Buletin Veteriner Udayana
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

128
(FIVE YEARS 96)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Udayana

2477-2712, 2085-2495

Author(s):  
Ni Luh Lasmi Purwanti ◽  
I Putu Sampurna ◽  
Ni Nyoman Werdi Susari
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dimensi panjang tubuh kerbau lumpur (Bubalus bubalis) jantan dan betina di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini mengukur 54 ekor kerbau lumpur (jantan 27 ekor dan betina 27 ekor) asal Lombok Tengah. Umur kerbau yang diukur mulai dari umur sembilan bulan sampai dengan 20 bulan, dan masing-masing kerbau lumpur jantan dan betina diukur pada umur yang sama terdiri dari tiga ekor. Pengukuran dimensi panjang tubuh dilakukan tiap bulan sebanyak 18 ekor terdiri dari sembilan ekor jantan dan sembilan ekor betina. Sehingga pengukuran dilakukan selama tiga bulan. Data yang diperoleh dianalisis dengan multivariant dan regresi power. Hasil analisis multivariant menunjukan bahwa laju pertumbuhan dimensi panjang tubuh kerbau lumpur jantan berbeda nyata dengan betina (P<0,05) di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil analisis regresi power menunjukan koefisien korelasi masing-masing dimensi panjang kepala, tanduk, telinga, leher, tubuh dan ekor kerbau lumpur jantan dan betina berbeda nyata (P<0,05). Dimensi panjang tubuh kerbau lumpur jantan yang paling dini tumbuh yaitu dimensi panjang kepala kemudian disusul oleh panjang tubuh, panjang ekor, panjang leher, panjang telinga, dan yang terakhir tumbuh adalah panjang tanduk. Sedangkan dimensi panjang tubuh kerbau lumpur betina yang paling dini tumbuh yaitu dimensi panjang kepala, panjang tubuh dan panjang telinga, kemudian disusul oleh panjang ekor, panjang leher dan terakhir panjang tanduk yang memiliki laju pertumbuhan belakangan.


Author(s):  
I Nyoman Suartha ◽  
Luh Made Sudimartini ◽  
Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas dari krim ekstrak herbal dengan komposisi kombinasi ekstrak daun nimba, pegagan, dan sirsak untuk membantu persembuhan penyakit radang kulit (Dermatitis) kompleks pada anjing. Secara in vitro ekstrak herbal di atas telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab dermatitis. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Non Steril Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.Sediaan krim dibuat dalam tiga formulasi, masing-masing formulasi dari sediaan tersebut di evaluasistabilitasnya pada suhu kamar. Evaluasi stabilitas sediaan krim meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar, dan uji viskositas. Hasil yang telah didapat sediaan krim stabil pada suhu ruang selama satu bulan dan formula yang stabil adalah formula 1.  Disimpulkan krim ekstrak herbal formula 1 stabil pada suhu ruang selama satu bulan.


Author(s):  
Putu Jodi Wiraguna Tangkas ◽  
Nyoman Suarsana ◽  
I Wayan Nico Fajar Gunawan

