JURNAL RUPA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

61
(FIVE YEARS 31)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Telkom University

2503-1066, 2503-1627

JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Assayyidah Bil Ichromatil Ilmi

Nowadays, society perspective about vintage fashion as old-fashioned can be changed. This study aims to discuss the alteration perspective of society about vintage fashion. This discussion is conducted to see the other side of vintage fashion. This research is different from other fashion studies because it wants to show how to view the value of a fashion not in general way, especially using deconstruction approach. This study used qualitative methods in the form of interviews to get the data. The interviewees of this research were four young women who like to follow fashion development through social media. Their opinions are used as society representatives about vintage fashion. It will be connected with the theory of deconstruction like 'Differance.' In this case, people's perspective on vintage fashion changes due to the influence of influencers from various social media so that vintage fashion can be juxtaposed with modern style today. Therefore, vintage can get an identity as nowadays's clothes.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Rendy Pandita Bastari ◽  
Wahyu Lukito ◽  
Fauzi Arif Adhika

The internet is one of information, business and entertainment source to date. It’s also the apparatus for communication. Thus, the internet become one virtual world, it possessed almost the same mechanism as the real world, and subsequently rising new culture. One of the internet cultures is internet meme. Recent study conducted on internet meme conclude that the internet meme is another way of communication and the sample of the study is fairly obsolete. This study is an endeavor of new approach on internet meme, seeing it as a visual culture and phenomenon rather than mere communication phenomenon. This research also seeks to provide a novelty of understanding about internet memes. Three samples of internet meme were taken, ranging from 2018 to 2020. Samples is analyzed using visual methodology by looking at 3 sites of the sample image: production, image, and audience. Each of the sites contain 3 modalities: technology, compositionality, and social which will be elaborated through this study. The result of the study is that the internet meme can be a visual representation of important events from the history presented in more amusing way by people, although the communication aspect is still attached. The internet meme is also an attempt to respond an important historical event of their time in an amusing way.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Adrian Permana Zen ◽  
Dyah Ayu Wiwid Sintowoko ◽  
Iqbal Prabawa Wiguna ◽  
Arfi Andrian ◽  
Gregorius Kresna Haga Ginting

Tahun 2020 merupakan tahun awal terjadinya pandemic atas penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh coronavirus. Dengan adanya pandemic virus corona ini, memberikan dampak dampak yang menghasilkan adanya tren terbaru dari kehidupan yang biasanya, seperti perubahan lifestyle. Kondisi ini dikarenakan dalam masa social distancing dimana arahan masyarakat untuk tidak saling berinteraksi, menimbulkan kebiasaan kebiasaan yang sebelumnya belum diterapkan. Hal ini membuat sebuah tren baru yang memunculkan pemanfaatan teknologi virtual seperti musem virtual dan lainnya. Salah satunya adalah aktifitas ketika berkarya dalam fotografi. Dalam fotografi kemunculan tren yang diakibatkan oleh COVID-19 ini adalah tren virtual photoshoot. Tren ini dapat dilihat dalam sosial media dimana penggunaan virtual photoshoot ini menjadi sebuah era fotografi yang baru dalam melakukan photoshoot jarak jauh. Kajian yang akan dibahas dalam jurnal ini adalah pengaruh dampak COVID-19 dalam perkembangan tren virtual photoshoot ini kedalam perubahan budaya fotografi dalam pemotretan. Hasilnya merupakan kajian awal berupa informasi virtual photoshoot ini dalam proses awal dalam perubahan perkembangan fotografi.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Erri Fajarriny Suwandi ◽  
Yan yan Sunarya

Salah satu ciri khas Kota Bima terletak pada kerajinan tangannya yakni kain tenun yang dibuat oleh Suku Mbojo secara turun temurun. Motif motif yang sering digunakan yakni motif-motif dengan gambar bunga, daun ataupun garis-garis. Setiap motif memiliki maknanya tersendiri dan merupakan bentuk pesan yang digunakan oleh masyarakat zaman kerajaan Bima sebelum mengenal tulisan. Seiring perkembangannya waktu, makna motif-motif yang diwariskan telah mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut ditandai dengan penenun modern yang tidak mengetahui makna tersebut. Dengan adanya fenomena tersebut, maka ilmu yang diturunkan oleh generasi sebelumnya akan terhenti pada penenun saat ini, sehingga nilai budaya yang terkandung menjadi tidak ada bahkan sukar untuk diterjemahkan. Kajian utama dalam penelitian ini yakni menganalisis motif tenun Bima, dengan menggali keempat motif utama untuk menemukan makna yang terkandung didalamnya. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif, di mana pada metode ini pengumpulan data didukung oleh studi literatur, kemudian pengamatan lapangan serta wawancara untuk mengetahui kajian motif secara keseluruhan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari metode kualitatif dilanjutkan dengan analisis secara lebih dalam menggunakan teori bentuk bahasa rupa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan referensi kepada para penenun Suku Mbojo agar dapat mengetahui makna yang motif yang terkandung dalam tenunan Bima, dalam upaya melestarikan budaya Bima.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 34
Author(s):  
Mukhsin Patriansah ◽  
Reza Sastra Wijaya

