Jurnal Perkeretaapian Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

82
(FIVE YEARS 47)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Jurnal Perkeretaapian Indonesia, Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun

2656-8780, 2550-1127

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 46-54
Author(s):  
Harie Boedi

Prototype automatic surface treatment yang spesifikasi di antaranya menggunakan seperangkat las oksi-asetilen, dengan penggerak motor DC 12V/24V, suplai daya accu 12V, serta pompa air 12V masih belum memiliki data teknis tentang peningkatan kekerasan yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasi perhitungan nilai kekerasan rel R.54 antara raw material dengan material yang mengalami automatic surface treatment. Pada penelitian ini metode pengujian yang digunakan adalah metode pengujian Brinell. Pada penelitian ini, dilakukan variasi jarak antara pemanas dengan pendingin dengan jarak 100mm, 130mm, dan 160mm .Hasil dari pengujian yang telah dilakukan,  variasi dengan jarak 160mm mengakibatkan kenaikan  nilai kekerasan paling tinggi. Meningkat sebesar 8,9355 BHN, sedangkan pada variasi 130mm sedikit lebih rendah yaitu 8,2581 BHN, serta pada variasi 100mm nilai kekerasannya hanya meningkat sebesar 6,9892 BHN. Dengan hal ini maka lifetime dari rel juga akan meningkat, diasumsikan dengan perhitungan umur rel pada lintas Politeknik Perkeretaapian Indonesia surface treatment dapat meningkatkan umur rel. Kata Kunci: Automatic Surface Treatment, Jarak, Kekerasan, Umur Rel.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 32-38
Author(s):  
Ajeng Tyas Damayanti

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat tingkat efektifitas balancing rotor pada komponen turbocharger dan mengetahui pengaruh balancing rotor terhadap resiko kerusakan turbocharger. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil balancing awal dan akhir rotor turbocharger. Data tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas balancing yang telah dilakukan. Data wawancara dengan teknisi Balaiyasa Yogyakarta akan menunjukkan seberapa besarnya pengaruh balancing yang telah dilakukan terhadap keseimbangan rotor. Dari hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan, diketahui bahwa persentase rata-rata dari efektifitas balancing pada blower sebesar 91,5%, sedangkan persentase rata-rata dari efektifitas balancing pada turbin sebesar 94,5%. Jadi rata-rata efektifitas balancing baik pada blower maupun turbin adalah sebesar 93%. Toleransi unbalance yang diizinkan dalam proses balancing adalah 0,56 gram. Dari hasil wawancara dengan teknisi Balaiyasa Yogyakarta diketahui bahwa apabila unbalance melebihi 0,56 gram maka akan mengakibatkan beberapa beberapa hal diantaranya rusaknya bearing dalam jangka waktu lama karena menahan putaran rotor yang tidak seimbang serta terjadi putaran yang tidak stabil sehingga turbin dan casing bergesekan dan mengakibatkan resiko retak atau pecah.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 39-45
Author(s):  
Safrudin Kurniawan
Keyword(s):  

Stasiun Nganjuk adalah stasiun kelas 1 (satu)  yang berada di Mangundikaran, kota Nganjuk, termasuk dalam Daerah Operasi 7 Madiun. Selama masa pandemi Covid – 19 di Stasiun Nganjuk diterapkan protokol kesehatan untuk mencegah atau mengurangi penularan virus corona mengikuti peraturan Menteri Perhubungan No. PM 18 Tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan atas penerapan protokol kesehatan di Stasiun Nganjuk pada masa pandemic Covid – 19 serta atribut apa saja yang harus dipertahankan atau ditingkatkan. Penelitian ini menggunakan Costumer Satisfaction Index (CSI) dalam menghitung seberapa besar persepsi kepuasan calon penumpang terhadap penerapan protokol kesehatan, dan menggunakan metode IPA (Importance Performances Analysis) untuk mengenal atribut mana yang sangat penting dan butuh perbaikan bagi penumpang untuk upaya peningkatan penerapan protokol kesehatan di Stasiun Nganjuk. Dari hasil penelitian ini tingkat kepuasan calon penumpang terhadap penerapan protokol kesehatan adalah sebesar 84,97 % masuk dalam kategori Sangat Puas.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 12-21
Author(s):  
Dwi Ardianta Kurniawan