Radikal bebas berasal dari proses metabolisme dan faktor eksternal yang dapat menyebabkan tidak stabilnya sel darah. Antioksidan dapat melindungi sel darah dari serangan radikal bebas, yang bersumber dari kulit pisang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit pisang kepok terhadap profil darah tikus putih yang diberikan latihan intensif. Rancangan Penelitian menggunakan metoda rancangan acak lengkap (RAL) dengan sampel 27 ekor tikus putih jantan (200-225 gram/ekor) dibagi menjadi 3 perlakuan yang masing-masing terdiri atas 9 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0), kelompok renang (P1), dan kelompok renang dan ekstrak pisang (P2) selama 28 hari. Spesimen darah diambil melalui vena orbitalis, selanjutnya dilakukan uji hematologi lengkap untuk mengentahui profil darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hemoglobin dan total eritrosit P1 nyata lebih rendah (P<0.05) dari kontrol (P0), sedangkan P2 tidak berbeda nyata dengan kontrol (P0). Total leukosit P1 dan P2 tidak berbeda nyata, akan tetapi nyata lebih tinggi (P<0,05) dari P0. Netrofil dan limfosit pada P1 dan P2 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari P0, akan tetapi eosinofil dan monosit tidak berbeda dengan P0. Kadar HCT dan MCHC perlakuan P1 nyata lebih rendah (P<0,05) dari kontrol, sedangkan P2 tidak berbeda dengan kontrol (P1). Kadar MCV baik P1 maupun P2 tidak berbeda dengan kontrol (P0). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, ekstrak pisang kepok dapat mempertahankan kadar hemoglobin dan eritrosit namun belum dapat mempertahankan kadar leukosit dan nilai deferensial leukosit.


Author(s):  
Oktavyan Loys Mami ◽  
Ni Ketut Suwiti ◽  
Luh Eka Setiasih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui histomorfometri granulosit bibit sapi bali di Nusa Penida. Sebanyak 50 ekor sapi bali betina diambil darahnya melalui vena jugularis menggunakan venoject. Selanjutnya dibuat apusan darah dengan metode slide, sampel difiksasi dan diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Histomorfometri granulosit yakni neutrofil,eosinofil,dan basofil diukur dengan menggunakan mikroskop Axio Imaginer Zeiss 2 dan software ZEN 2012.  Data yang diperoleh dianalisis dengan descriptive statistics. Hasil penelitian menunjukan rerata diameter neutrofil yaitu 9,1±1,4?m dengan kisaran 6-11, eosinofil 8,9 ±1,6?m dengan kisaran 5-13 ?m, dan basofil 8,9 ±1,7?m dengan kisaran 5-11 ?m.


Author(s):  
Putu Devi Jayanti ◽  
I Wayan Nico Fajar Gunawan ◽  
Ni Luh Ayu Kartika Meidy Pramudiasari Sulabda

Feline infectious peritonitis merupakan infeksi virus pada kucing dengan tanda klinis terjadi asites pada bentuk efusif. Asites merupakan bentuk umum keadaan sistemik yang ditandai dengan adanya distensi abdomen yang disebabkan karena adanya akumulasi cairan. Seekor kucing lokal berumur 1 (satu) tahun dengan bobot badan 4 kg bernama Minmin datang ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Udayana dengan keluhan terjadi penurunan nafsu makan, lemas, susah defekasi dan rongga abdomen membesar. Pada pemeriksaan fisik diketahui adanya distensi abdomen. Untuk peneguhan diagnosis dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, rontgen, dan abdominocentesis dan diperoleh hasil bahwa terjadi akumulasi cairan pada rongga abdomen, hepatomegali, dan nefritis. Dilakukan pemeriksaan hematologi rutin dan biokimia darah yang menunjukkan adanya peradangan kronis dan abnormalitas fungsi ginjal. Hasil uji rivalta menunjukkan hasil positif akumulasi eksudat yang ditandai dengan bentukan jellyfish like. Terapi yang diberikan berupa pemberian diuretik furosemide 10 mg/ml injeksi intravena dengan jumlah pemberian 0,45 ml (2 x sehari), hepatoprotektor ornipural injeksi subkutan dengan jumlah pemberian 2 ml (setiap 2 hari sekali), nefroprotektor ketosteril per oral dengan jumlah pemberian ½ tablet (setiap 2 hari sekali), antibiotik cefotaxim sodium 1g/ml injeksi intravena dengan jumlah pemberian 1,3 ml (2 x sehari), antiradang dexamethasone 5mg/ml injeksi subkutan dengan jumlah 0,4ml (2 x sehari), dan transfer factor 1 x 1 tablet selama 7 hari. Pengobatan yang diberikan memberikan hasil yang baik terhadap penurunan derajat distensi abdomen.


