scholarly journals FAKTOR DETERMINAN ANEMIA PADA WANITA DEWASA USIA 23-35 TAHUN

2015 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 259-263
Author(s):  
Erizka Marwita Triyonate ◽  
Apoina Kartini

Latar Belakang : Salah satu masalah gizi yang biasa dialami wanita dewasa adalah anemia. Anemia dapat disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang maupun karena obesitas. Obesitas berkaitan dengan anemia karena penimpunan lemak di jaringan adiposa dapat menurunkan penyerapan zat besi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor determinan anemia pada wanita dewasa usia 23-35 tahun. Metode : Penelitian dilakukan di RW 03,04, dan 05 Kelurahan Ngaliyan Semarang dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek 62 wanita dewasa usia 23-35 tahun yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Cyanmethemoglobin, pengukuran berat badan dengan  menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan microtoise. Asupan protein, iron, vitamin C, vitamin B12, folat dan seng diperoleh dengan metode FFQ (Food Frequency  Questionaire) Semi Kuantitatif  kemudian dihitung dengan nutrisoft. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi.Hasil : Responden yang  obesitas sebanyak 31 orang (50%),  dan terdapat kejadian anemia sebanyak 9,7% . Sebanyak 40,3% wanita dewasa yang asupan folat kurang dari kebutuhan, sedangkan asupan protein, vitamin C, vitamin B12, folat, besi dan seng sebagian besar sudah dalam kategori cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada korelasi bermakna antara status gizi menurut IMT , asupan protein, vitamin C, folat, vitamin B12, dan seng dengan kejadian anemia pada wanita dewasa (p= > 0,05). Ada korelasi yang bermakna antara asupan zat besi dengan kejadian anemia (p < 0,05). Simpulan : asupan zat besi merupakan faktor determinan anemia pada wanita dewasa usia 23-35 tahun

2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 358-363
Author(s):  
Teguh Wicaksono ◽  
Etika Ratna Noer

Latar Belakang : Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi yang sering dialami oleh lansia berkaitan dengan defisiensi asupan protein, folat, vitamin B12, besi, zinc, dan vitamin C. Kejadian anemia pada lansia berdampak terhadap penurunan fungsi kognisi, kinerja fisik, dan peningkatan risiko kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan zat gizi pada lansia anemia dan non anemia.Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian adalah lansia wanita berusia 60 – 70 tahun yang dipilih menggunakan tehnik consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode cyanmethemoglobin. Asupan zat gizi dihitung menggunakan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ).Hasil : Subjek penelitian berjumlah 61 orang. Kelompok anemia berjumlah 13 orang (21,32%) dan kelompok non anemia berjumlah 48 orang (78,68%). Rerata asupan protein, folat, vitamin B12, zinc, dan vitamin C kelompok anemia lebih rendah dibandingkan kelompok non anemia, sedangkan rerata asupan besi kedua kelompok tidak berbeda. Asupan folat dan zinc kedua kelompok tidak terpenuhi. Secara statisitik, asupan protein dan vitamin B12 kedua kelompok menunjukkan perbedaan signifikan (p < 0,05), sedangkan asupan besi, vitamin C, folat, dan zinc  tidak menunjukkan perbedaan signifikan (p > 0,05).Simpulan : Asupan folat dan zinc kedua kelompok tidak terpenuhi. Asupan protein dan vitamin B12 kedua kelompok menunjukkan perbedaan signifikan, sedangkan asupan besi, vitamin C, folat dan zinc tidak menunjukkan perbedaan signifikan.