Wujud karya seni merupakan representasi dari sebuah realitas. Dalam merepresentasikan realitas tersebut seorang seniman berusaha merestruktur tanda atau bahkan menciptakan tanda-tanda baru. Ekspresi yang dituangkan ke dalam medium seni merupakan suatu kebaruan dan belum pernah terumuskan sama sekali melalui kode-kode yang ada, sehingga menciptakan diskursus baru (new discourse). Dengan segala kemampuannya siseniman melahirkan tanda-tanda baru di dalam karyanya dengan cara mengaitkan suatu objek dengan objek lainnya berdasarkan aturan yang berlaku secara umum (konvensi). Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotika Peirce untuk membedah sistem tanda yang terdapat pada karya seni grafis Reza Sastra Wijaya. Secara kontekstual, korelasi sistem tanda yang terdapat dalam karya ini dengan judul karya yakni “cara curang” dan materi subjek atau gagasan pokok yakni tentang kasus “suap” dapat diartikan bahwa dengan uang “suap atau sogok” segala sesuatu bisa diraih dan dicapai tanpa mengikuti aturan-aturan yang berlaku secara konvensi. Pesan simbolik inilah yang ingin disampaikan siseniman melalui karya seni grafis ini yang dikaitkan dengan permainan catur yang merupakan permainan adu taktik dan strategi dalam mencapai suatu kemenangan. Penelitian ini bertujuan memberikan pengetahuan kepada para insan akademisi terhadap kajian ilmu semiotika, sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana sistem tanda yang dihadirkan dalam karya seni rupa dan desain.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 54
Author(s):  
Fajar Ciptandi ◽  
Rachmah Firstriani ◽  
Sisca Dewi

Pada Desa Citumang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat, tumbuhan paku hata (Lygodium circinatum) tumbuh dengan subur. Tumbuhan paku hata yang melimpah dimanfaatkan oleh masyarakat Citumang menjadi produk kerajinan seperti tas, topi dan hiasan dinding. Produk yang dihasilkan para pengrajin paku hata di Citumang belum memiliki ciri khasnya tersendiri sehingga seringkali disebut sama dengan kerajinan paku hata di Bali dan Lombok. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengembangan desain, warna dan teknik pada produk kerajinan. Untuk menampilkan ciri khas pada kerajinan paku hata di Citumang maka dilakukan proses eksperimen pewarnaan alami, desain struktur dan komposisi motif, sehingga para pengrajin dapat menciptakan inovasi pada produk kerajinan tersebut. Eksperimen yang dilakukan berhasil menunjukkan ciri khas produk kerajinan paku hata dengan membutanya tampilnya lebih estetis. Eksperimen pun mampu membantu mengembangkan kreativitas dan wawasan para pengrajin paku hata di Citumang.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Pingki Indrianti ◽  
Oki Kurniawan

Sejak pandemi COVID-19 pemerintah Indonesia memberlakukan protokol kesehatan 5M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menghindari kerumuan, menjaga imunitas tubuh). Seiring himbauan penggunaan masker bagi masyarakat umum, bermunculan masker nonmedis berbahan kain (cloth mask) dengan desain yang beragam dan unik, khusus nya untuk mendukung gaya hidup. Hasil pengamatan melalui sejumlah sumber, terdapat kebutuhan lain pada masker kain yaitu terhadap komunikasi nonverbal pada ekspresi wajah (kinesik fasial) yang mana saat menggunakan masker, ekspresi wajah khususnya pada gerakan mulut (bibir) seringkali tidak terlihat. Komunikasi nonverbal tersebut tentunya akan sangat dibutuhkan baik bagi masyarakat difabel tuna rungu maupun tuna wicara maupun masyarakat pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik material masker kain nonmedis yang dapat mendukung kenyamanan komunikasi non verbal kinesik fasial. Penentuan material juga dipertimbangkan dari segi estetika visual, agar masker tetap dapat mendukung tampilan berbusana sehari-hari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode eksperimen pada sejumlah masker nonmedis dengan berbagai variasi material. Hasil penelitian menunjukan bahwa masker dengan kombinasi material transparan seperti kain organza dove sintetis (poliamida) dan plastik PVC, cukup dapat membantu komunikasi nonverbal pada ekspresi wajah dengan tetap memiliki proteksi droplet maupun aerosol. Penelitian ini perlu disempurnakan dengan pemanfaatan teknologi filtrasi, sehingga masker lebih nyaman saat digunakan.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 96
Author(s):  
Lisa Levina Jonatan ◽  
Stella Sondang

