tunami n2
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

12
(FIVE YEARS 6)

H-INDEX

3
(FIVE YEARS 0)

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Tara Adventari ◽  
Widodo Setyo Pranowo ◽  
Dian Adrianto ◽  
Muhammad Ramdhan ◽  
Johar Setiyadi

Dari hasil relokasi kejadian gempa yang tercatat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan inversi data Global Positioning System (GPS) menunjukkan bahwa terdapat celah seismik (seismic gaps) di selatan Jawa, yaitu wilayah di sepanjang batas lempeng aktif yang tidak mengalami gempa besar atau gempa selama lebih dari 30 tahun. Pada zona tersebut diperkirakan terjadi penguncian (locked) terhadap pergeseran lempeng (slip deficit) yang berakibat pada akumulasi pengumpulan energi dan berpotensi menimbulkan gempa megathrust yang bersifat tsunamigenik. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan numerik tsunami menggunakan persamaan gelombang shallow water 2 dimensi dengan 3 skenario gempa megathrust akibat patahnya lempeng samudera di zona celah seismik selatan Jawa. Skenario patahan lempeng di selatan Jawa Barat menyebabkan gempa dengan Mw 8,9, di selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur sebesar Mw 8,8, dan untuk skenario patahan dari Jawa Barat sampai Jawa Timur sebesar Mw 9,1. Dari hasil simulasi selama 10 jam menggunakan software TUNAMI N2, dihasilkan gelombang tsunami setinggi maksimum 6 meter di pesisir selatan Jawa untuk gempa berkekuatan Mw 8,9, 12 meter untuk gempa berkekuatan Mw 8,8,  dan 20 meter untuk gempa berkekuatan Mw 9,1. Propagasi dan travel time tsunami diamati oleh outlet-outlet ARLINDO berupa shallow pressure gauge (SPG) yang ditempatkan di jalur-jalur ARLINDO.


Geosciences ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Kwanchai Pakoksung ◽  
Anawat Suppasri ◽  
Fumihiko Imamura

A probabilistic hazard analysis of a tsunami generated by a subaqueous volcanic explosion was performed for Taal Lake in the Philippines. The Taal volcano at Taal Lake is an active volcano on Luzon Island in the Philippines, and its eruption would potentially generate tsunamis in the lake. This study aimed to analyze a probabilistic tsunami hazard of inundated buildings for tsunami mitigation in future scenarios. To determine the probabilistic tsunami hazard, different explosion diameters were used to generate tsunamis of different magnitudes in the TUNAMI-N2 model. The initial water level in the tsunami model was estimated based on the explosion energy. The tsunami-induced inundation from the TUNAMI-N2 model was overlaid on the distribution of buildings. The tsunami hazard analysis of inundated buildings was performed by using the maximum inundation depth in each explosion case. These products were used to calculate the probability of the inundated building given the occurrence of a subaqueous explosion. The results from this study can be used for future tsunami mitigation if a tsunami is generated by a subaqueous volcanic explosion.


2020 ◽  
Author(s):  
Kwanchai Pakoksung ◽  
Anawat Suppasri ◽  
Fumihiko Imamura

Abstract A probabilistic hazard analysis of a tsunami generated by a subaqueous volcanic explosion is performed for Taal Lake in the Philippines. The Taal volcano in Taal Lake is an active volcano on Luzon Island in the Philippines, and its eruption would have a strong impact on humans around the coastal area of the lake. This study aims to develop a probabilistic tsunami hazard model of inundated buildings for tsunami mitigation in future scenarios. To develop the probabilistic tsunami hazard model, different explosion diameters were used to generate tsunamis of different magnitudes in the TUNAMI-N2 model. The initial water level in the tsunami model was estimated based on the explosion energy as a function of the explosion diameter. The tsunami-induced inundation from the TUNAMI-N2 model was overlaid on the distribution of buildings. The statistical distribution of inundated buildings can be modeled with the lognormal distribution, which exhibits the best fit among nine candidate statistical distributions. The tsunami hazard analysis is explained by using the conditional hazard curve and map. These products were used to calculate the probability of building inundation given the occurrence of a subaqueous explosion. The results from this study can be used for future tsunami mitigation in the case of a tsunami generated by a subaqueous volcanic explosion.