Author(s):  
Dhea Septiany Peda Lalupada ◽  
I Made Dwinata ◽  
Ida Bagus Made Oka

Sapi bali merupakan ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat di Kabupaten Badung. Lalat Stomoxys spp. merupakan salah satu ektoparasit penghisap darah pada sapi dan juga berperan sebagai vektor dari beberapa penyakit seperti rickettsia (anaplasma marginale), surra (trypanosoma evansi), besnoitiosis (besnoitia besnoiti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi lalat Stomoxys spp. pada sapi bali di Kabupaten Badung, serta hubungan cara pemeliharaan, kondisi wilayah, jenis kelamin dan umur terhadap infestasi lalat Stomoxys spp. Sampel penelitian ditentukan secara purposive dengan jumlah sampel 300 ekor sapi bali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan Cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infestasi lalat Stomoxys spp. di Kabupaten Badung adalah 50,3%. Prevalensi infestasi lalat Stomoxys spp. pada ternak yang dikandangkan (59%) lebih tinggi terinfestasi lalat Stmoxys spp. dibandingkan dengan ternak yang diikat (33%), sedangkan pada wilayah lahan basah (59%) lebih tinggi prevalensinya dibandingkan wilayah lahan kering (33%). Prevalensi ternak muda (51,4 %) paling tinggi terinfestasi lalat Stomoxys spp. dibandingkan dengan ternak dewasa (50%) dan ternak tua (45.5 %), prevalensi infestasi lalat Stomoxys spp. pada ternak betina (58,1 %) lebih tinggi dibandingkan ternak jantan (35,3%). Faktor kondisi wilayah, cara pemeliharaan dan jenis kelamin sangat berpengaruh (P<0,05) terhadap infestasi lalat Stomoxys spp. pada sapi bali di Kabupaten Badung, namun umur tidak berpengaruh (P>0,05).


Author(s):  
Cok Krishna Pemayun ◽  
Anak Agung Gde Arjana ◽  
I Made Dwinata
Keyword(s):  

Pengendalian parasit cacing dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing, salah satunya dengan menggunakan obat tradisional. Salah satunya adalah sarang semut yang memiliki potensi antelmitik pada cacing Ascaris suum. Penelitian ini menggunakan cacing A. suum yang diperoleh dari RPH Pesanggaran, Denpasar kemudian ditumbuhkan secara in vitro. Sebanyak 90 ekor cacing yang terbagi menjadi 6 kelompok perlakuan dimana masing masing dosis menggunakan 5 ekor cacing. Kelompok P0  cacing yang direndam dengan 20ml NaCl Fisiologis sebagain kontrol negatif, P1 kelompok cacing yang direndam dengan 20ml NaCl Fisiologis dan di tambah albendazol 1% sebagai control positif, P2 kelompok cacing yang direndam dengan larutan ekstrak sarang semut 5%, P3 kelompok cacing yang direndam dengan larutan ekstrak sarang semut 10%, P4 kelompok cacing yang direndam dengan larutan ekstrak sarang semut 15 %, P5 kelompok cacing yang direndam dengan larutan ekstrak sarang semut 20%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya peningkatan daya antelmintik ekstrak sarang semut terhadap cacing A. suum. Pada dosis ekstrak sarang semut 20% memiliki daya antelmintik yang sama dengan kontrol positif (93,33%). Ekstrak sarang semut efektif sebagai obat cacing A. suum terbukti berkhasiat memiliki efek antelmintik sehingga dapat di kembangkan penggunaanya untuk pengendalian ascariasis pada babi.


