mean time between failure
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

25
(FIVE YEARS 13)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 1)

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Lia Laila ◽  
Asep Yunta Darma ◽  
Akbar Karuniawan

Stasiun Klarifikasi merupakan stasiun tempat proses pemurnian Crude Oil atau minyak kasar hasil ekstraksi dari Stasiun Pressing. Pada stasiun ini minyak kasar dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti padatan, lumpur, dan air sebelum dikirim ke Tangki Penyimpanan. Stasiun Klarifikasi terdiri dari beberapa mesin yang beroperasi secara terus-menerus selama proses produksi sehingga apabila terjadi kerusakan pada mesin akan menghambat proses produksi. Dengan demikian tindakan perawatan sangat penting terutama terhadap komponen kritis agar Stasiun Klarifikasi dapat beroperasi dengan baik. Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dapat digunakan mengidentifikasi komponen kritis mesin agar dapat menentukan tindakan perawatan yang tepat. Dengan demikian tujuan penelitian adalah menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengetahui komponen kritis pada Stasiun Klarifikasi dan menentukan tindakan perawatan untuk meminimalkan potensi kerusakan. Langkah-langkah untuk mendapatkan hasil penelitian adalah (1) Mengumpulkan Data, (2) Mengidentifikasi komponen kritis, (3) Menentukan tindakan perawatan. Hasil penelitian menunjukan komponen kritis pada Stasiun Klarifikasi adalah Packing Body Pompa Crude Oil (RPN: 105) dan Mechanical Seal Pompa Condensate (RPN: 105). Tindakan perawatan yang dapat dilakukan adalah penggantian komponen (replacement). Penggantian komponen dijadwalkan berdasarkan Mean Time Between Failure (MTBF) ,yaitu. Packing body pompa crude oil diganti setiap 1.657 jam (5 bulan) dan mechanical seal pompa condensate diganti setiap 1.037 jam (3 bulan).


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 26-38
Author(s):  
Zulkani Sinaga ◽  
Solihin Solihin ◽  
Mochamad Ardan

Pemeliharaan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menjaga keandalan, ketersediaan dan sifat mampu merawat komponen atau mesin. Program pemeliharaan yang efektif dan efisien akan mendukung peningkatan produktifitas sistem produksi. PT. XYZ merupakan perusahaan nasional bergerak dibidang karoseri truck mengalami penurunan produktivitas disebabkan belum adanya strategi perawatan khususnya mesin welding jenis MIG sehingga sering terjadi downtime mesin mengakibatkan proses produksi menjadi terhambat. Berdasarkan alasan tersebut dibutuhkan program pemeliharaan yang efektif dan efisien dengan menerapkan analisis menggunakan metode  Reliability Centered Maintenance (RCM) guna menciptakan metode pemeliharaan yang akurat, fokus, dan optimal dengan tujuan mencapai keandalan yang optimal. Penelitian dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah perhitungan berdasarkan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan penetapan strategi pemeliharaan dengan dibantu menggunakan software minitab 18. Hasil penelitian diperoleh Risk Priority Number (RPN) untuk komponen wire feeder sebesar 611, dengan pola distribusi waktu normal, nilai parameter median 61,9391 dan standar deviasinya 48,6053, nilai Mean Time To Failure (MTTF) sebesar 61,9391 jam dan selang interval waktu penggantian komponen sebesar 10,1349. Berdasarkan hasil perhitungan performance maintenanace diketahui nilai Mean Time Between Failure (MTBF) antara 31,92 ~ 72,09 jam, Mean Time To Repair (MTTR) anatara 1,19 ~ 1,78 jam dan availability antara 94,67% ~ 98,24%, setelah dilakukan tindakan perawatan pencegahan selama periode tersebut dihasilkan nilai availability sebesar 98,01% artinya kerusakan pada komponen wire feeder dapat teratasi.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Idad Syaeful Haq ◽  
Asep Yunta Darma ◽  
Rahman Affandi Batubara

Proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan/atau minyak kernel sawit (PKO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) melewati beberapa stasiun pemrosesan. Salah satu stasiun dalam proses pengolahan sawit tersebut adalah stasiun nut dan kernel. Stasiun nut dan kernel merupakan stasiun yang memiliki jumlah mesin yang relatif banyak dibanding dengan mesin/peralatan pemroses pada stasiun lain di PKS. Kategori mesin/peralatan yang relatif banyak digunakan adalah alat angkut. Alat angkut memiliki peran yang sangat penting berfungsi untuk mengirimkan bahan yang akan diolah menuju ke proses pengolahan berikutnya. Apabila alat angkut mengalami kerusakan/kegagalan fungsi, proses pengolahan dapat terhenti. Hal ini diakibatkan karena bahan tidak bisa dikirimkan menuju ke proses pengolahan berikutnya. Kebanyakan alat angkut yang terdapat di PKS tidak memiliki cadangan, sehingga jika terjadi kerusakan proses pun akan dihentikan. Stasiun nut dan kernel sendiri memiliki 18 buah alat angkut jenis conveyor dan elevator. Pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin, khususnya alat angkut, diperlukan tindakan perawatan yang baik dan tepat agar proses pengolahan yang berlangsung dapat bejalan dengan lancar. Salah saru cara yang terbaik untuk melakukan dan menentukan tindakan perawatan adalah dengan mengidentifikasi kegagalan yang terjadi. Identifikasi kegagalan ini dapat menggunakan suatu metode yang disebut Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Melalui metode FMEA akan diketahui kegagalan komponen kritis pada suatu sistem berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN). Kegagalan komponen kritis merupakan jenis kegagalan dengan nilai RPN>100. Kemudian komponen tersebut akan menjadi prioritas dalam melakukan tindakan perawatan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kegagalan komponen kritis pada stasiun nut & kernel adalah keausan pada liner wet kernel elevator (RPN: 168) dan baut bucket wet kernel elevator patah (RPN: 126). Tindakan perawatan yang dilakukan untuk meminimalkan potensi breakdown adalah dengan melakukan penggantian komponen (replacement). Penggantian komponen dijadwalkan berdasarkan Mean Time Between Failure (MTBF) atau rata-rata waktu antar kegagalan suatu komponen. Berdasarkan perhitungan MTBF, liner wet kernel elevator dijadwalkan untuk diganti setiap 3.039 jam (7 bulan) penggunaan dan baut bucket wet kernel elevator dijadwalkan untuk diganti setiap 2.026 jam (5 bulan) penggunaan.


Heuristic ◽  
2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 87-94
Author(s):  
Nur Fadilah Fatma ◽  
Henri Ponda ◽  
Rizky Aditya Kuswara

Mesin beroperasi secara terus menerus menyebabkan menurunnya tingkat kehandalan peralatan serta menyebabkan sering terjadinya breakdown dan downtime yang tinggi pada mesin-mesinnya terutama pada mesin Extruder (ITE). Untuk meminimalisir terjadinya breakdown dan downtime maka perlu adanya sistem penjadwalan perawatan yang baik guna mencegah terjadinya kerusakan mesin. Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time to Repair (MTTR) adalah salah satu metode sebagai acuan untuk menetapkan jadwal perawatan yang efektif. Oleh karena itu, diperlukannya tindakan preventive maintenance agar dapat meningkatkan kinerja dari perusahaan, Dari hasil analisa didapatkan nilai Mean Time Between Failure (MTBF) 259,04 menit dan Mean Time to Repair (MTTR) 19.990,1 menit. Perubahan penjadwalan preventive maintenance dapat dilakukan dengan interval waktu 2 minggu sekali untuk aktivitas cleaning ac panel dan cleaning motor blower. Hasil penerapan tindakan preventive maintenance rata-rata 98% sehingga mesin mampu bekerja secara optimal.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 44-61
Author(s):  
César Marcelo Gallegos Londoño ◽  
Mayra Alexandra Viscaíno Cuzco ◽  
Sergio Raúl Sergio Raúl

El presente estudio está enfocado en proporcionar una serie lógica de pasos necesarios para el cálculo de los indicadores de fiabilidad, mantenibilidad y disponibilidad, para el ejemplo se tomaron los registros de una base de datos de 51 generadores prime, se recolectaron los tiempos operativos entre fallos y los tiempos de reparación de dichos fallos por un período de 11 meses. La fiabilidad de un equipo depende de su diseño y construcción, para medir la fiabilidad es necesario registrar los tiempos operativos entre fallos, con estos tiempos calcular su tiempo medio, conocido por sus siglas en ingles MTBF (mean time between failure).  El análisis de los tiempos de reparación de estos fallos y su media MTTR (mean time to repair) es la base de los estudios de la mantenibilidad. Las estrategias de mantenimiento deben enfocarse para extender los tiempos medios entre fallos y reducir los tiempos medios de reparación, con la finalidad de conservar la fiabilidad intrínseca de los equipos. Cabe mencionar que el mantenimiento preventivo no puede aumentar la fiabilidad por diseño de un dispositivo, si se realiza una buena planificación del mantenimiento podemos conservarla. Con la relación de estos indicadores mencionados se puede calcular la disponibilidad intrínseca. Otro aspecto importante es poder pronosticar la fiabilidad y la mantenibilidad, para ello es necesario tener un tratamiento estadístico con el estudio de funciones de distribución. El análisis de la fiabilidad, mantenibilidad y disponibilidad (análisis RAM por sus siglas en inglés) es una herramienta fundamental para predecir el rendimiento de equipos, provee información adecuada para anticiparnos a eventos de falla, esto proporcionará tiempo de reacción suficiente para tomar estrategias adecuadas. El pronóstico de la fiabilidad además es una herramienta muy útil cuando se requiere diseñar y construir equipos.