2019 ◽  
Vol 38 (2) ◽  
Author(s):  
Anlly Melissa Guerrero Castillo ◽  
Ronald Sánchez E.
Keyword(s):  

La geomorfología marina en el Pacífico colombiano, se caracteriza por presentar una zona de convergencia de las placas de Nazca y Sudamérica, generando un proceso de subducción Nazca por debajo de la Sudamericana, la alta actividad sísmica en la zona de subducción Colombo-Ecuatoriana. Se han presentado sismos precursores de tsunami, como lo son, los eventos de 1906 y 1979, que afectaron poblaciones costeras del sur del Pacífico colombiano. En su parte norte se evidencia una alta actividad sísmica que podría generar eventos fuertes precursores de tsunami afectando a las poblaciones costeras. Se evaluó la amenaza por tsunami a lo largo del Litoral Pacífico colombiano, a partir del cálculo de la altura del tsunami en las poblaciones de Tumaco, Curay, Juanchaco, Buenaventura, Ciudad Mutis y Juradó. Se utilizó el método determinista, para lo cual se simularon escenarios de tsunami, empleando dos fuentes sísmicas una para el bloque sur y otra para el bloque norte. Se utilizaron dominios de cálculo, construidos con datos batimétricos y altimétricos de alta resolución espacial. El modelo para la simulación de los escenarios de tsunami fue el modelo TUNAMI N2. Como resultado, se obtuvo el tiempo de llegada de la primera ola de tsunami y la inundación máxima en cada población costera. Se concluye que el área más vulnerable y afectada en caso de un tsunami en el Pacífico colombiano es Tumaco.


GEOMATIKA ◽  
2019 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Sesar Prabu Dwi Sriyanto ◽  
Nurfitriani Nurfitriani ◽  
Muhammad Zulkifli ◽  
Sandy Nur Eko Wibowo

<p>Kota Bitung sebagai salah satu kawasan strategis dan pusat perekonomian di Sulawesi Utara, berpotensi terdampak oleh bencana tsunami karena berada di pesisir Laut Maluku yang bisa menjadi lokasi pusat gempabumi besar pemicu tsunami. Untuk mengetahui potensi area terdampak dan waktu tiba tsunami di wilayah Bitung, dilakukan pemodelan penjalaran tsunami dengan skenario gempabumi Mw 7,9 dengan episenter di Laut Maluku menggunakan perangkat lunak TUNAMI-N2 (<em>Tohoku University’s Numerical Analysis Model Investigation of Tsunami No 2</em>). Data yang digunakan berupa parameter skenario gempabumi pembangkit dan data elevasi. Data elevasi terdiri dari data topografi primer hasil pengukuran lapangan menggunakan altimeter digital dan data sekunder berupa data batimetri dari GEBCO (<em>General Bathymetric Chart of The Ocean</em>) dan data topografi daratan SRTM (<em>Shuttle Radar Topographic Mission</em>) dari USGS (<em>United States Geological Survey</em>). Hasil pemodelan menunjukkan bahwa tsunami pertama kali mencapai di wilayah Bitung tepatnya di pantai timur Pulau Lembeh pada detik ke-520 setelah gempabumi. Ketinggian maksimum tsunami bisa mencapai 7,625 meter, sedangkan inundasi terjauh dan potensi area tergenang masing-masing mencapai 750 meter dan 2,1 km<sup>2</sup>. Lokasi dengan tingkat bahaya tertinggi ada di sebelah barat Pelabuhan Bitung karena topografi yang landai dan berhadapan dengan perairan yang berbentuk teluk sehingga terjadi amplifikasi gelombang. Pantai yang berbentuk teluk ini juga menyebabkan gelombang tertinggi terjadi pada gelombang yang kedua.</p>


Jurnal MIPA ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Brian Mambu ◽  
Gerald H. Tamuntuan ◽  
Guntur Pasau

Indonesia merupakan salah satu wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Wilayah beresiko tinggi terjadi gempa bumi dan tsunami berada di laut Sulawesi dimana terdapat zona subduksi Sulawesi Utara. Salah satu cara mitigasi tsunami adalah dengan mensimulasikan ketinggian dan waktu tiba gelombang tsunami. Karena berada di wilayah laut Sulawesi maka  Tahuna beresiko mengalami bencana tsunami. Pemodelan gelombang tsunami menggunakan software TUNAMI-N2. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa, ketinggian gelombang yang dapat menerjang  Tahuna adalah 0,23 m dengan waktu tiba sekitar menit ke-50Indonesia is one of the area that prone to disaster like earthquake and tsunami. The area with high risk for earthquake and tsunami to occur is located ini Sulawesi Sea where there have a North Sulawesi Subduction Zone. One way to mitigating tsunami is to simulate the height and arrival time of tsunami wave. Because of its position located in Sulawesi Sea, Tahuna City is very likely to struck by tsunami. The modelling of tsunami wave using TUNAMI-N2 software. The result yield the height of tsunami that could struck Tahuna City is 0,23 m with arrival time around 50 minutes


2018 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Nurfitriani Nurfitriani ◽  
Gybert E Mamuaya ◽  
Rignolda Djamaluddin ◽  
Tatok Yatimantoro