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 310-316
Author(s):  
Dea Indartanti ◽  
Apoina Kartini

Latar Belakang : Masalah gizi yang biasa dialami remaja salah satunya adalah anemia. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal, yang ditandai dengan lesu, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat, sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Metode : Penelitian dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek 90 remaja putri yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Cyanmethemoglobin, pengukuran berat badan dengan  menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan microtoise. Asupan protein, zat besi, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagai variabel perancu diperoleh dengan metode Semi Food Frequency Questionnaire (FFQ) kemudian dihitung dengan nutrisoft. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square kemudian dilanjutkan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.Hasil : Hasil penelitian diperoleh 1,1% subyek memiliki status gizi sangat kurus, 3,3% kurus, 73,3% normal, 15,6% overweight, 6,7% obesitas dan sebanyak 26,7% mengalami anemia. Rerata kadar hemoglobin 12,6 ± 1,29 SD dan rerata nilai z-score berdasarkan IMT/U adalah 0,97 ± 1,18 SD. Dilihat dari asupan diketahui bahwa sebanyak 63,3% siswi yang asupan zat besinya kurang dari kebutuhan, sedangkan asupan protein, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagian besar sudah dalam kategori cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri (p=0,289). Ada hubungan asupan zat besi (p=0,000) dan asupan folat (p=0,006) dengan kejadian anemia. Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan variabel asupan zat besi yang berpengaruh terhadap anemia (p<0,05).Simpulan : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Luthfia Indra Fitriani ◽  
Etisa Adi Murbawani ◽  
Choirun Nissa

Latar Belakang : Vitamin C, vitamin E dan β-karoten, yang merupakan bagian dari antioksidan non-enzimatik, memiliki peran besar dalam membantu melawan radikal bebas atau Reactive Oxygen/ Nitrogen Species (ROS/ RNS) yang menyerang tubuh. Vitamin C, vitamin E dan β-karoten dapat membantu dalam mengurangi risiko terjadinya resistensi insulin akibat dari ROS/ RNS yang merusak sel β pankreas. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan vitamin C, vitamin E dan β-karoten dengan kadar gula darah puasa pada wanita usia 35-50 tahun.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Tiga puluh dua subjek dipilih dengan metode consecutive sampling. Data asupan diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire, kadar gula darah diuji dengan metode Glucose Oxidation, dan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire- Long Form. Data dianalisis menggunakan uji Rank-Spearman.Hasil : Rerata kadar gula darah puasa subjek 99,50±23,91 mg/dL dengan rerata asupan vitamin C 187,06±160,27 mg, vitamin E 9,18±4,46 mg dan β-karoten 13,32±12,86 mg. Sebesar 78,12% subjek memiliki asupan vitamin E yang kurang; 87,5% subjek dan 71,87% subjek memiliki asupan vitamin C dan β-karoten yang cukup.Simpulan : Tidak terdapat hubungan asupan vitamin C, vitamin E dan β-karoten dengan kadar gula darah puasa pada wanita usia 35-50 tahun.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Renny Setyandari ◽  
Ani Margawati

Latar belakang:Tenaga kerja perempuan sangat rentan mengalami masalah gizi. Keadaan khas yang mendorong terjadinya masalah gizi pada tenaga kerja perempuan  adalah haid, kehamilan, masa nifas dan menopause menjadi salah satu pendorong terjadinya defisiensi gizi apabila dalam keadaan tersebut tidak diimbangi dengan konsumsi gizi yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup. Asupan gizi dan aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap status gizi dan kejadian anemia pada pakerja perempuan yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja.Metode:Jenis penelitian obeservasional dengan desain cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi (energi, protein, besi, vitamin C) dan aktivitas fisik dengan status gizi dan kadar hemoglobin pada pekerja perempuan. Besar subjek 77 sampel yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur dengan metode cyanmethemoglobin. Asupan energi, protein, zat besi dan vitamin C diperoleh melalui Food Frequency Semi Quantitative. Aktivitas fisik diperoleh melalui pengisian form aktivitas fisik. Analisis hubungan menggunakan uji Rank Spearman.Hasil: Asupan energi 64,9% tergolong baik, asupan protein 70,2%  tergolong baik, asupan besi 58,4% tergolong baik, 72,7 % tergolong baik dan 67,5% tergolong aktif.  Hasil data status gizi menunjukkan terdapat gizi kurang 20,7% dan lebih 10,4%. Status anemia pekerja menunjukkan bahwa sebesar 38,9% mengalami anemia. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada tidak ada hubungan antara asupan energi dan aktivitas fisik dengan status gizi (p=0,412)(r=0,095), (p=0,055)(r=-0,220) dan ada hubungan antara asupan gizi (energi, protein, zat besi,vitamin C) dengan kadar hemoglobin (p=0,043)(r=0,232), (p=0,006)(p=0,309),(p=0,020)(r=0,265) (p=0,045) (r=-0,229)dan tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar hemoglobin (p=0,105) (r=0,186)Kesimpulan:Tidak ada hubungan antara asupan energi dan aktivitas fisik dengan status gizi dan ada hubungan antara asupan gizi (energi,protein,zat besi dan vitamin C) dengan kadar hemoglobin dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar  hemoglobin.


