Nurses' experiences of delivering voluntary counseling and testing services for people with HIV/AIDS in the Vhembe District, Limpopo Province, South Africa

2007 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 254-262 ◽  
Author(s):  
Azwihangwisi H. Mavhandu-Mudzusi ◽  
Vhonani O. Netshandama ◽  
Mashudu Davhana-Maselesele
2021 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 439
Author(s):  
Suarnianti Suarnianti ◽  
Yusran Haskas

Intervensi perilaku sangat penting dilakukan dalam pencegahan HIV sebagai intervensi dalam upaya meningkatkan status kesehatan. Tujuan: Mengetahui bentuk intervensi perilaku untuk mengukur outcome dari pencegahan terjadinya HIV terutama pada kelompok berisiko. Metode:  Electronic database dari jurnal yang telah dipublikasikan melalui ProQuest, PubMed., dan ScienceDirect. Hasil: Review dari delapan jurnal yang telah dipilih menyatakan bahwa intervensi perilaku memberi pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS, konseling bagi kelompok dengan rIsiko tinggi seperti pada Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) dan juga pelaksanaan tes HIV atau yang dikenal dengan Voluntary Counseling and Testing (VST). Instrumen penelitian yang  digunakan untuk mengukur behavioral intervention pada penelitian kuantitaif yakni kuesioner, instrumen berbasis komputer dan internet seperti sosial media, sedangkan pada penelitian kualitatif menggali informasi dengann indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan intervensi perilaku dalam pencegahan HIV memberi manfaat dalam peningkatan pengetahuan, persepsi dan perilaku pencegahan HIV positif, serta penurunan stigma bagi ODHA. Simpulan: Penguatan intervensi perilaku dapat mencegah terjadinya HIV pada kelompok berisiko sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.Kata kunci: intervensi perilaku, pencegahan HIV, LSL


2019 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 262-266
Author(s):  
Rika Kurnia Kandacong ◽  
Samsualam Samsualam ◽  
Andi Surahman Batara

Salah satu upaya dalam strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2010-2014 adalah program pelayanan konseling dan testing HIV sukarela (Voluntary Counselling and Testing-VCT) (KPA, 2010). Jumlah orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) semakin meningkat sehinggah kebutuhan terhadap layanan kesehatan juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi, mengkaji dan menganalisis secara mendalam tentang perilaku pasien HIV/AIDS terhadap pemanfaatan pelayanan Voluntary Counseling and Testing ( VCT)  dan analisis strategi pemanfaatan pelayanan VCT (Voluntary Conseling And Testing) di Rumah Sakit Labuang Baji. Jenis Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang konselor VCT, Kepala Ruangan VCT, dan 5 Pasien HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien HIV/AIDS terhadap pemanfaatan pelayanan VCT sudah baik, Motivasi pasien HIV/AIDS terhadap pemanfaatan pelayanan VCT adalah karena adanya risiko terkena HIV/AIDS. Dukungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan VCT pada pasien HIV/AIDS sudah baik, Strategi dilakukan petugas kesehatan agar pasien HIV/AIDS mau memanfaatkan pelayanan VCT yang ada di Rumah Sakit adalah melakukan Screening pada semua pasien yang dirawat di Rumah sakit Labuang Baji dengan mengajak pasien yang berisiko untuk ikut konseling secara privasi dan rahasia, Sarana dan Prasarana tehadap pemanfaatan pelayanan VCT di Rumah Sakit Labuang Baji sudah cukup lengkap namun belum maksimal, jumlah konselor yang melayani masih kurang apalagi di lihat dari peningkatan pasien HIV/AIDS yang datang berobat.


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Maya Dinama ◽  
Supriyadi Supriyadi ◽  
Nurnaningsih Herya Ulfah

Abstract :The incidence of HIV/AIDS in Malang Regency in 2008-2014 hasincreased prevalence. The distribution of HIV/AIDS cases in Malang Regency is based on the risk factor of heterosexual 74%, 13% injecting drug users, 4% homosexuals, 5% from mother, 0%, 0% bisexual, and 3% unknown. Sumberpucung Sub-District was ranked second highest with 79 new cases. One of the prevention efforts of HIV / AIDS is through the service Voluntary Counseling and Testing (VCT). The study aims to find out the implementation of HIV/AIDS VCT service program at Sumberpucung CHC of Malang Regency. This research is descriptive research using quantitative method. Variables in research are input, process andoutput. Determination of research subjects using non probability samplingtechnique. Data collection is done by direct observation and documentation. The instrument used is a checklist. Data analysis uses descriptive statistics to calculate mean, median, mode. Categorization is done on each subvariabel using Paretto theory. The result of the research of the input variable on the availability of human resources is less good, the availability of facilities is less good, the availability of infrastructure is good, and the availability of the forms is good. The results ofresearch on the process variables in pre-testing counseling are less good and post-testing counseling is less good. The results of the output variables on sustainable support services are less good.Key Words :Implementation, VCT Services, HIV/AIDSAbstrak: Angka kejadian HIV/AIDS di Kabupaten Malang pada tahun 2008-2014 mengalami peningkatan prevalensi. Distribusi kasus HIV/AIDS di Kabupaten Malang berdasarkan faktor resikonya yaitu heteroseksual 74%, pengguna narkoba suntik 13%, homoseksual 4%, tertular ibunya 5%, mantan TKW 0%, biseksual 1%, dan tidak diketahui penyebabnya 3%. Kecamatan Sumberpucung menempati urutan kedua tertinggi dengan 79 kasus baru. Salah satu upaya preventif penanganan HIV/AIDS adalah melalui layanan Voluntary Counselling and Testing (VCT). Penelitian bertujuan untuk mengetahui implementasi program layanan VCTHIV/AIDS di Puskesmas Sumberpucung Kabupaten Malang. Penelitian inimerupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kuantitatif. Variabel dalam penelitian adalah input, proses dan output. Penentuan subyek penelitian menggunakan teknik non probability sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah checklist. Analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk menghitung mean,median, modus. Pengkategorian dilakukan pada setiap subvariabel menggunakan teori Paretto. Hasil dari penelitian variabel input pada ketersediaan SDM tergolong kurang baik, ketersediaan sarana tergolong kurang baik, ketersediaan prasarana tergolong baik, dan ketersediaan form-form tergolong baik. Hasil penelitian variabel proses pada konseling pra-testing tergolong kurang baik dan konseling pasca-testingtergolong kurang baik. Hasil penelitian variabel output pada pelayanan dukungan berkelanjutan tergolong kurang baik.Kata Kunci :Implementasi, Layanan VCT, HIV/AIDS


