scholarly journals Persyaratan Uji Tes PCR atau Rapid Test untuk Transportasi Umum Dalam Perspektif Ketatanegaraan

2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 115-126
Author(s):  
Ririn Novianti ◽  
Adhiem Widigdo

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dibentuk melalui Keppres No. 7 Tahun 2020 (sebagaimana diubah melalui Keppres No. 9 Tahun 2020). Gugus Tugas telah mengeluarkan surat edaran yang mengatur uji tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dan rapid test sebagai syarat untuk menggunakan transportasi umum. Padahal, Keppres a quo tidak memberikan kewenangan kepada Gugus Tugas untuk mengeluarkan suatu peraturan. Penulisan jurnal ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu berbasis pada analisis terhadap norma dalam hukum positif. Gugus Tugas berkedudukan sebagai lembaga negara bantu (state auxiliary organ) yang bersifat koordinasi antar kementerian atau lembaga negara lainnya dan dibentuk melalui Keputusan Presiden. Syarat uji tes PCR dan rapid test perjalanan orang dengan transportasi umum batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena: 1) Gugus Tugas sebagai state auxiliary organ dapat meminta kepada pemerintah untuk mengeluarkan suatu peraturan yang bersifat regeling sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka percepatan penanganan Covid-19; 2) Gugus Tugas tidak memiliki legitimasi ataupun delegasi yang bersumber dari undang-undang untuk mengeluarkan suatu peraturan yang mengikat ke luar dan berlaku umum; 3) Surat Edaran Gugus Tugas No. 9 Tahun 2020 yang bersifat mengatur ke luar tidak mencerminkan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu kesesuaian materi muatan dan kejelasan tujuan.

2021 ◽  
Vol 9 (02) ◽  
pp. 155-160
Author(s):  
Rika Herawati ◽  
Andriana ◽  
Evi Kristina

Fenomena kasus coronavirus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 pada manusia pertama kali dilaporkan terjadi di kota Wuhan, Tiongkok (Cina) pada awal Desember 2019,Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di kabupaten Rokan Hulu pada bulan maret 2020 hingga februari 2021 694 kasus,Wanita yang terkonfirmasi Covid-19 berjumlah 152, sembuh 150 orang  dan 2 orang meninggal, adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengalaman seorang wanita yang positif covid-19 hingga sembuh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian Fenomenologi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penularan yang Covid-19 masing-masing responden berbeda-beda, mulai dari penularan di tempat kerja,kontak dengan orang yang terinfeksi,dan kelelahan.Adapun pemeriksaan yang dilakukan sebelum dinyatakan positif Covid-19 adalah pemeriksaan rapid test dan PCR (polymerase chain reaction). tanda dan gejala yang dirasakan diantaranya seperti demam, batuk kering, Flu, nyeri otot, napas pendek, sakit kepala hingga hilangnya sensasi rasa dan bau (anosmia). Masa penyembuhan Covid-19 isolasi selama kurang lebih 2 minggu dan lebih dari 3-6 minggu. Dan usaha yang dilakukan selama penyembuhan seperti mengosumsi makanan yang bergizi, Meskipun makanan bukan sepenuhnya sebagai penangkal virus, namun gizi yang baik akan lebih menguatkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa memberikan perlindungan ekstra kepada tubuh. olahraga ringan, istirahat yang cukup,mengosumsi obat sesuai kebutuhan dan multivitamin. selalu patuhi protokol kesehatan untuk mengurangi penularan Virus Corona dengan menerapkan 5M yaitu : Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak,menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.


Author(s):  
Ika Yasma Yanti ◽  
Dalima Ari Wahono Astrawinata

Toxigenic Clostridium difficile infection, causing a Pseudo Membrane Colitis (PMC) and Clostridium Difficile Associated Diarrhea(CDAD) has increased sharply. The largest risk factor is the use of antibiotics. The purpose of this study was to know how to determinethe prevalence and characteristics of subjects with Toxigenic Clostridium difficile and to assess the ability of the toxin rapid test comparedto real-time PCR. Ninety adult subjects with antibiotic therapy more than two (2) weeks were enrolled in this study. The results of toxinrapid test and real-time PCR were presented in a 2x2 table, statistical test used was Chi square. The prevalence of Toxigenic Clostridiumdifficile based on the toxin rapid test and by real-time PCR was 27.3% and 37.5%, respectively. There were significant differences betweenstool consistency and number of antibiotics used with the detection of Toxigenic Clostridium difficile. There was a relationship betweenthe duration of antibiotic therapy with the detection of Toxigenic Clostridium difficile using real-time PCR (p=0.010, RR=2.116). Thesensitivity, specificity, PPV, NPV, PLR and NLR rapid test against real-time PCR were 69.7%; 98.2%; 95.8%; 84.4%; 39.2 and 0.31,respectively. This study concluded that the prevalence of Clostridium difficile in RSCM was higher compared to that in Malaysia, Thailandand India; the subjects with antibiotic therapy for more than four (4) weeks had a double risk to have Toxigenic Clostridium difficilethan subjects with antibiotic therapy for less than that time (4 weeks). Thus, in this study, toxin rapid test could be used as a tool todetect Toxigenic Clostridium difficile.