2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 228-234
Author(s):  
Ba'ul Setyawati ◽  
Ahmad Syauqy

Latar Belakang:  Ibu hamil cenderung terkena anemia pada trimester III dikarenakan perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta serta pada masa trimester III janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sebagai persediaan bulan pertama sesudah kelahiran sehingga kebutuhan akan zat gizi ibu juga meningkat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan protein, zat besi, asam folat dan vitamin B12 pada ibu hamil anemia dan tidak anemia trimester III di puskesmas Tanggungharjo Kabupaten Grobogan.Metode: Penelitian observasional  dengan rancangan cross-sectional bertempat di wilayah di puskesmas Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Sampel berjumlah 46 subyek yang merupakan ibu hamil trimester III dimana 23 ibu hamil anemia dan 23 ibu hamil tidak anemia yang berusia 20-35 tahun dan dipilih menggunakan metode consecutive sampling. Pengukuran Hb menggunakan  metode Cyanmethemoglobin yang dilakukan oleh tenaga ahli. Asupan protein , zat besi (Fe), asam folat dan vitamin B12 diukur dengan menggunakan Semiquantitative Food Frequency Questionnair. Data asupan protein, zat besi dan vitamin B12  dianalisis menggunakan uji Mann Whitney dan asupan asam folat dianalisis menggunakan Independent T-Test.Hasil:  Pada penelitian ini didapatkan nilai median (minimum-maksimum) untuk asupan protein adalah 37,4 (29,4-67,8) gr/hari dari kelompok anemia dan 43,7 (29,4-67,8) gr/hari dari kelompok tidak anemia, untuk asupan zat besi adalah 6,9 (3,5-48,0) mg/hari dari kelompok anemia dan 7,00 (3,7-11,8) mg/hari dari kelompok anemia, serta untuk asupan vitamin B12 adalah  1,1 (0,5-3,5) µg/hari dari kelompok anemia dan 1,9 (0,8-3,7) µg/hari dari kelompok tidak anemia. Nilai rerata asupan asam folat pada kelompok anemia adalah 4,9 µg/hari dan Standar Deviasi (SD) 6,52 gr, sedangkan pada kelompok tidak anemia adalah 6,06 µg/hari dan Standar Deviasi (SD) 7,11 gr.Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna asupan protein (p 0,032)  dan vitamin B12 (p 0,03) antara ibu hamil trimester III anemia dan tidak anemia serta tidak terdapat perbedaan bermakna asupan zat besi (p=0,75) dan asam folat (p=0,56) antara ibu hamil trimester III anemia dan tidak anemia di Puskesmas Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Pada penelitian ini dari hasil analisis data asupan yang telah dilakukan, kejadian anemia pada ibu hamil trimester III disebabkan defisiensi vitamin B12 yang sering disebut anemia megaloblastik