Keberadaan rumah makan saat ini tidak hanya mengandalkan makanan yang enak dan lezat, tetapi juga penting untuk memilih gaya desain interiornya. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi kafe tersebut. Sagoo Kitchen merupakan salah satu restaurant menarik di Bandung yang ingin menampilkan suasana mengenang masa lalu yang indah. Cara untuk memvisualisasikan suasana tersebut adalah dengan menampilkan konsep gaya desain eklektik. Eklektik adalah tren dalam sastra, seni, desain, dan arsitektur, sebuah kekuatan yang menggabungkan gaya dengan karakternya yang luar biasa. Kafe ini bergaya Kolonial Belanda dan peranakan dari segi elemen interior seperti lantai, dinding, langit-langit, furnitur, dan elemen dekoratif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, data diperoleh dari observasi langsung. Kemudian melakukan studi literatur untuk mendapatkan pendukung pendukung yang berkaitan dengan objek studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dua kesimpulan yaitu Pertama, penerapan gaya eklektik di Dapur Sagoo berkorelasi kuat dengan citra mengenang masa lalu. Kedua, konsep eklektik antara Kolonial Belanda dan Peranakan dapat menciptakan harmoni yang indah, yang di dalamnya terdapat citra lokal budaya Indonesia.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Agus Dody Purnomo

Sengkalan Memet merupakan salah satu bentuk sengkalan yang berwujud susunan gambar, patung, ornamentik bahkan bangunan. Sengkalan Memet tidak hanya berfungsi sebagai hiasan saja namun juga sebagai simbol angka tahun. Umumnya Sengkalan Memet tertera pada bangunan-bangunan penting dan bersejarah seperti keraton, masjid Agung, dan sebagainya. Keraton Kasepuhan Cirebon dan Taman Sunyaragi merupakan bangunan cagar budaya yang menyimpan Sengkalan Memet. Penelitian ini mengkaji keberadaan Sengkalan Memet pada kedua lokasi cagar budaya tersebut. Metoda penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan generasi sekarang untuk mengenal Sengkalan Memet. Selain itu juga mampu menjadi sumber inspirasi bagi desainer, arsitek, dan seniman dalam proses perancangan. Sehingga karya-karya mereka mampu memiliki nilai tambah dan keunikan yang berangkat dari kekayaan kearifan lokal.


JURNAL RUPA ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Maradita Sutantio

Artikel ini mengulas fungsi pakaian dan produk fashion, yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pelindung tubuh – namun juga dapat menjadi suatu alat komunikasi dan perlawanan. Fashion secara simbolik menyusun mitos-mitos yang secara kolektif memaparkan suatu penanda situasi dalam berbagai era. Hal ini termasuk munculnya fenomena slow fashion dan sustainable fashion yang kerap muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap gelombang fast fashion dalam dunia fashion. Sistem ini muncul dari negara-negara maju dari Amerika, Inggris, Eropa dan Australia dengan standar-standar yang disusun dalam sistem sirkular. Sustainable fashion dianggap sebagai solusi dari timpangnya sistem industri produk fashion. Dalam kesadaran budaya kolektif, fashion yang menggunakan bahasa dan penanda khusus di luar fungsi utamanya sebagai pelindung tubuh, fashion juga mengkonstruksi tanda dalam diri pemakainya sebagai suatu entitas yang mampu berkomunikasi secara utuh. Sehingga ia diidentifikasi menjadi sebuah produk mandiri dan tunggal yang diasosiasikan dengan pemaknaan tersendiri. Dengan kajian teoritis dari Roland Barthes, artikel ini menunjukan bahwa fashion terdiri dari bentukan bahasa dan ekspresi konsumen dalam selubung konsumerisme, materialisme, komersialisme, dan gelombang marketing tentang fashion, sehingga kita hampir tidak menyadari bahwa kita telah mengesampingkan hal-hal primordial manusia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document