1999 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 65-66
Author(s):  
Celia Harumi Tengan

Vários estudos descreveram o acúmulo de uma deleção do DNA mitocondrial (DNAmt), denominada de deleção comum, em tecidos pós-mitóticos durante o processo de envelhecimento. Esses achados levaram A hipótese de que radicais livres, gerados dentro da mitocandria, poderiam lesar o DNAmt durante a vida normal. Acredita-se que um defeito no funciomento da cadeia respirat6ra, decorrente da lesão do DNAmt, levaria a um aumento na produção de radicais livres, que por sua vez, lesariam o DNAmt, criando um ciclo vicioso é um fator importante no acúmulo de deleções do DNAmt, pacientes com deficiência da função oxidativa (independente do defeito primário) deveriam apresentar um acúmulo acelerado de deleções do DNAmt. Nós testamos esta hipótese através de três analises: (a) comparação dos níveis de deleção comum em controles normais e pacientes com doenças mitocondriais geneticamente caracterizadas e associadas com uma mutação do DNAmt; (b) análise da cosegregação da deleção comum (associada com o envelhecimento) com uma mutação de ponto patogênica do DNAmt; e (c) detecção de deleções múltiplas do DNAmt através de PCR (polymerase chain reaction) longo em controles e pacientes com doenças mitocondriais. Observamos uma correlação positiva entre a idade e MN/6s de deleção comum em controles (r = 0,80) e pacientes (r = 0,69). As inclinações das curvas eram semelhantes, sugerindo que a taxa de acúmulo da deleção comum associada com a idade era a mesma em ambos os grupos. Não conseguimos observar a co-segregação das moléculas de DNAmt contendo a mutação de ponto com a deleção comum e nem aumento no número de deleções em pacientes. Nossos resultados não suportam a hipótese de que o ciclo vicioso (lesão do DNAmt afeta a função da cadeia respiratória, levando a uma maior produção de radicais livres que, por sua vez, provocaria mais lesão do DNAmt) é um fator importante no acúmulo de deleções do DNAmt no processo de envelhecimento.


Author(s):  
MHJD Ariyaratne ◽  
Peshala Gunasekara ◽  
Poornima Hasanthi Wajirasena ◽  
Dilini Malsha Rathnayake ◽  
Desha Dilani ◽  
...  

1993 ◽  
Vol 14 (6) ◽  
pp. 578
Author(s):  
B. Dell'isola ◽  
I. Saint Girons ◽  
P. Amouriaux ◽  
G. Baranton ◽  
A.M. El Maleh ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Raymon Rahmanov Zedta ◽  
Bram Setyadji

Ikan tongkol lisong dan krai merupakan salah satu jenis tuna yang berperan nyata untuk usaha perikanan tangkap di Indonesia. Pengelolaan sumberdaya ikan tersebut harus selalu dapat dilakukan untuk menjaga tingkat pemanfaatannya supaya tidak lebih tangkap. Kajian keragaman genetik merupakan salah satu teknik dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan cara mengetahui tingkat keragaman genetik pada suatu struktur populasi. Kajian keragaman genetik ini diharapkan dapat menjadi basis kajian stok dan opsi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tongkol agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkelanjutan. Awal mula analisis keragaman genetik dilakukan dengan memperbanyak DNA secara in vitro menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Keberhasilan proses PCR dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu dan waktu penempelan oligonukleotida primer. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dan waktu optimal pada primer Aro2-38. Sampel penelitian diperoleh dari hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Optimasi PCR menggunakan 12 suhu dan 2 waktu penempelan yang berbeda yaitu : 520C; 52,80C; 540C; 55,50C; 57,20C; 59,10C; 60,90C; 62,80C; 64,50C; 65,90C; 67,20C dan 680C, dan suhu penempelan 30 dan 15 detik. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk PCR optimum (menghasilkan pita alel DNA) pada ikan tongkol krai berhasil waktu penempelan 30 detik dengan rentang suhu 52-540C. Sedangkan pada sampel ikan tongkol lisong, produk PCR yang optimum muncul pada waktu penempelan 15 dan 30 detik, dengan rentang suhu 52-60,90C.Frigate and bullet tuna constitute one of tuna species that plays a significant role in Indonesian fishing business. Management of fisheries resources must always be done to maintain the level of utilization so that it is not excessive. Genetic study is one of techniques in managing fisheries resource utilization by knowing the level of genetic diversity in a population structure. This genetic diversity study is expected to be the basis and option in the management of tuna fishing resources so that their utilization can be carried out sustainably. Genetic diversity analysis is start by multiplying fish DNA using PCR (Polymerase Chain Reaction) technique. The success of the PCR process is influenced by several factors such as temperature and time of primary oligonucleotide attachment. Based on this, this study aims to determine the optimal temperature and time in primers Aro2-38. The research sample was obtained from the catch of purse seine landed in PPN Palabuhanratu, West Java. PCR optimization uses 12 temperatures and 2 different annealing times: 520C; 52.80C; 54ÚC; 55,50C; 57.20C; 59.10C; 60.90C; 62.80C; 64,50C; 65,90C; 67.20C and 680C, and the annealing times are 30 and 15 seconds. The results of the analysis showed that the optimum PCR product (producing DNA allele bands) on the cretaceous tuna was successfully pasted for 30 seconds with a temperature range of 52-540C. Whereas in the sample of tuna lisong, the optimum PCR product appeared at the time of attachment of 15 and 30 seconds, with a temperature range of 52-60.90C.


1996 ◽  
Vol 62 (2) ◽  
pp. 177-180
Author(s):  
Mamoru SATO ◽  
Shigetou NAMBA ◽  
Maki KATSUHARA ◽  
Hiromu KAWAKITA ◽  
Wataru MITSUHASHI ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document