aerobacter aerogenes
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

495
(FIVE YEARS 0)

H-INDEX

38
(FIVE YEARS 0)

2018 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 213
Author(s):  
R. Purwadi ◽  
M.T.A.P. Kresnowati ◽  
L Badriyah ◽  
Andini A.D. Puri ◽  
R. Aisyah

Utilization of glycerol biodiesel waste via biological process 1: Selection of microbesThe availability of glycerol, a byproduct of biodiesel production, is increasing along with the growth of biodiesel industries. While glycerol is used in various industries such as food, pharmaceutical, and cosmetics, the purification of crude glycerol from biodiesel waste can be very costly and inefficient. Literature study indicated that some microorganism could utilize glycerol as their substrate. This forms the basis for applying microbial conversion of glycerol into valuable products. This paper presents our study in exploring the microbial potentials in utilizing pure glycerol as substrate, which is a part of a larger study in converting crude glycerol from biodiesel waste through microbial processes. In this study the potentials of Aerobacter aerogenes ITBCC B88, Klebsiella pneumoniae ITBCC113, and Enterobacter cloacae NRLL B411, NRLL B23264, and NRLL B23289 in utlizing glycerol were explored. The study covered the aerobic growth tests of each strain using glycerol as C-source in substrate, by varying glycerol concentration and C/N ratio in the media. The results indicated that all the tested strains could grow well in glycerol and would assimilate glycerol better in low C/N ratio. However, the increase in microbial glycerol consumption did not increase the biomass yield, which might indicate the production of metabolic products.Keywords: glycerol, biodiesel, Aerobacter aerogenes, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae AbstrakKetersediaan gliserol, produk samping industri biodiesel, semakin meningkat seiring pertumbuhan industri biodiesel. Meskipun gliserol murni banyak digunakan dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan industri-industri lainnya, pemurnian limbah gliserol menjadi gliserol murni sangat mahal dan tidak efektif. Studi literatur menunjukkan bahwa beberapa jenis mikroba dapat menggunakan gliserol sebagai substratnya. Hal ini menjadi dasar untuk menerapkan proses pengolahan gliserol menjadi produk bermanfaat melalui proses mikrobiologik. Makalah ini menyajikan hasil penelitian eksplorasi potensi mikroba dalam mengkonversi gliserol murni dalam substrat, yang merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian pemanfaatan limbah gliserol melalui proses mikrobiologik. Dalam penelitian ini diteliliti kemampuan mikroba Aerobacter aerogenes ITBCC B88, Klebsiella pneumoniae ITBCC113, dan Enterobacter cloacae NRLL B411, NRLL B23264, dan NRLL B23289 dalam memanfaatkan gliserol. Penelitian yang dilakukan meliputi uji pertumbuhan pada substrat gliserol murni dan kondisi aerobik, dengan memvariasikan konsentrasi gliserol dan nisbah C/N dalam media. Hasil penelitian menunjukkan semua mikroba uji dapat tumbuh dengan baik pada substrat gliserol dan mengasimilasi gliserol lebih baik pada nisbah C/N media yang lebih rendah. Namun demikian peningkatan konsumsi gliserol selama proses kultivasi tidak diikuti oleh peningkatan perolehan biomassa, yang mengindikasikan terjadinya pembentukan produk-produk metabolit oleh mikroba.Kata kunci: gliserol, biodiesel, Aerobacter aerogenes, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae


Jurnal Biota ◽  
2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 54
Author(s):  
Hendra Hendra

Tahu termasuk bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan sehingga dapat digolongkan ke dalam golongan high perishable food. Komposisi tahu yang banyak mengandung protein dan air menyebabkan tahu merupakan media yang cocok untuk tumbuhnya mikroba sehingga tahu menjadi cepat mengalami kerusakan. Bawang putih (Allium sativum L ) juga bersifat antimikroba E.coli, Shigella sonnei, Staphylococcus sureus dan Aerobacter aerogenes. Manfaat lainya adalah dapat mengurangi jumlah bakteri aerob, kaliform dan mikroorganisme lainnya sehingga bahan makanan yang ditambahkan bawang putih akan lebih awet. Rumusan masalah apakah ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap lamanya penyimpanan tahu putih? Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap daya awet Tahu putih. Hipotesis Penelitian ini adalah, diduga ada pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap daya awet tahu putih. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Berdasarkan analisis Varian menunjukkan bahwa signifikansi taraf signifikan pada Tabel 1 F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel 0,05 dan F tabel 0,01 yaitu 2,93 < 43,306> 4,58 artinya pemberian ekstrak kulit bawang putih (Allium sativum L.) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap daya awet tahu putih. Berdasarkan rata-rata jumlah mikroorganisme yang ada pada tahu putih, maka di ketahui bahwa konsentrasi Perlakuan P1 (80 gr ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) dengan masa simpan 1 x 24 jam) berpengaruh sangat nyata terhadap daya awet  tahu putih.