Pembatasan operasional kereta api di masa pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan volume dan pendapatan angkutan penumpang KA di Indonesia sekitar 53%, sementara angkutan barang mengalami penurunan sekitar 5% dibandingkan tahun 2019. Kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengatasi dampak pandemi mencakup Optimasi Operasi yang berbasis efisiensi operasi, serta Adaptasi Pandemi yang berbasis minimalisasi kondisi 3C (Closed Space, Crowded Place, Closed Contact Setting). Dampak penerapan kebijakan tersebut perlu disimulasikan pengaruhnya terhadap biaya operasi (BO) dan pendapatan operasi (PO). Hasil perbandingan nilai PO dan BO (POBO), menjadi indikator seberapa kuat bisnis perkeretaapian mampu bertahan di masa pandemi. Nilai POBO di atas 1,0 menunjukkan bisnis masih mampu mencapai Break Event Point (BEP) yang berarti operator mampu mencapai pendapatan setara dengan biaya (tetap dan variabel). Titik kritis operasi perkeretaapian terjadi pada shutdown point yang menunjukkan pendapatan tidak mampu menutupi biaya tetap (fixed cost). Pada nilai shutdown point, bisnis perkeretaapian dikhawatirkan akan berhenti. Hasil perhitungan menunjukkan nilai POBO kedua kebijakan adalah 1,08 (kebijakan optimasi) dan 1,09 (kebijakan adaptasi pandemi). Profil ini menunjukkan ketahanan bisnis perkeretaapian berada pada ambang batas nilai Break Event Point (BEP), jauh di bawah nilai POBO pada tahun-tahun sebelum. Hal ini memperlihatkan bahwa dampak pandemi sangat signifikan terhadap cash flow perusahaan. Titik kritis shutdown point terjadi pada volume barang dan penumpang hingga sebesar 40% dibandingkan tahun 2019. Volume tersebut lebih rendah dibandingkan kondisi saat ini yaitu volume penumpang sebesar 50,5% - 55,5%; serta volume barang sebesar 81,5% dibandingkan volume tahun 2019. Besaran ini menunjukkan bahwa bisnis perkeretaapian masih memiliki daya tahan sebelum mengalami titik kritis shutdown point.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 22-31
Author(s):  
Dadang Sanjaya Atmaja

Perawatan sistem penambat merupakan upaya dilakukan agar penambat pada rel kereta api tetap dalam kondisi yang baik. Memasang dan melepas penambat di Indonesia menggunakan alat manual yaitu palu dan panpuller sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan kurang efektif, sehingga pengembangan alat ditujukan agar dapat meminimalisir penggunaan tenaga manusia, lebih efektif dan tidak memerlukan banyak waktu untuk memasang dan melepas penambat. Pembuatan alat pemasang dan pelepas penambat berbasis hidrolik ini dilakukan pengembangan alat lama menjadi alat baru. Alat pemasang dan pelepas penambat berbasis hidrolik memiliki panjang 105 cm, lebar 67 cm dan tinggi 91 cm yang mampu meminimalisir penggunaan tenaga manusia dan lebih efektif dalam pemasangan maupun pelepasan penambat. Penggunaan alat tersebut dengan cara menempatkan alat diatas rel dan memposisikan silinder hidrolik di depan penambat, kemudian pompa dengan menggunakan tuas pompa hidrolik hingga penambat dapat terpasang maupun terlepas. Dari hasil pengembangan alat ini dapat diketahui pemasangan dan pelepasan penambat dapat dilakukan dengan meminimalisir tenaga manusia dan memerlukan waktu yang efektif  yaitu 50 detik untuk proses pemasangan atau proses pelepasan 1 penambat tipe e-clip.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Ahmad Soimun ◽  
Arinda Leliana

Kota surabaya menjadi pusat kegiatan seperti perdagangan, industri bisnis dan pusat pemerintahan sehingga menuntut untuk orang melakukan kunjungan kekota tersebut. Untuk menarik minat masyarakat hinterland nya diperlukan angkutan umum yang dapat menjadi andalan dan memperhatikan jadwal layanan, ketepatan waktu dan headway. Sehingga angkutan umum tersebut dapat mengurangi tingkat kemacetan di kota tujuan dalam hal ini kota Surabaya. Perlu difikirkan juga konektifitas, fasilitas dan aksesbilitas di stasiun halte sebagai tempat baik turunnya penumpang. Kereta api commuter Surabaya Porong  harus terkoneksi dengan angkutan lainya sehingga perlu diperhatikan fasilitas dan aksesibilitas disetiap halte dan stasiun pemberhentian. Pengumpulan data dan survey dilakukan secara observasi langsung dilapangan dengan survey, mangamati dan mengukur fasilitas dan aksesbilitas yang ada. Fasilitas dan askesibilitas dari halte dan stasiun kereta commuter Surabaya Porong terlihat sudah ada sebagian meskipun ada kekurangan tetapi masih bisa berjalan untuk operasional masyarakat sekitar Surabaya dan Sidoarjo. Berdasarkan hasil analisis laju arus pejalan kaki pada waktu penelitian menunjukan nilai LOS untuk halte dan stasiun masih sangat baik dengan kategori A-B.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 48-57
Author(s):  
Balla Wahyu Budiarto

PT. KAI is a State-Owned Enterprise that provides rail transportation services. The purpose of this study is to provide recommendations for improvement of the main priority level of service user satisfaction to service providers PT. KAI towards improving services at Cepu Station which refers to the Minimum Service Standards (SPM) at stations contained in PM 63 of 2019 concerning Minimum Service Standards for Transportation of People by Train. This study uses a quantitative descriptive research type. The target of this research is to know the value of CSI, IPA and the calculation of the PGCV Index which is useful for assisting the IPA method in attribute improvement. The results of this study obtained a CSI value of 74%, namely with the predicate of being satisfied, the results of the IPA which became a priority to improve the quality of quadrant I and quadrant III and with the PGCV method the priority of improving service quality attributes that must be immediately repaired was in quadrant I there were 2 attributes namely station cleanliness, toilet cleanliness and comfort.Keywords: service quality, satisfaction level, Customer Satisfaction Index, Importance Performance Analysis, Potential Gain in Customer Value