Technologic ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
Author(s):  
Nensi Yuselin ◽  
Edwar Rosyidi ◽  
Andika Yuda Pratama

Abstrak--PT. XYZ adalah anak perusahaan dari Astra International di bawah naungan PT. Astra Honda Motor (AHM). Perusahaan yang berdiri sejak 1991 ini bergerak pada dalam bidang industri tire dan tube. PT. XYZ memproduksi dua merk ban, yaitu FDR yang dijual bebas dan Federal yang merupakan ban Original Equipment Market (OEM) sepeda motor Honda tire dan tube. dalam produksi nya proses awal dimulai dari pencampuran Material hingga menjadi bahan siap pakai yang disebut Compound, yang berada di area Mixing, dimana terjadi downtime tertinggi pada periode bulan Januari-Maret 2019. Berdasarkan penilaian MTBF (Mean time between failure) pada Area Mixing, Line BB#9 merupakan line dengan pencapaian nilai MTBF terendah yaitu 9.02 Hari (rata rata pencapaian dalam periode Januari - Maret 2019) berdasarkan hal tersebut penulis melakukan analisa pada data bulanan Line BB#9, dan ditemukan bahwa factor penyebab dan penyumbang downtime dominan terdapat pada mesin Batch Off di Line BB#9, dengan menyumbang downtime 2736 Menit atau 43% dari jumlah downtime yang ada pada line BB#9, lalu dilakukan breakdown masalah, dan diketahui bahwa sumber masalah dominan adalah Rantai incline putus dengan downtime 2556 menit atau 96% dari jumlah downtime yang ada pada mesin Batch Off. Lalu dilakukan perbaikan dengan Menerapkan Total Productive Maintenance (TPM) dan modifikasi Free roll pada mesin Batch Off sehingga dapat mengurangi Downtime sebanyak 98% dan meningkatkan pencapaian MTBF menjadi 25 Hari, jumlah downtime yang berkurang juga berdampak pada pencapaian Availability rate yang meningkat sebesar 3% selama periode perbaikan bulan April - Mei 2019. Kata Kunci : Total Productive Maintenance, Availability Rate, Mixing, Compound, Downtime.


Author(s):  
A. M. Badiea ◽  
A. A. Adel ◽  
H. A. Aamer

The aims of this study are to introduce the appropriate preventive maintenance to the production line machines at the company to increase their reliability and reduction the shutdown, and to obtain more safety. Mean time between failure, mean down time and availability are investigated as the best indicators to generally evaluate all type of maintenance. Pareto diagram and Effect-Cause techniques both have been used for identifying where and what are the problems in the production lines. The big and serious way that the company staff was using was maintenance of run to failure. Many solutions in this paper are introduced to the company to follow the proper preventive maintenance. After one year monitoring to those production lines, their productivity increases by 15.47% and the reliability becomes high.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 23-35
Author(s):  
Herman Budi Harja ◽  
Nunu Ahmad Nugraha

Seringnya terjadi kegiatan perawatan (downtime) tidak terencana mesin Curing pada line produksi ban mobil PT XYZ merupakan indikasi adanya ketidakefektifan perawatan terencana (PM) yang diterapkan perusahaan. Downtime tidak terencana menyebabkan line produksi berhenti dan kehilangan waktu berproduksi, meningkatnya jumlah produk gagal saat setup, dan tingginya biaya perawatan mesin produksi. Perusahaan perlu meningkatan efektivitas dan efisiensi kinerja system perawatan melalui pembaharuan jadwal perawatan agar availability mesin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi komponen penyebab kegagalan fungsi mesin curing dan menghasilkan rekomendasi waktu interval perawatannya yang sesuai. Metoda distribusi Weibull digunakan untuk mendapatkan nilai index of fit time to failure beberapa komponen kritis mesin, menganalisa laju kerusakan komponen, menghitung nilai mean time between failure (MTBF) komponen sebagai durasi expected lifetime komponen tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat dua komponen kritis pada mesin curing dengan indikasi laju kerusakan seiring waktu (nilai β>1), yaitu silinder press dan EPV dengan nilai MTBF sebesar 89 hari untuk silinder press dan 231 hari untuk EPV. Hasil kajian ini mengusulkan pembaharuan jadwal PM mesin curing agar mempertimbangkan penambahan kegiatan PM baru yang mengakomodir nilai durasi expected lifetime dari komponen-komponen penyebab mesin breakdown, sehingga dapat meminimalkan downtime tidak terencana.


2019 ◽  
Author(s):  
J McBain

An electro-mechanical replacement for hydraulically-actuated controllable pitch propellers is described. The proposed mechanism applies a thread to the rotating shaft driven by the ship’s prime mover onto which a ferromagnetic nut is threadedly mated and spun by a stator-born electromagnet; the axial motion of the nut is used to manipulate the pitch of the rotatable blades. The design completely removes any mechanical coupling between the rotor and stator systems. An argument for the mechanism’s efficiency, ease of maintenance, and reduction of weight is provided in the form of reasoning by analogy for the already well studied differentiation between hydraulic and electric cylinders. Efficiency gains of 2-3 times, a doubling of mean-time-between failure, and a reduction of weight by 10% are inferred.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document