2016 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 30-37
Author(s):  
A Yachya A Yachya ◽  
Sulistyowati Sulistyowati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur dan konsentrasi ekstrak air biji dan kulit buah alpukat terhadap pertumbuhan Aerobacter aerogenes dan Proteus mirabilis. Biji dan kulit buah alpukat yang digunakan berumur 4, 5 dan 6 bulan dengan variasi konsentrasi ekstrak 20, 40, 60, dan 80% (v/v). Hasil uji menunjukkan ekstrak air biji buah alpukat konsentrasi 80% pada semua umur biji mampu menghambat total pertumbuhan A.aerogenes. Pada konsentrasi 60% umur biji 5 dan 6 bulan mampu menurunkan pertumbuhan A.aerogenes dari 10 menjadi 10 6 CFU/mL. Hasil uji pada P. mirabilis menunjukkan konsentrasi ekstrak 80 % pada semua umur biji tidak mampu menghambat total pertumbuhan P. mirabilis. Ekstrak biji umur 4 bulan pada semua konsentrasi efektif menghambat P. mirabilis dibandingkan ekstrak biji umur 5 dan 6 bulan. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah menunjukkan A.aerogenes dan P. mirabilis relatif resisten. Pada perlakuan semua umur kulit dengan berbagai konsentrasi rata-rata mampu menurunkan populasi kedua jenis bakteri uji dari 10 8 CFU/mL menjadi 10 CFU/mL. Berdasarkan hasil uji, penggunaan kombinasi ekstrak air biji buah alpukat umur 4 dan 6 bulan dengan konsensentrasi 80% (v/v) direkomendasikan sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan A. aerogenes dan P. mirabilis. Kata kunci: Aerobacter aerogenes, Biji dan Kulit Alpukat, Proteus mirabilis.


2015 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 609 ◽  
Author(s):  
Sri Widawati

<p>This study aimed to determine the extent of phosphate solubilizing bacteria resistant to salinity and still be able to provide P for paddy plant. Research using completely randomized design with fertilizer treatments: <br />(A) Bakteri Aerobacter aerogenes + Azotobacter indicus (B) Bakteri Bacillus thuringiensis + B. megaterium <br />+ Pseudomonas fluorescens, (C) Bakteri Nocardia mesentrica + Spirillum lipoferum, (D) Mix bakteri Pseudomonas fluorescens, Bacillus thuringiensis, B. megaterium, Nocardia mesentrica, Aerobacter aerogenes, Spirillum lipoferum, dan Azotobacter indicus, and (E) control (whitout inoculant), and salinity (NaCl): (1) 0% (0 grams / 7 kg soil), (2) 0.1% (7 grams / 7 kg soil), (3) 0.2% (14 g / 7 kg soil), (4) 0.3% (21 g / 7 kg soil), and (5) 0 , 4% (28 g / 7 kg soil). Thirty and one hundred days after transplanting (DAT), and then measured plant height, number of tillers, number and dry weight of whole grain paddy. The results showed that 0,1 % (7 gram/7 kg tanah) salinity is very good for the growth, activity and effectiveness of phosphate solubilizing bacteria and production of paddy, but 0.4% salinity (28 gr/7kg land) is still safe on the growth, activity and effectiveness of phosphate solubilizing bacteria (Pseudomonas fluorescens, Bacillus thuringiensis, <br />B. megaterium, Nocardia mesentrica, Aerobacter aerogenes, spirillum lipoferum and Azotobacter indicus) as biofertilizer or growth promoting rhizobacteria on growth and production of paddy.</p><p><br /><strong>Keywords</strong>: Salinity, Phosphate solubilizing bacteria, Paddy</p>


2010 ◽  
Vol 21 (8) ◽  
pp. 1026-1030
Author(s):  
Yao Jun ◽  
Liu -Yi ◽  
Liu Jian-Ben ◽  
Zhou Qin ◽  
Qin Xia ◽  
...  

1996 ◽  
Vol 285 (1) ◽  
pp. 181-189 ◽  
Author(s):  
Ying Feng ◽  
Yi Liu ◽  
Changli Xie ◽  
Songsheng Qu ◽  
Zhifeng Le ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document