# B.18 intervening through system thinking

2021 ◽  
pp. 169-176
Keyword(s):  
Author(s):  
Rani Tania Pratiwi

Masalah pada penelitian ini adalah bahwa mahasiswa kurang memahami konsep berorganisasi itu sendiri. Konsep organisasi yang harus mereka pahami adalah konsep organisasi pembelajaran. Sehingga, dalam menjalankan roda organisasi mereka seperti ”bingung”. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Kuningan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner,Hasil penelitian, maka dapat diketahui mengenai gambaran learning organization pada mahasiswa di Universitas Kuningan. Skor rata-rata diperoleh sebesar 4.1624, hal ini menunjukkan gambaran learning organization pada mahasiswa di Universitas Kuningan sudah baik. Berdasarkan hasil pengolahan angket dapat diketahui bahwa nilai rata-rata terendah terdapat pada indicator system thinking dengan nilai sebesar 4.0423 dan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada indicator mental models dengan nilai sebesar 4.4036.Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner, dapat kita ketahui bersama bahwa rata-rata nilai angket terendah diperoleh pada indicator personal mastery pada item No. 09. Maka, dalam hal ini perlu sekali meningkatkan kesadaran anggota organisasi dalam mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan kepentingan pribadi. Selain itu, untuk pengembangan penelitian selanjutnya dapat ditekankan pada upaya peningkatan kemampuan system thinking. Selain itu, dapat juga dilihat pengaruhnya terhadap kompetensi, komitmen, kinerja, maupun variabel lainnya yang terkait.


2015 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Retnayu Prasetyanti

Forecasts of high tourism development in Jakarta, Indonesia, where massive poverty cases also exist, has directed tourism as a way of alleviating poverty; this is usually termed “pro-poor tourism” which involves multi variant stakeholders and interests. Jakarta has widespread poor areas called “slum Kampongs”, where government and business sectors are supported by international development agencies have tried to tackle down poverty by economy-community (eco-community) based development programs. However, distinguished from those programs, slum kampong development based pro-poor tourism is yet unsupported by bureaucracy agencies. “Jakarta Hidden Tour” (see “Jakarta Hidden Tour” in Trip Advisor) a “wild” tour activity which is promoted by community movement led by Ronny Poluan indicates a term of economy and cultural (eco-cultural) based slum kampong tourism that basically can pursue a better community development and economy condition through a unique culture and real life portrait experience. This paper analyses the dilemma of “Jakarta Hidden Tour” which is claimed as a poor exhibition while in another hand tries to offer a new design and approach of pro-poor tourism by utilizing thematic Kampong development with local culture excellences as such “Green Slum Kampong in Ciliwung river”, or “Sailor Slum Kampong in North Jakarta”. Key learn from Brazil with slum kampong tourism in Santa Marta is a motivation for government to live a recognition, that like any other global/industrial policies, tourism is highly driven by political interest. By conducting a system thinking perspective base, this paper analyses how “Jakarta Hidden Tour” and government’s supporting policy will ensure eco-cultural pro-poor tourism development and how stakeholders as a system’s element need to uphold poverty alleviation towards sustainability


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 071
Author(s):  
Ivonne Ayesha

Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun pemahaman (understanding) tentang fenomena ekonomi rumah tangga petani penggarap secara clear dan distinct, dan menyusun model ekonomi rumah tangga petani penggarap yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang penentu dan interaksi variabel-variabel yang saling terkait. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis studi fenomenologi. Responden dalam penelitian ini adalah petani padi yang tidak punya lahan (penyakap) yang melakukan usahatani di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, sebanyak 7 orang dengan lokasi yang berbeda, namun masih dalam kabupaten yang sama. Di samping itu, responden juga diambil dari perangkat desa, tokoh masyarakat, dan PPL. Responen ditetapkan secara sengaja (purposive), sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Data yang digunakan adalah data primer, sedangkan analisis data menggunakan cara berfikir sistem (system thinking). Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk diagram sebab akibat (causal loop diagram), dengan menggunakan program Vensim PLE. Hasil penelitian menyimpulkan: 1) Rumah tangga petani penyakap sebagai unit ekonomi terkecil yang memiliki sumber pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, baik dari dan untuk memenuhi kebutuhan usahatani maupun non usahatani. Meskipun nilai penerimaan yang diperoleh sangat sedikit, namun petani penyakap tetap melaksanakan usahatani padi dari musim ke musim. Kekurangan uang dalam rumah tangga diatasi dengan melakukan pinjaman ke para pelepas uang (rentenir) dan tengkulak. Sedikit sekali petani yang memanfaatkan jasa keuangan formal dalam mengatasi masalah ekonomi rumah tangga. Pola hidup konsumtif sering menyebabkan petani terjebak dalam lingkaran hutang, dan 2) Model ekonomi rumah tangga petani penyakap yang disusun mengandung 2 lingkar sebab akibat positif dan satu lingkar sebab akibat negatif. Lingkar sebab akibat positif terdapat pada struktur pinjaman usahatani dan struktur pinjaman non usahatani. Lingkar sebab akibat negatif terdapat pada struktur pengeluaran. Model ini menunjukkan bahwa uang dalam rumah tangga bertambah dengan adanya pemasukan dan berkurang dengan adanya pengeluaran. Variabel pemasukan merupakan akumulasi dari penghasilan bersih, pinjaman usahatani dan pinjaman non usahatani. Variabel pengeluaran ditentukan oleh total pengeluaran rumah tangga. Total pengelaran rumah tangga merupakan akumulasi dari: pengeluaran usahatani, pengeluaran non usahatani, pembayaran iyuran desa, biaya sosial, konsumsi rumah tangga, dan pembayaran hutang non usahatani


2021 ◽  
Vol 13 (4) ◽  
pp. 1737
Author(s):  
José M. Peiró ◽  
Vicente Martínez-Tur ◽  
Nanja Nagorny-Koring ◽  
Christoph Auch

System Innovation (SI) is a critical approach in driving individual and collective actions towards sustainable development (SD). This article presents the validation process of the Climate-KIC Professional Competence Framework (CF) for SI. This framework is based on principles of system thinking and the need for human capital to deal with challenges related to long-term sustainability. It comprises twenty competences grouped into five stages that describe contexts where professionals implement transformations: Exploring, Framing, Designing, Implementing and Strengthening. The stages are not linear or strictly sequential because overlapping and loops are frequent in transformational and disruptive changes. The CF fulfils several functions in the development of human and social capital: competences’ assessment, their development and training, and their certification to make them more interpretable in the labour market. The methodology for assessing professionals’ competences and the certification procedure are described. Overall, the CF aims to promote the development and visibility of human capital in a critical area for sustainability.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document