Serum C-reactive protein and neutrophil-to-lymphocyte ratio as predictors of survival in cirrhotic patients with systemic inflammatory response syndrome and bacterial infection

Author(s):  
Ashishkumar Tapadia ◽  
Mayank Jain ◽  
Mettu Srinivas Reddy ◽  
B. Mahadevan ◽  
Joy Varghese ◽  
...  
1999 ◽  
Vol 96 (3) ◽  
pp. 287-295 ◽  
Author(s):  
Annika TAKALA ◽  
Irma JOUSELA ◽  
Klaus T. OLKKOLA ◽  
Sten-Erik JANSSON ◽  
Marjatta LEIRISALO-REPO ◽  
...  

Criteria of the systemic inflammatory response syndrome (SIRS) are known to include patients without systemic inflammation. Our aim was to explore additional markers of inflammation that would distinguish SIRS patients with systemic inflammation from patients without inflammation. The study included 100 acutely ill patients with SIRS. Peripheral blood neutrophil and monocyte CD11b expression, serum interleukin-6, interleukin-1β, tumour necrosis factor-α and C-reactive protein were determined, and severity of inflammation was evaluated by systemic inflammation composite score based on CD11b expression, C-reactive protein and cytokine levels. Levels of CD11b expression, C-reactive protein and interleukin-6 were higher in sepsis patients than in SIRS patients who met two criteria (SIRS2 group) or three criteria of SIRS (SIRS3 group). The systemic inflammation composite score of SIRS2 patients (median 1.5; range 0–8, n = 56) was lower than that of SIRS3 patients (3.5; range 0–9, n = 14, P = 0.013) and that of sepsis patients (5.0; range 3–10, n = 19, P< 0.001). The systemic inflammation composite score was 0 in 13/94 patients. In 81 patients in whom systemic inflammation composite scores exceeded 1, interleukin-6 was increased in 64 (79.0%), C-reactive protein in 59 (72.8%) and CD11b in 50 (61.7%). None of these markers, when used alone, identified all patients but at least one marker was positive in each patient. Quantifying phagocyte CD11b expression and serum interleukin-6 and C-reactive protein concurrently provides a means to discriminate SIRS patients with systemic inflammation from patients without systemic inflammation.


Sari Pediatri ◽  
2016 ◽  
Vol 16 (4) ◽  
pp. 278
Author(s):  
Sofni Sarmen ◽  
Mayetti Mayetti ◽  
Hafni Bachtiar

Latar belakang. Sepsis merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak. Diagnosissepsis ditegakkan berdasarkan gejala Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan penemuan bakteripada kultur darah. Kultur bakteri darah memiliki sensitifitas yang rendah dan membutuhkan waktu yanglama sehingga sering menyebabkan terjadinya overdiagnosis dan overtreatment. C-reactive protein adalahreaktan fase akut yang kadarnya meningkat pada keadaan infeksi. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah metode yang lebih sensitif untuk mengukur kadar CRP dalam jumlah kecil.Tujuan. Mengetahui peran hs-CRP sebagai parameter diagnostik dan prediktor luaran sepsis pada anakyang menderita SIRS.Metode. Penelitian uji diagnostik dengan desain potong lintang terhadap 85 anak dengan gejala SIRS berusia1 bulan sampai dengan 15 tahun dan dirawat di bangsal anak RS.Dr.M.Djamil Padang sejak Juni sampaiNovember 2012. Pemeriksaan hs-CRP dilakukan dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).Data dianalisis dengan SPSS serta dilakukan uji diagnostik. Baku emas sepsis adalah biakan darah.Hasil. Cut off point hs-CRP untuk menentukan sepsis adalah 15,55 ng/ml, (sensitivitas 90,9% dan spesivisitas53,8%). Kadar rata-rata hs-CRP meningkat sesuai dengan beratnya penyakit.Kesimpulan. High sensitivity C-reactive protein dapat dijadikan sebagai parameter diagnostik sepsis padapasien SIRS dengan cut off point 15,55 ng/ml, serta dapat dipakai sebagai prediktor luaran sepsis.


Author(s):  
Dwi Retnoningrum ◽  
Banundari Rachmawati ◽  
Dian Widyaningrum

Kondisi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) berkebahyaan terjadinya sepsis dan kegagalan multi organ. Inflamasidapat menyebabkan terjadinya redistribusi zinc ke jaringan sehingga terjadi penurunan kadar zinc plasma. Kadar CRP pada SIRSmeningkat sebagai respons peningkatan protein tahap akut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kadar zinc dan CRP serummerupakan faktor kebahayaan kematian di pasien SIRS. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort prospektif di 30pasien SIRS berusia 27–64 tahun. Kadar zinc serum diperiksa dengan metode atomic absorbance spectrophotometer (AAS) dan CRPserum dengan metode latex agglutination immunoassay menggunakan alat autoanaliser. Kejadian kematian subjek dinilai setelah 28hari perawatan. Data dilakukan uji statistik Chi-Kwadrat, bila tidak memenuhi maka dilakukan uji alternatif Fisher. Besarnya nilaifaktor kebahyaan dilakukan perhitungan kebahayaan relatif. Rerata kadar zinc dan CRP berturut-turut 81,24 ± 8,72 μg/dL, dan 8,13± 8,12 mg/dL. Kematian dalam 28 hari adalah 33,3%. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar zinc plasma < 80 μg/dL bukanmerupakan faktor kebahayaan terjadinya kematian (p=0,114), sedangkan kadar CRP ≥ 10 mg/dL merupakan faktor kebahayaanterjadinya kematian di pasien SIRS (RR=3,28, 95% CI 1,33-8,13, p=0,015). Kadar zinc plasma bukan merupakan faktor kebahayaanterjadinya kematian pada SIRS, sedangkan kadar CRP merupakan faktor kebahayaan terjadinya kematian di pasien SIRS.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document