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Agnes Kalpita Furi ◽  
Aryu Candra ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar Belakang : Tonsilitis adalah salah satu penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas (ISPA) yang sering terjadi pada balita. Defisiensi seng dan vitamin C mempengaruhi kejadian tonsilitis terkait fungsi dalam sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan seng dan vitamin C dengan kejadian tonsilitis pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian case control. Subjek balita usia 2-5 tahun sebanyak 50 subjek terdiri dari 25 subjek kasus dan 25 subjek kontrol diambil dengan teknik consecutive sampling. Penentuan subjek mengalami tonsilitis atau tidak dilakukan dengan diagnosis dokter melalui pemeriksaan tonsil. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat asupan seng dan vitamin C diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ), identitas subjek dan orangtua/pengasuh, data hygiene mulut, dan data kebiasaan makan dengan wawancara langsung. Analisis data dengan uji Chi-square, Fisher’s Exact, Mann Whitney, dan Independent T.Hasil : Status gizi subjek sebagian besar tergolong normal berdasarkan BB/TB, BB/U, maupun TB/U. Sebanyak 56% subjek kelompok kasus memiliki kebiasaan makan yang berisiko dan 100% subjek pada kelompok kasus memiliki hygiene mulut yang kurang baik. Subjek kasus memiliki riwayat asupan seng yang kurang sebanyak 52% dan riwayat asupan vitamin C yang kurang sebanyak 80%. Riwayat asupan seng memiliki hubungan dengan kejadian tonsilitis (p<0,05), sedangkan riwayat asupan vitamin C tidak terdapat hubungan dengan kejadian tonsilitis (p>0,05).Kesimpulan : Risiko tonsilitis pada subjek dengan riwayat asupan seng kurang dari kebutuhan 4,3 kali lebih besar dibandingkan subjek dengan riwayat asupan seng cukup. 


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 164-171
Author(s):  
Fransisca Natalia Bintang ◽  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Binar Panunggal

Latar belakang: Remaja yang berprofesi sebagai model sering merasa takut jika mengalami kenaikan berat badan memiliki kecenderungan membatasi asupan makan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan dan anemia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di Modelling School.Metode: Penelitian observasional dengan desain cross-sectional melibatkan 55 remaja putri berumur 12-19 tahun yang dipilih secara consecutive sampling dan dilakukan di Sekolah Model Semarang. Kadar hemoglobin (Hb) diukur dengan metode Cyanmethemoglobin, gangguan makan menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (EDDS), dan kualitas diet diukur dengan formulir food frequency questionnaire (FFQ), kemudian dihitung skor kualitas dietnya menggunakan panduan Diet Quality Index International (DQI-I). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Subjek yang mengalami anemia sebanyak 25 orang (45,5%). Gangguan makan ditemukan pada 29 subjek (52,7%) dengan 11 orang mengalami bulimia nervosa. Persentase remaja putri (63,6%) yang memiliki kualitas diet rendah pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan remaja (36,4%) yang memiliki kualitas diet tinggi. Hasil menunjukkan subjek (41,4%) yang anemia juga mengalami gangguan makan (p=0,243), dan subjek (45,7%) yang anemia memiliki kualitas diet yang rendah (p=0,959). Kualitas diet rendah (65,5%) ditemukan lebih banyak pada kelompok yang mengalami gangguan makan (p=0,866). Simpulan: Tidak ada hubungan antara gangguan makan dan kualitas diet dengan status anemia pada remaja putri di modelling school (p > 0,05)


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ratna D Siregar ◽  
Nur Indrawati Lipoeto ◽  
Yuliarni Syafrita