Author(s):  
Ni Kadek Meita Swandewi ◽  
I Nengah Kerta Besung ◽  
I Gusti Ketut Suarjana

Streptococcus sp. merupakan salah satu penyebab primer terjadinya Porcine Respiratory Disease Complex (PRDC). Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi bakteri Streptococcus sp. di saluran pernapasan babi penderita PRDC serta distribusi bakteri Streptococcus sp. pada babi pra sapih dan pasca sapih. Sebanyak 43 sampel swab rongga hidung dikumpulkan dari babi yang menunjukkan gejala penyakit PRDC seperti depresi, anorexia, dyspnea, adanya eksudat dari rongga hidung,  batuk/bersin, dan pembengkakan pada persendian. Sampel berasal dari peternakan babi di kabupaten Tabanan, kabupaten Badung, dan kabupaten Gianyar. Semua sampel ditanam pada media sheep blood agar dilanjutkan dengan uji  pewarnaan Gram. Koloni yang dicurigai kemudian dilakukan uji primer berupa uji katalase dan uji oksidase serta uji biokimia dengan MRPV, TSIA, SIM, uji koagulase dan uji gula – gula . Hasil penelitian menunjukkan 23 sampel (tiga belas dari babi pra sapih dan sepuluh dari babi pasca sapih) telah terdeteksi positif Streptococcus sp. ? hemolitik (20 isolat) dan Streptococcus sp. ? hemolitik (3 isolat).


Author(s):  
Kadek Ari Sindawati ◽  
I Ketut Puja ◽  
I Nyoman Sadra Dharmawan

Sejak tahun 2008 hingga saat ini rabies masih endemis di Bali. Manajemen Populasi Anjing adalah suatu upaya untuk menstabilkan populasi anjing yang terdiri dari enam komponen yaitu edukasi, legislasi, identifikasi dan registrasi, vaksinasi, sterilisasi, serta manajemen sampah dalam rangka pemberantasan rabies. Program ini telah dilaksanakan di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali pada bulan Nopember 2016 yang didanai oleh Food and Agriculture Organization. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan cara pemeliharaan anjing pada masyarakat di Desa Pejeng setelah penerapan Manajemen Populasi Anjing. Penelitian observasional ini menggunakan cross sectional study melalui pengamatan dan penyebaran kuisioner langsung ke lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Probability sampling, Proportional stratified sampling. Jumlah sampel yang diambil 313 responden. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2016 (sebelum Manajemen Populasi Anjing diterapkan) dan pada bulan September 2018 setelah Manajemen Populasi Anjing diterapkan). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil sebelum dan sesudah penerapan Manajemen Populasi Anjing dianalisis dengan analisis non parametrik mengunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa Penerapan Manajemen Populasi Anjing secara signifikan (P<0,05) dapat mengubah pengetahuan, sikap dan cara pemeliharaan anjing pada masyarakat di Desa Pejeng menjadi lebih baik.


Author(s):  
Ketut Budiasa ◽  
I Made Dwinata ◽  
I Made Merdana ◽  
Kadek Febriana Marta Putra
Keyword(s):  

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ovisidal ekstrak daun mimba (Azadirachta indika, A. Juss) terhadap daya berembrio telur cacing Ascaris suum. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan (P0, P1, P2, P3, P4) dengan empat pengulangan. Kelompok P0 mendapat perlakuan dengan pemberian NaCL fisiologis sebagai kontror negative (-), P1 mendapat perlakuan dengan NaCL fisiologis + albendazol sebagai kontrol positif (+), P2 mendapat perlakuan dengan ekstrak daun mimba 10%, P3 mendapat perlakuan dengan ekstrak daun mimba 20% dan P4 mendapat perlakuan degan ekstrak daun mimba 30%, yang dilakukan dengan perendaman telur cacing. Pengamatan daya berembrio telur cacing dilakukan pada hari ke-15, ke-21 dan ke-30. Hasil uji sidik ragam menunjukan bahwa ekstrak daun mimba berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya berembrio telur cacing A. suum. Uji lanjutan dengan uji Games-Howel menunjukan ektrak daun mimba dengan dosis 30% paling efektif menurunkan daya berembrio telur cacing A. suum


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document