2018 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Cahyo Nugroho ◽  
Tanjung Anitasari Indah Kusumaningrum

Latar Belakang: Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan kelompok risiko HIV tertinggi. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi deteksi dini HIV dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku pemanfaatan Klinik VCT oleh LSL di Sukoharjo.   Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap lima LSL sebagai informan utama yang rutin dan tidak pernah tes HIV.  Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam kepada informan utama dan dua informan triangulasi terdiri dari satu orang Peer Educator dan satu orang Koordinator Lapangan.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh informan sudah pernah melakukan VCT walaupun dengan mandatory melalui perkumpulan LSL, namun hanya empat orang yang melakukannya secara rutin. Faktor-faktor yang menjadi penyebab informan rutin dalam melakukan VCT setiap 3 bulan adalah persepsi kerentanan yang besar, persepsi keseriusan yang tinggi, persepsi manfaat tes yang cukup besar, persepsi hambatan terhadap tes yang rendah, serta cukup banyaknya isyarat untuk bertindak yang terpapar kepada informan dan tingginya persepsi kemampuan diri untuk tes. Tetapi bila didalami lagi banyaknya isyarat bertindak yang dialami informan terutama adalah contoh yang diperlihatkan oleh teman sebaya. Sedangkan bagi informan yang tidak melakukan VCT secara rutin penyebabnya adalah rendahnya kemampuan diri untuk tes. Sehingga peneliti menyarankan kepada petugas perlu peer educator yang rajin untuk memotivasi kelompoknya untuk melakukan tes dan memberikan informasi yang lebih lengkap terhadap dampak penularan HIV kepada LSL dan pasangannya untuk mencegah penularan serta mengurangi stigma dan diskriminasi oleh petugas kesehatan dalam layanan kesehatan.Kata Kunci: HIV/AIDS, Lelaki Seks dengan Lelaki, tes HIV, persepsi, HBM


Author(s):  
Hubaybah Hubaybah ◽  
◽  
Evy Wisudariani ◽  
Usi Lanita ◽  
◽  
...  

Background: The number of people infected HIV/ AIDS continues to increase, including in Jambi. The reports from January to September showed 51 people with HIV infection occurred in Jambi. The accessibility of HIV/ AIDS voluntary counseling and testing (VCT) services are important in high risk area. This study aimed to investigate the HIV/ AIDS prevention program through the implementation of voluntary counseling and testing services at primary health center, Jambi. Subjects and Method: The mix-method study was conducted at three locations, including Tanjung Pinang, Rawasari, and Pakuan Baru Community Health Centres, from March to May 2020. The study’s informants were HIV/ AIDS counselors, laboratorian/ pharmacists, and HIV / AIDS risk groups who visited the VCT clinic. The data were collected through in-depth interviews and direct observations. The data were reported descriptively. Results: The implementation of the VCT program was generally good (82%), i.e., counselors had attended the training at least once, and the education level of health workers was standard. The health professionals were friendly and used simple and understandable language to communicate with clients. The facilities and infrastructure showed that the cleanroom was clean, but the other facilities were still incomplete. There was only one door in the counseling room and the absence of an information board for the VCT service flow. Some of these HIV/ AIDS counselors also had responsibility for some other programs besides VCT services. There was a WhatsApp group with risk groups. Conclusion: The VCT program is well implemented. Some improvements in terms of periodic evaluation of the implementation of VCT services, upgrading staff skills and providing an adequate number of facilities and infrastructure. Keywords: VCT, HIV/ AIDS, counsellor Correspondence: Hubaybah. Faculty of Medicine and Health Sciences, Universitas Jambi. Jl. Letjend Soeprapto No 33 Telanai Pura Jambi. Email: [email protected]. Mobile: +628117453224. DOI: https://doi.org/10.26911/the7thicph.02.35


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document