The effect of pregnant mare serum gonadotropin on follicle stimulating hormone and estradiol secretion in the prepuberal gilt

1989 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 93-100 ◽  
Author(s):  
B. Flowers ◽  
M.J. Martin ◽  
T.C. Cantley ◽  
B.N. Day
1992 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 217-224 ◽  
Author(s):  
R.J. Pendleton ◽  
C.R. Youngs ◽  
R.W. Rorie ◽  
S.H. Pool ◽  
M.A. Memon ◽  
...  

1992 ◽  
Vol 45 (7) ◽  
pp. 471-475 ◽  
Author(s):  
NORIYUKI OHISA ◽  
NAOKAZU TAKADA ◽  
TAKASHI NUMABE ◽  
ITARU YOSHIURA ◽  
YUSHI ISHIKAWA

1991 ◽  
Vol 125 (3) ◽  
pp. 280-285 ◽  
Author(s):  
J. Alan Talbot ◽  
Ann Lambert ◽  
Robert Mitchell ◽  
Marek Grabinski ◽  
David C. Anderson ◽  
...  

Abstract We have investigated the role of Ca2+ in the control of FSH-induced estradiol secretion by Sertoli cells isolated from 8-10 days old rats. Exogenous Ca2+ (4-8 mmol/1) inhibited FSH-stimulated E2 secretion such that, with 8 mmol/l Ca2+ and FSH (8 IU/l) E2 secretion decreased from 2091±322 to 1480±84 pmol/l (p<0.002), whilst chelation of Ca2+ in the culture medium with EGTA (3 mmol/l) increased E2 secretion from 360±45 to 1242±133 pmol/l) in the absence of FSH. Further, EGTA (3 mmol/l) markedly potentiated FSH (8 IU/l), forskolin (1 μmol/l) and dibutyryl cAMP (1 mmol/l)-stimulated E2 secretion. Addition of the Ca2+ ionophores, ionomycin (2-5 μmol/l) and A23187 (2 μmol/l), inhibited FSH (8 IU/l)-stimulated E2 secretion by >80%. The effect of ionomycin was totally reversible, whereas that of A23187 was irreversible. Ionomycin (5 μmol/l) had no effect on EGTA-induced E2 secretion in the absence of FSH, but reduced EGTA-provoked E2 secretion by 59% in the presence of FSH (8 IU/l). Similarly, forskolin- and dibutyryl cAMP-provoked E2 production was inhibited 46-50% by ionomycin (5 μmol/l). We conclude that FSH-induced E2 secretion from immature rat Sertoli cells is modulated by intra- and extracellular Ca2+.


ZOOTEC ◽  
2013 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Tery Wenda ◽  
Frans A. Kairupan ◽  
Petrus R. R. I. Montong ◽  
Sjaloom E. Sakul ◽  
Mien Th. R. Lapian

ABSTRAKSuperovulasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat ovulasi dengan penyuntikan hormon gonadotropin pada tubuh hewan betina. Pada umumnya hewan donor disuntik dengan preparat follicle stimulating hormone (FSH) danPregnant mare's serum gonadotropin(PMSG) atau kombinasi (Pregnant mare's serum gonadotropin) dan human chorionic gonadotropin (hCG).Tujuan Penelitian iniadalah untuk mengetahui sejauh mana prestasi beranak babi dara (calon induk) dengan menggunakan hormon pregnant mare's serum gonadropin (PMSG) dan human Chorionic Gonadotropin (hCG).Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas dua perlakuan (menggunakan dan tanpa menggunakan hormon PMSG dan hCG) dengan masing-masing 21 ulangan. Semua data dianalisa dengan analisis sidik ragam (ANOVA) Steel dan Torrie (1993).Variabel yang diamati untuk adalah litter size, berat lahir anak babi yang dilahirkan dan mortalitas anak babi yang lahir sampai disapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak babi yang lahir hidup dalam satu kelahiran ada perbedaan sangat nyata bahwa yang lahir dari induk Superovulasi dibandingkan dengan induk yang tidak disuperovulasikan, rata-rata 9.19-6.66 ekor. Dan juga berat lahir rata-rata 1.53-1.40 kg Demikian juga mortalitas anak rata-rata 14.36-29.19%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunakan hormon PMSG dan hCG dapat memperbaiki litter size lahir, bobot lahir, dan menekan persentase mortalitas ternak babi. Kata Kunci:Potensi beranak babi dara,hormon PMSG dan hCG, Babi betina bunting.ABSTRACTTHE ACHIEVEMENT PIGS BEAR LIVESTOCK USING PMSG AND hCG HORMONE ON RANCH IN THE VILLAGE COMMERCIAL KAYAWU. Superovulation is an effort to increase the degree of ovulation by injection of gonadotropin hormones in the body of a female animal. In general, animal donors were injected with preparations of follicle stimulating hormone (FSH) and Pregnant mare's serum gonadotropin (PMSG) or a combination (Pregnant mare's serum gonadotropin) and human chorionic gonadotropin (hCG). The objective of this research was to determine the extent of achievement farrow dara (prospective parent) using pregnant mare's serum hormone gonadropin (PMSG) and human chorionic gonadotropin (hCG). The research using completely randomized design (CRD) consisting of two treatments (using and without using PMSG and hCG hormone) with 21 replications each. All data were analyzed with analysis of variance (ANOVA) Steel and Torrie (1993). Variables was observed for litter size, birth weight piglets born and piglets born mortality until weaning. The results showed that the number of piglets born alive in the birth there is a very real difference that is born of a parent superovulation compared with the parent who does not to superovulated on average 9.19–6.66 tail. And also the average birth weight 1:53 to 1:40 kilograms likewise the average child mortality 14.36–29.19%. From the results of the study concluded that the use of PMSG and hCG hormone can improve birth litter size, birth weight and reduce the percentage of mortality of pigs. Keywords: Extent of achievement of gilt,PMSG dan hCG hormone, and Pregnant mare.


Author(s):  
Amiruddin A ◽  
Tongku Nizwan Siregar ◽  
Teuku Armansyah ◽  
Hamdan H ◽  
Aris Munandar ◽  
...  

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh induksi superovulasi dengan pregnant mare’s serum gonadothropin (PMSG) dan follicle stimulating hormone (FSH) terhadap peningkatan level steroid sapi aceh. Penelitian ini menggunakan 6 ekor sapi aceh betina dengan status tidak bunting, minimal 2 bulan pasca partus, sudah pernah beranak, dan sehat secara klinis. Sapi dibagi atas dua kelompok, masing-masing 3 ekor untuk tiap kelompok. Pada kelompok I, sapi diinjeksi dengan 1.500 IU PMSG pada hari ke-9 yang diikuti dengan penyuntikan 5 ml prostaglandin pada hari ke-11. Pada kelompok II, hari ke-9 sampai hari ke-12, sapi diinjeksi dengan FSH dua kali sehari (pagi dan sore, 08.00 dan 16.00 WIB) menggunakan dosis bertingkat yakni 3-3, 2-2, 1-1, dan 0,5-0,5 ml. Pada hari ke-11 sapi diinjeksi dengan 2,5 ml prostaglandin (pagi dan sore, 08.00 dan 16.00 WIB). Koleksi darah untuk pemeriksaan estrogen dilakukan ketika sapi memperlihatkan gejala berahi (saat inseminasi) setelah pemberian PMSG dan FSH yang diikuti dengan pemberian prostaglandin (berahi sesudah superovulasi) sedangkan koleksi darah untuk pemeriksaan konsentrasi progesteron dilakukan pada hari ke-7 setelah inseminasi. Pengukuran konsentrasi estrogen dan progesteron dilakukan dengan metode enzymelinkedimmunosorbanassay (ELISA). Konsentrasi estrogen pada saat estrus setelah induksi superovulasi dengan PMSG dan FSH masing-masing adalah 89,46±2,46 dan 54,62+9,91 pg/ml sedangkan konsentrasi progesteron pada hari ke-7 setelah inseminasi masing-masing adalah 14,78±2,33 dan 17,40±5,8 ng/ml. Hormon PMSG mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan konsentrasi estrogen pada saat berahi tetapi hormon FSH mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan hormon PMSG dalam meningkatkan konsentrasi progesteron hari ke-7 setelah inseminasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document