Jurnal Analis Kesehatan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

53
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

2623-0739, 2252-3553

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 75
Author(s):  
I Gusti Agung Dewi Sarihati ◽  
Putu Dita Pratiwi ◽  
I Gusti Agung Ayu Putu Swastini

<p class="normal" align="center"><strong>Description </strong><strong>o</strong><strong>f Blood Glucose Levels </strong><strong>i</strong><strong>n Hypertension Patients </strong><strong>in</strong><strong> Mendoyo Public </strong><strong>H</strong><strong>ealth </strong><strong>C</strong><strong>enter</strong></p><p class="normal" align="center"> </p><p class="normal"><strong> Abstract</strong></p><p class="normal"> </p><p>Hypertension is a degenerative disease that still affects many people in Bali Province. Hypertension occurs due to many factors where it can start from genetics and lifestyle. Hypertension can lead to insulin resistance which is the main cause of increased blood glucose, so that people who suffer from hypertension have the risk of suffering from diabetes mellitus. The purpose of this study is to describe the current blood glucose levels in  patients with hypertension at Puskesmas II Mendoyo. Method this research  uses descriptive quantitative method involving 30 respondents through purposive sampling technique. The research was conducted in March - April 2021. Data collection was carried out by filling out questionnaires and examining blood glukose level with POCT EasyTouch GCU. The results showed that (13.3%) patients with hypertension had blood glucose levels in the non-DM category, (80%) with the uncertain DM category, and (6.7%) in the DM category. The average blood glucose level is 120.7 mg/dl with the lowest level is 84 mg/dl and the highest level up to 273 mg/dl. In conclusion, most patients with hypertension have blood glucose levels during the uncertain DM category.</p><p><strong>Keyword</strong>s: blood glucose levels; hypertension; diabetes melitus</p>


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Fitria Sayekti ◽  
Didik Eka Saputra

<p>Kopi dan teh merupakan salah satu minuman paling populer di Indonesia. Dalam kopi dan teh terdapat kandungan kafein. Kafein aman untuk dikonsumsi namun jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada organ ginjal. Batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman yang diperbolehkan adalah 150 mg/hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh histopatologi pada ginjal tikus putih <em>Rattus norvegicus</em> setelah pemberian seduhan kopi <em>(Coffea cenephora</em>), dan teh hitam <em>(Camellia sinensis</em> L). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 kelompok perlakuan yaitu 1 kontrol, 3 perlakuan kopi dan 3 perlakuan teh. Jaringan ginjal diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil uji Mann-Whitney nilai asymp.Sig  &lt;0,05. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan seduhan kopi dan teh dengan kelompok kontrol (tanpa perlakuan). Seduhan kopi dan teh hitam dapat memberikan efek terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putihberupa degenerasi dan piknotik dan semakin tinggi dosis seduhan yang diberikan semakin besar efek kerusakan yang terjadi.</p>


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Sri Hartini Harianja ◽  
Ardiya Garini

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Eem Hayati ◽  
Adang Durachim ◽  
Betty Nurhayati ◽  
Aditya Juliastuti

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Mimi Sugiarti ◽  
Eka Sulistianingsih
Keyword(s):  
P Value ◽  

<p>Setiaplaboratoriumharusmemberikanhasil yang teliti, cepat dan tepat.Dari total kesalahanlaboratorium 61% merupakankontribusidarikesalahanpraanalitik, kesalahananalitik 25%, dan kesalahanpascaanalitik 14%. PraAnalitik merupakantahappersiapanawal, tahapini sangat menentukankualitassampel yang akandihasilkan dan proses kerjaselanjutnya. Ada duakelompokpraanalitikyaitupraanalitikekstralaboratorium dan praanalitik intra laboratorium. Proses praanalitikmeliputipersiapanpasien, cara dan waktupengambilansampel, pengirimansampelkelaboratorium, penanganan, perlakuanterhadap proses persiapansampelsampaiselesaidikerjakan.Kondisi serum lipemikdapatmenggangguhasilpemeriksaankimiadarah ,kususnyapemeriksaanGlukosa , SGOT dan SGPT.Dilakukanpreparasisampellipemiksebelumpemeriksan parameter tersebut. PreparasiberupapresipitasimenggunakanPoliethilenGlikol( PEG).6000 8% SupernatandigunakanuntukpemeriksaanGlukosa dan SGOT ,SGPT. TujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuipengaruhpresipitasimenggunakanPoliethylenGlikol pada serum LipemikterhadaphasilpemeriksaanGlukosa,  SGOT  dan SGPT. Penelitiandilakukan di Laboratorium Kimia KlinikJurusan Analis Kesehatan, sampellipemikdiperiksasebelum dan sesudahpresipitasimenggunakan (PEG) 6000 8% sejumlah 30 kali pengulangan.Hasilsebelum dan sesudahpresipitasi di analisamenggunakan Independent Sampel T test.diperoleh p value sebesar 0,000 berartiadaperbedaansebelum dan setelahpresipitasidengan PEG 6000.8%.</p>


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Sri Wantini ◽  
Misbahul Huda
Keyword(s):  
T Test ◽  

