silica fume (CSF), ground limestone (L), fly ash (FA) and metakaoline (MK). The dosage of (M + CSF) is kept at a constant level for a better workability of fresh concrete. Different workability, flexural and compressive strengths were obtained for concretes with a constant cement and a metakaoline dosage, and for a constant dosage (FA + L) but a different ratio FA / L. An optimum composition was found and concretes for other tests were designed using this composition.


2015 ◽  
Vol 820 ◽  
pp. 492-496
Author(s):  
D.C.S. Garcia ◽  
Roberto Braga Figueiredo ◽  
Maria Teresa Paulino Aguilar

The aim of this paper was to investigate the influence of heat treatment on hardness evolution of cement pastes containing silica fume. The specimens were prepared with Ordinary Portland Cement, water/binder ratio of 0,40 and 25% wt. silica fume. The specimens were cast at room temperatures and after 24 hours, they were placed in a furnace for 24 hours, with heat regimes of 100°C, 200°C and 300°C and then submitted to the ultra-microhardness test. The microstructure was analyzed using optical microscopy. The results showed that the silica fume prevents the production of calcium hydroxide and the heat treatment increases the material hardness.


JURNAL TEKNIK ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 60-68
Author(s):  
Miguel Felix Wijaya ◽  
Monita Olivia* ◽  
Edy Saputra

Geopolimer hybrid dibuat dengan mengaktifkan abu terbang menggunakan alkali aktivator dan semen portland sebagai bahan pengganti sebagian abu terbang untuk perawatan pada suhu ruang. Penelitian ini betujuan untuk mengkaji kuat tekan mortar geopolimer abu terbang hybrid dengan menggunakan semen Portland, yaitu OPC (Ordinary Portland Cement) dan PCC (Portland Composite Cement). Prosedur penelitian dimulai dengan pengujian karakteristik material yang digunakan, yaitu abu terbang dan agregat halus. Abu terbang yang digunakan berasal dari PLTU Ombilin Padang, Sumatera Barat. Sedangkan, agregat halus yang digunakan berasal dari Teratak Buluh, Kampar. Larutan aktivator yang digunakan NaOH 10M dan 12M, rasio modulus (Ms) 1,5 dan 2,5. Persentase penggantian abu terbang dengan semen yang digunakan adalah 10% dan 15%. Benda uji mortar berbentuk kubus berukuran 5x5x5 cm. Pengujian yang dilakukan meliputi uji kuat tekan mortar. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari perawatan suhu ruang. Hasil pengujian kuat tekan didapat nilai optimum pada mortar geopolimer abu terbang hybrid adalah variasi NaOH 10M, Ms 2,5 dan penggantian sebagian abu terbang dengan semen sebesar 15% pada umur 7 hari dan 28 hari perawatan suhu ruang, yaitu sebesar 8,27 MPa dan 13,33 MPa menggunakan OPC. Sedangkan, mortar geopolimer hybrid menggunakan PCC pada umur 7 hari dan 28 hari, yaitu sebesar 6,27 MPa dan 11,47 MPa. Berdasarkan hasil pengujian tersebut disimpulkan mortar geopolimer abu terbang hybrid menggunakan Ordinary Portland Cement (OPC) memiliki kekuatan tekan yang lebih tinggi diba


2010 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 23-34 ◽  
Author(s):  
Rao Krishna ◽  
Rathish Kumar ◽  
Azhar Khan

Curing is essential if concrete is to perform the intended function over the design life of the structure while excessive curing time may lead to the escalation of the construction cost of the project and unnecessary delays. Where there is a scarcity of water and on sloping surfaces where curing with water is difficult and in cases where large areas like pavements have to be cured, the use of curing compound may be resorted to. The parameters of the study include the curing period [1, 3, 7, 14 and 28 day], curing method [conventional wet curing, membrane forming compound curing and accelerated curing] and the type of cement [Ordinary Portland Cement(OPC) 43 grade, Portland Pozzolana Cement(PPC) 43 grade and Ordinary Portland Cement(OPC) 43 grade +10% Silica Fume(SF) replacement for cement]. In all a total of 99 cube specimens were cast and cured under different conditions before testing. Test results indicate a drop in strength at all ages for concretes with PPC and the one in which 10% OPC is replaced by silica Fume(SF) in comparison with the concrete with OPC. Curing by membrane forming curing compound yielded nearly the same results as that of conventional wet curing for concrete with OPC and there was a marginal decrement in concrete with PPC. Predicted 28-day strength of concrete from the accelerated curing test was found to be on a conservative side compared to control concrete.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document