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi vitamin A, vitamin C, vitamin E, zink dan selenium dari makanan dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Metoda penelitian adalah cross sectional study terhadap 145 lansia umur ≥ 60 tahun, pada dua kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat. Wawancara konsumsi antioksidan menggunakan Food Frequency Questionnaires (FFQ), fungsi kognitif diperiksa dengan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina), Aβ40 dan Aβ42 plasma diperiksa dengan metode ELISA. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi-square. Pada hasil penelitian ditemukan 83 orang (57,2%) lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi vitamin C (p<0,049) dan vitamin E (p<0,037) tetapi tidak terdapat hubungan signifikan antara vitamin A, zink dan selenium dengan fungsi kognitif. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi antioksidan dengan tingkat Aβ40 dan Aβ42 serta antara tingkat Aβ40 dan Aβ42 dengan fungsi kognitif masing-masing (p<0,058 dan p<0,350). Kesimpulan hasil penelitian ini didapatkan hubungan antara konsumsi vitamin C dan vitamin E dari makanan dengan fungsi kognitif. Tetapi tidak terdapat hubungan antara konsumsi antioksidan dengan Aβ40 dan Aβ42 plasma dan Aβ40 dan Aβ42 dengan fungsi kognitif.Kata kunci: antioksidan, beta-amyloid, fungsi kognitif, lanjut usiaAbstractThe objective of this study was to determine the relationship between consumption of vitamin A, vitamin C, vitamin E, zinc and selenium from foods with cognitive function in elderly. This was a cross-sectional study that was conducted to 145 elderly with age ≥ 60 years, in two districts in West Sumatra, in Lima Puluh Kota city. Interview antioxidant intake using a Food Frequency Questionnaires (FFQ), cognitive function was checked by Montreal Cognitive Assessment Indonesian version (MoCA-Ina), plasma Aβ40 dan Aβ42 were examined by ELISA while the data were analyzed by using the Mann-Whitney and Chi-square test. Results : Eighty three elderly people (57.2%) were found with impaired cognitive function. There was a significant association between the consumption of vitamin C (p < 0.049) and vitamin E (p < 0.037) but there was no signifikan association between vitamin A, zinc and selenium with cognitive function. There was no significant association between consumption of the antioxidant and both plasma Aβ40 and Aβ42 levels. There was no significant between levels of Aβ40 and Aβ42 and cognitive function (p < 0.058 and p < 0.350, respectively).Conclusion : There is a association between the consumption of vitamin C and vitamin E from food and cognitive function, but there is no association between the consumption of the antioxidant and levels of plasma Aβ40 and Aβ42 and between levels of plasma Aβ40 and Aβ42 and cognitive function.Keywords: antioxidants, amyloid-beta, cognitive function, elderly


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 47-60
Author(s):  
Titik - Istiningsih

ABSTRAK       Permasalahan gizi merupakan masalah utama di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kekurangan gizi kronis merupakan penyebab utama perawakan pendek (stunting). Tingginya angka prevalensi stunting Kabupaten Kapuas yaitu 42% yang melebihi dari standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20% yang artinya stunting balita di Kabupaten Kapuas saat ini masih di atas batas toleransi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko pascanatal yang memengaruhi kejadian stunting  baduta usia 6-18 bulan di wilayah puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan desain Cross sectional, dengan jumlah sampel penelitian 136 orang ibu yang memiliki Baduta berusia 6-18 bulan di wilayah kerja puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas yang diambil secara consecutive sampling.  Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran panjang badan untuk data kejadian stunting, wawancara untuk data Status pemberian ASI ekslusif, riwayat penyakit ISPA,  riwayat diare, riwayat berat badan lahir,  dan riwayat kunjungan posyandu, serta survey konsumsi dengan metode food frequency questionnaires untuk data riwayat asupan energi dan protein, kemudian data diolah dan dianalisis secara deskriptif analitik menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda Hasil penelitian di tempat penelitian menunjukkan prevalensi kejadian stunting sebesar 40,4 %. Faktor yang terbukti berhubungan dengan stunting diantaranya riwayat pemberian ASI ekslusif nilai p = 0,047, asupan energi nilai p = <0,001, riwayat Diare nilai p= 0,048, kunjungan ibu baduta ke posyandu nilai p = 0,006. Sedangkan faktor yang tidak terbukti berhubungan dengan stunting adalah asupan protein nilai p = 0,394, riwayat penyakit ISPA nilai p = 0,809, riwayat BBLR nilai p = 0,351. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah Tingkat Asupan Energi dengan OR 15,990 (IK 6,387 – 40,035) dengan nilai p = 0,000 dan Riwayat Diare OR 3,130 (1,278 – 7,665) dengan nilai p = 0,013. Tingkat asupan energi merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan stunting. Peningkatan pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan pendamping ASI dengan menu gizi seimbang serta kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk mencegah stunting.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document