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian. Pengecatan giemsa merupakan teknik pengecatan yang paling bagus dan sering digunakan untuk mengidentifikasi parasit yang ada di dalam darah. Variasi konsentrasi dan lama pengecatan berpengaruh terhadap hasil pembacaan sediaan darah. Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya pengaruh konsentrasi dan waktu pengecatan giemsa terhadap kualitas sediaan pada pemeriksaan Mikroskopik Malaria. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pra-eksperimen, uji statistic menggunakan uji T-Test independen dan Regresi Linier Ganda. Sampel yang di gunakan adalah darah mengandung Plasmodium malaria, kemudian di buat sediaan dan di warnai dengan konsentrasi giemsa (3%, 5%, 7%, 9%, 11%, 13%, dan 15%) dan Waktu pengecatan 5,10,15,20,25,30,35,40,45,50 (menit). Hasil Penelitian menunjukkan berdasarkan analisis bivariat Ada hubungan antara konsentrasi terhadap hasil pengecatan giemsa dengan nilai <em>p-value </em>= 0,002. Ada hubungan antara waktu terhadap hasil pengecatan giemsa dengan nilai <em>p-value </em>= 0,000. Berdasarkan analisis multivariat menunjukkan Pada konsentrasi 9% dengan nilai <em>Beta</em>=0,484 dan waktu 25 menit dengan nilai <em>Beta</em>=0,072<strong>. </strong>Kesimpulan pada konsentrasi 9% dan waktu 25 menit merupakan pengecatan giemsa yang efektif untuk Pemeriksaan Mikroskopik Malaria. Saran: ATLM dalam melakukan pemeriksaan mikroskopis malaria, diharapkan melakukan uji mutu internal, serta menggunakan konsentrasi 9% dalam waktu 25 menit.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Evivana Pranika Murti ◽  
Nuroh Najmi ◽  
Apriani Apriani ◽  
Rina Setyawati

<p>Kanker memiliki ciri mempertahankan sinyal proliferatif, menghindari penekan pertumbuhan, terjadi invasi dan metastasis, menginduksi angiogenesis, memungkinkan replikatif yang immortal, dan melawan kematian sel. Kanker kolorektal (CRC) merupakan hubungan kompleks dari sel tumor, sel non-neoplastik, dan sejumlah besar mikroorganisme. Deteksi dini pada awal lesi dapat menurunkan mordibitas dan mortilitas keganasan, sehingga penting dilakukan skrining. Pemeriksaan CEA dan M2PK dapat dilakukan sebagai tes skrining yang dilakukan di laboratorium. Beberapa Laboratorium sering kali hanya melakukan 1 pemeriksaan saja seperti CEA tanpa M2PK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pemeriksaan CEA dan M2PK sebagai tes skrining kanker kolorektal. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode komparatif. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2020 di Laboratorium Multilab Rawamangun. Sampel penelitian berasal dari 30 orang subjek yang dipilih berdasarkan kriteria harus melakukan pemeriksaan CEA dan M2PK secara bersamaan. Hasil uji statistik menggunakan uji <em>Mann-Whitney</em> diperoleh hasil p <em>value</em> 0,000. Hasil analisa tersebut menujukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan CEA dan M2PK sebagai diagnosis kanker kolorektal. Pemeriksaan CEA dan M2PK dapat digunakan sebagai tes skrining awal pada pemeriksaan kanker kolorektal.</p>


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Nurminha Nurminha ◽  
Sri Nuraini
Keyword(s):  

<p>Minyak goreng yang digunakan berulang untuk menggoreng berbagai jenis makanan dapat menyebabkan kerusakan pada minyak. Bilangan Peroksida  salah satu  indikator kerusakan minyak goreng. Untuk menurunkan bilangan peroksida dengan menambahkan antioksidan kedalam minyak goreng.  Biji alpukat (<em>Persea Americana Mill</em>) memiliki aktivitas antioksidan 93,037 % dan mengandung flavonoid dan polifenol dan bersifat sebagai antibakteri dan anti kanker. Tujuan penelitian  untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk biji alpukat terhadap penurunan bilangan peroksida pada minyak goreng curah dengan variasi konsentrasi 0,5; 10; 15; 20; 30 dan 40 %, lama pengadukan 30, 60, 90 dan 120 menit. Desain penelitian  eksperimantal. Waktu penelitian  bulan Juli-November 2018. Analisa data menggunakan uji Anova.  Hasil penelitian didapatkan bilangan peroksida pada minyak goreng curah sebelum pemanasan 4,85 mek O<sub>2</sub>/kg dan setelah pemanasan 18,56 mek O<sub>2</sub>/kg  pada minyak goreng curah sebelum penambahan serbuk biji alpukat. Bilangan peroksida minyak goreng curah setelah penambahan serbuk biji alpukat didapatkan hasil maksimal pada konsentari 40 % dengan waktu pengadukan 120 menit  yaitu 5,8 mekO<sub>2/</sub>kg. Kesimpulan ada pengaruh penambahan serbuk biji alpukat (<em>Persea Americana Mill</em>) yang signifikan antara waktu pengadukan dengan penurunan bilangan peroksida pada minyak goreng curah p-value 0.000.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document