<p>Secara tektonik, zona subduksi di utara Gorontalo berpotensi menimbulkan gempa bumi yang dapat mengakibatkan tsunami. Kajian statistik seismisitas menunjukkan adanya indikasi celah kegempaan di wilayah tersebut dengan Magnitudo maksimum sebesar 8,2 Mw. Pemodelan tsunami dilakukan untuk mengestimasi ketinggian <em>run up</em> tsunami di pesisir pantai dan luasan daerah genangan tsunami sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Desa Dulukapa dan Deme 1. Pemodelan tsunami menggunakan teori gelombang linier di laut dalam dan gelombang perairan dangkal pada perairan dengan kedalaman dangkal dan daerah landaan dengan grid yang konstan dengan bantuan aplikasi TUNAMI-N2. Gempa bumi yang digunakan untuk pemodelan merupakan skenario terburuk berdasarkan tatanan tektonik dan sejarah kegempaan wilayah penelitian. Data yang digunakan meliputi data batimetri GEBCO (<em>General Bathymetric Chart Of The Ocean</em>) grid<em> </em>30 <em>arc second</em> dan topografi SRTM (<em>Shuttle Radar Topography Mission</em>) <em>grid</em> 1 <em>arc second</em><em> </em>yang dikeluarkan oleh USGS. Selanjutnya, data gempa bumi dan tsunami masing-masing diperoleh dari katalog gempa bumi <em>Advanced Nasional Seismic System</em> (ANSS) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil penelitian menunjukkan waktu penjalaran gelombang dari episenter ke pantai utara Desa Dulukapa 18,2–13,8 menit dengan <em>run up </em>9,8–13,8 m dan jarak terjauh landaan tsunami sejauh 800 m. Sementara itu, waktu tiba tsunami di Desa Deme 1 sekitar 18,8–23,83 menit dengan <em>run up <br /> </em>10,76–15,1 m, dan jarak terjauh landaan tsunami sejauh 830 m. Luasan daerah landaan tsunami mencapai 1900 m² pada kedua desa tersebut. Kedua desa tersebut merupakan wilayah yang rawan terdampak tsunami sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi bahaya tsunami untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan.</p>


2017 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Dedi Sugianto ◽  
I Wayan Nurjaya ◽  
Nyoman MN Natih ◽  
Wahyu W Pandoe
Keyword(s):  
Run Up ◽  

Studi ini mengkaji tentang potensi bahaya tsunami yang terjadi di pesisir pantai Lebak Banten. Zona subduksi di selatan Jawa merupakan wilayah yang menarik untuk dipelajari, karena didalam zona ini berpotensi terjadi gempabumi yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Wilayah Kabupaten Lebak Banten terletak di bagian selatan Jawa Barat dan berhadapan dengan sumber  tsunami di Samudra Hindia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui run- up yang terjadi akibat tsunami dari gempabumi di celah kegempaan (seismic gap) sekitar Palung Jawa, menghitung waktu tempuh yang diperlukan oleh tsunami tersebut hingga mencapai wilayah pesisir Lebak Banten dan mengetahui potensi rendaman di wilayah tersebut.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi simulasi skenario tsunami dari gempa bumi dengan kekuatan 8,7 SR dengan menggunakan model TUNAMI-N2 dan analisis hasil keluaran model. Berdasarkan analisis hasil simulasi menggunakan TUNAMI-N2 tersebut, run-up yang dapat terjadi akibat tsunami dari gempa bumi di celah kegempaan sekitar Palung Jawa umumnya mengikuti pola topografi ketinggian wilayah. Waktu tempuh yang diperlukan oleh gelombang tsunami pertama hingga mencapai wilayah pesisir Lebak berkisar antara 15 hingga 17 menit. Potensi rendaman tsunami wilayah pesisir Lebak jika terjadi gempabumi di celah kegempaan sekitar Palung Jawa pada umumnya terdapat  pada kategori sangat berbahaya mengingat tinggi run-up dapat mencapai lebih  dari 3 meter dari permukaan dan jarak maksimum rendaman mencapai 1,7 km dari garis pantai, dengan luas genangan 1271,34 ha.


2013 ◽  
Vol 13 (12) ◽  
pp. 3457-3467 ◽  
Author(s):  
M. H. Dao ◽  
H. Xu ◽  
E. S. Chan ◽  
P. Tkalich

Abstract. Accurate predictions of wave run-up and run-down are important for coastal impact assessment of relatively long waves such as tsunami or storm waves. Wave run-up is, however, a complex process involving nonlinear build-up of the wave front, intensive wave breaking and strong turbulent flow, making the numerical approximation challenging. Recent advanced modelling methodologies could help to overcome these numerical challenges. For a demonstration, we study run-up of non-breaking and breaking solitary waves on a vertical wall using two methods, an enhanced smoothed particle hydrodynamics (SPH) method and the traditional non-breaking nonlinear model Tunami-N2. The Tunami-N2 model fails to capture the evolution of steep waves at the proximity of breaking that was observed in the experiments. Whereas the SPH method successfully simulates the wave propagation, breaking, impact on structure and the reform and breaking processes of wave run-down. The study also indicates that inadequate approximation of the wave breaking could lead to significant under-predictions of wave height and impact pressure on structures. The SPH model shows potential applications for accurate impact assessments of wave run-up on to coastal structures.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document