TYPHOON EARLY WARNING SYSTEM BASED ON A COUPLED ATMOSPHERE-OCEAN-WAVE MODEL

Author(s):  
Jun Yoshino ◽  
Tomokazu Murakami ◽  
Masanori Hayashi ◽  
Takashi Yasuda
2012 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 379-390 ◽  
Author(s):  
D.-J. Doong ◽  
L. Z.-H. Chuang ◽  
L.-C. Wu ◽  
Y.-M. Fan ◽  
C. C. Kao ◽  
...  

Abstract. Coastal floods are a consistent threat to oceanfront countries, causing major human suffering and substantial economic losses. Climate change is exacerbating the problem. An early warning system is essential to mitigate the loss of life and property from coastal flooding. The purpose of this study is to develop a coastal flooding early warning system (CoFEWs) by integrating existing sea-state monitoring technology, numerical ocean forecasting models, historical database and experiences, as well as computer science. The proposed system has capability of offering data for the past, information for the present and future. The system was developed for the Taiwanese coast due to its frequent threat by typhoons. An operational system without any manual work is the basic requirement of the system. Integration of various data sources is the system kernel. Numerical ocean models play an important role within the system because they provide data for assessment of possible flooding. The regional wave model (SWAN) that nested with the large domain wave model (NWW III) is operationally set up for coastal wave forecasting, in addition to the storm surge predicted by a POM model. Data assimilation technology is incorporated for enhanced accuracy. A warning signal is presented when the storm water level that accumulated from astronomical tide, storm surge, and wave-induced run-up exceeds the alarm sea level. This warning system has been in practical use for coastal flooding damage mitigation in Taiwan for years. An example of the system operation during the Typhoon Haitung which struck Taiwan in 2005 is illustrated in this study.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Veronika Hutabarat ◽  
Enie Novieastari ◽  
Satinah Satinah

Salah satu faktor dalam meningkatkan penerapan keselamatan pasien adalah ketersediaan dan efektifitas prasarana dalam rumah sakit. Early warning system (EWS) merupakan prasarana dalam mendeteksi perubahan dini  kondisi pasien. Penatalaksanaan EWS masih kurang efektif karena parameter dan nilai rentang scorenya belum sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan penulisan untuk mengidentifikasi efektifitas EWS dalam penerapan keselamatan pasien. Metode penulisan action research melalui proses diagnosa, planning action, intervensi, evaluasi dan  refleksi. Responden dalam penelitian ini adalah  perawat yang bertugas di area respirasi dan pasien dengan kasus kompleks respirasi di Rumah Sakit Pusat Rujukan Pernapasan Persahabatan Jakarta. Analisis masalah dilakukan dengan menggunakan diagram fishbone. Masalah yang muncul belum optimalnya implementasi early warning system dalam penerapan keselamatan pasien. Hasilnya 100% perawat mengatakan REWS membantu mendeteksi kondisi pasien, 97,4 % perawat mengatakan lebih efektif dan 92,3 % perawat mengatakan lebih efesien mendeteksi perubahan kondisi pasien. Modifikasi EWS menjadi REWS lebih efektif dan efesien dilakukan karena disesuaikan dengan jenis dan kekhususan Rumah Sakit dan berdampak terhadap kualitas asuhan keperawatan dalam menerapkan keselamatan pasien. Rekomendasi perlu dilakukan monitoring evaluasi terhadap implementasi t.erhadap implementasi REWS dan pengembangan aplikasi berbasis tehnologi


PEDIATRICS ◽  
2016 ◽  
Vol 137 (Supplement 3) ◽  
pp. 256A-256A
Author(s):  
Catherine Ross ◽  
Iliana Harrysson ◽  
Lynda Knight ◽  
Veena Goel ◽  
Sarah Poole ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Riski Fitriani

Salah satu inovasi untuk menanggulangi longsor adalah dengan melakukan pemasangan Landslide Early Warning System (LEWS). Media transmisi data dari LEWS yang dikembangkan menggunakan sinyal radio Xbee. Sehingga sebelum dilakukan pemasangan LEWS, perlu dilakukan kajian kekuatan sinyal tersebut di lokasi yang akan terpasang yaitu Garut, Tasikmalaya, dan Majalengka. Kajian dilakukan menggunakan 2 jenis Xbee yaitu Xbee Pro S2B 2,4 GHz dan Xbee Pro S5 868 MHz. Setelah dilakukan kajian, Xbee 2,4 GHz tidak dapat digunakan di lokasi pengujian Garut dan Majalengka karena jarak modul induk dan anak cukup jauh serta terlalu banyak obstacle. Topologi yang digunakan yaitu topologi pair/point to point, dengan mengukur nilai RSSI menggunakan software XCTU. Semakin kecil nilai Received Signal Strength Indicator (RSSI) dari nilai receive sensitivity Xbee maka kualitas sinyal semakin baik. Pengukuran dilakukan dengan meninggikan antena Xbee dengan beberapa variasi ketinggian untuk mendapatkan kualitas sinyal yang lebih baik. Hasilnya diperoleh beberapa rekomendasi tinggi minimal antena Xbee yang terpasang di tiap lokasi modul anak pada 3 kabupaten.


Author(s):  
Marianne Guffanti ◽  
William E. Scott ◽  
Carolyn L. Driedger ◽  
John W. Ewert

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document