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Wawarisa Alnu Fistcar

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui pengaruh ketidakstabilan geometri terhadap ketahanan struktur jalan rel yang difokuskan pada struktur atas jalan rel. Dalam mengkaji nilai penyimpangan geometri lintasan menggunakan perhitungan standar deviasi pada setiap parameter pengukuran, yang selanjutnya diolah menjadi nilai track kualitas indeks (TQI). Data parameter pengukuran di dapatkan dari kereta ukur Galunggung untuk tahun 2018 dan kereta ukur EM-120 untuk tahun 2019. Perbedaan hasil perhitungan nilai kualitas jalan rel (TQI) dengan tahun yang berbeda, dijadikan patokan untuk penentuan lokasi survey manual dengan menggunakan alat ukur matisa dan meter listring. Hasil pengukuran geometri dilapangan dimodelkan dengan program bantu perhitungan kekuatan struktural. Simulasi model dengan melakukan analisis menggunakan Finite Elemen Method (FEM) terhadap beberapa kondisi sesuai dengan kategori penyimpangan geometri (TQI). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa, propertis material bantalan, dengan kaut tekan beton (Fc’) 54 MPa dan kuat tarik wire prestressed (Fy) 1400 MPa, tipe rel adalah R.54, serta properti balas sesuai PM.60 tahun 2012. Beban aksial yang bekerja sebesar 16.241 Kg, Dari hasil analisa pada nilai penyimpangan geometri kategori 3 (25<TQI<40), didapatkan spesimen bantalan (B4) mengalami tegangan tekan 15.566 MPa dan tegangan tarik sebesar 5.178 MPa. Analisa kondisi tersebut, material beton tidak dapat menumpu gaya tarik yang dipersyaratkan yaitu, 4.632 MPa (0.32 Fc0.67). Demikian terjadi juga, pada kondisi penyimpangan geometri kategori 4 (TQI > 40).


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Arinda Leliana ◽  
Ahmad Ependi ◽  
Ainun Fikria
Keyword(s):  

Mulai 1 Desember 2019 Kereta Api Bandara Adi Soemarmo Solo beroperasi dengan rute Stasiun Solo Balapan-Bandara Adi Soemarmo, dengan jarak sejauh 12,9 kilometer, dan rata-rata waktu tempuh selama 20 menit. Mobilitas pergerakan dapat menyebabkan proses pemilihan moda. Pemilihan moda merupakan salah satu model yang digunakan dalam perencanaan transportasi angkutan umum. Hasil perhitungan probability perpindahan untuk variabel usia dan pekerjaan responden merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan. Setelah dilakukan analisis akhir dengan pengkategorian untuk tiap variabel usia dan pekerjaan, maka didapatkan kategori tiap Usia (2) yaitu usia 21-30 tahun dan usia (3) yaitu usia 31-40 tahun. Untuk kategori tiap variabel pekerjaan yang signifikan yaitu pekerjaan 1 pelajar/mahasiswa, pekerjaan 3 BUMN, dan pekerjaan 4 pegawai swasta. Hasil perhitungan probabilitas menunjukan semakin bertambah usia responden maka probabilitasnya mengalami mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya umur seseorang maka akan cenderung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena lebih mudah mobilitasnya, lebih aman, dan lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang usia muda akan lebih banyak memilih menggunakan angkutan umum untuk mobilitasnya karena lebih terjangkau serta lebih murah. Begitupula dengan pekerjaan, para pelajar/mahasiswa probabilitasnya lebih tinggi dibandingkan Pegawai swasta maupun BUMN karena intensitas mobilitas nya tidak sesering Pegawai swasta maupun BUMN.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Mariana Diah Puspitasari

PT Kereta Api Indonesia (KAI) during 2019 and 2018 calculated that there had been 655 accidents at level rail crossings. Accidents often occur in high traffic areas such as the Telecommunication Signal Resort 4.6 SMT. So the researchers conducted research in order to find out the performance of the railway operating facilities under the auspices of the Telecommunication Signal Resort 4.6 SMT as well as public perceptions of its performance. Researchers used a sound level meter to measure the loudness level of the level rail crossings siren sound at the research location. Furthermore, it is compared with the standards stipulated in the Minister of Transportation Regulation Number 44 of 2018. Then tested using Anova to find out whether the population mean will be of the same value using data from each population. Furthermore, an unstructured interview was conducted to hear the perceptions of road users on the performance of the operational facilities at level rail crossings which became the research object. The results showed that the five level rail crossings which were the object of the study had the loudness level of the siren sound below the set standard. In contrast, flat cross lights perform well. Meanwhile, the public perception of the operational facilities at level rail crossings is that they are functioning well.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document