scholarly journals Bimbingan Pembuatan Soal Berorientasi HOTS Bagi Guru Peserta MGMP Matematika SMP Kabupaten Banjar

2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Karim Karim ◽  
Taufiq Hidayanto ◽  
Kamaliyah Kamaliyah ◽  
Maulana Fatiehurrizqie Arrasyid

Pembelajaran yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat dirancang guru untuk kegiatan proses pembelajaran atau dalam penyusunan soal evaluasi. Soal yang berorientasi pada HOTS diperlukan agar siswa terbiasa dan terlatih untuk menyelesaikan soal yang tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman, maupun penerapan konsep. Banyak penyuluhan atau pelatihan yang telah diperoleh guru dalam membuat soal matematika. Meskipun demikian, pelatihan yang secara spesifik untuk membuat soal matematika yang berorientasi HOTS sangat kurang bahkan belum pernah mereka ikuti. Oleh karena itu, perlu diadakan pelatihan untuk membuat soal matematika yang berorientasi HOTS. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) adalah membimbing guru matematika SMP dalam menyusun soal matematika yang berorientasi HOTS. Kegiatan yang dilaksanakan bekerjasama dengan MGMP Matematika Kabupaten Banjar. Jumlah peserta yang hadir pada saat kegiatan ada 46 orang. Secara ringkas, tahapan kegiatan meliputi menyiapkan materi sebagai bahan pembimbingan pembuatan soal berorientasi HOTS dan melaksanakan pembimbingan. Kegiatan PKM ini telah menghasilkan 50 buah soal matematika yang berorientasi HOTS. Kategori soal berdasarkan level HOTS, 39 buah (78%) termasuk soal analisis dan 11 buah (22%) termasuk soal evaluasi.The Learning that orienting to the Higher Order Thinking Skills (HOTS) can be designed by the teacher for the learning process activities or in the preparation of evaluation questions. HOTS-oriented problems are needed so that students are accustomed and trained to solve problems that are not only memorizing, understanding, and applying concepts. Teachers have obtained much training in making mathematical problems. However, the training specifically in making HOTS-oriented mathematics problems is lacking. Therefore, the training needs to be held to cause HOTS-oriented mathematics problems. The purpose of community service activities is to guide junior high school mathematics teachers in preparing HOTS-oriented mathematics problems. The activity has been carried out in collaboration with the Mathematics MGMP of the Banjar District. The number of participants who attended the activity was 46 people. In summary, the stages of activities include preparing material as guidance material for making HOTS-oriented problems and implementing mentoring. This community service activity has produced 50 HOTS-oriented mathematics problems. The problem categories are based on the HOTS level; 39 items (78%) included analysis problems, and 11 items (22%) included evaluation problems. 

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 65-70
Author(s):  
Ni Putu Meina Ayuningsih ◽  
Ni Made Dwijayani ◽  
Ketut Gus Oka Ciptahadi

Abstract: The low HOTS (Higher Order Thinking Skills) students based on the results of PISA 2015 in mathematics shows the characteristics of mathematics learning are still familiar with Lower Order Thinking Skills (LOTS) questions. Based on this, HOTS math problems need to be developed at the Vocational high school education level. The difficulty of the teacher in applying HOTS questions is due to the lack of information obtained by the teacher and the lack of sharing activities to compile HOTS questions. The purpose of this community service activity is to provide training for vocational mathematics teachers in making HOTS questions. This community service activity is in the form of training for Mathematics Teachers of Denpasar Development Vocational School and involving all teachers of mathematics subjects. The partner in this dedication activity named I Made Surya Mega Widiastha, S.Pd is one of the mathematics teachers at the Denpasar Development Vocational School. The implementation of community service activities is carried out through three stages, namely planning, implementation, and reflection. Based on the results of the questionnaire given to the partners and to the school, the results of the service have been able to run well.            Keywords: Dedication, Mathematics, Training, Hots  Abstrak: Rendahnya HOTS (Higher Order Thinking Skills) siswa berdasarkan hasil PISA 2015 dalam matematika  menunjukkan karakteristik pembelajaran matematika masih terbiasa dengan soal-soal Lower Order Thinking Skills (LOTS). Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan soal matematika HOTS di jenjang pendidikan sekolah menengah Kejuruan. Kesulitan guru dalam menerapkan soal-soal HOTS dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh guru serta minimnya kegiatan sharing untuk menyusun soal HOTS. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk memberikan pelatihan bagi guru matematika SMK dalam membuat soal-soal HOTS. Kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa pelatihan kepada guru matematika SMK Pembangunan Denpasar dan melibatkan semua guru mata pelajaran matematika. Mitra pada kegiatan pengabdian ini bernama I Made Surya Mega Widiastha, S.Pd merupakan salah satu guru matematika di SMK Pembangunan Denpasar. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, implementasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada pihak mitra maupun ke pihak sekolah diperoleh hasil pengabdian sudah dapat berjalan dengan baik. Kata kunci: Pengabdian, Matematika, Pelatihan, Hots


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Fridgo Tasman

The result of 2015 PISA (Program for International Students Assessment) test which placed Indonesia in the 65th position of 72 countries showed the importance to improve the level of students thinking ability. There are many ways to improve the students’ thinking. One way to do that is by giving the students drill to solve higher order thinking problems. However, this solution is difficult to implement because designing HOTS (Higher Order Thinking Skills) problem is difficult for the teachers. Therefore, 20 junior high school mathematics teaches ware selected in order to give them training and workshop to improve their ability to design higher order thinking skills using action research methods. Three stages ware implemented in this training and workshop. First, introduction to HOTS, Second, designing HOTS Problems, and third, trying out and evaluating the test result. Product of the workshop are 30 mathematical problems in certain topic in which 15 of them are HOTS problems. To measure the effectiveness of the training and workshop, the result of pre-test and posttest were compared. Based on the data analysis, there was an increase of the ability of mathematics junior high school teachers to design problems to assess the higher order thinking skills.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 15-19
Author(s):  
R. Ruslan ◽  
Iwan Setiawan HR ◽  
Alfiah Nurfadhilah AM. Hindi

Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal.  Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru Limpan menggambarkan berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi. Berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi  hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Dan dari uraian di atas maka pengabdi bermaksud untuk melakukan pengembangan dan pelatihan analisis butir soal yang ditujukan kepada Guru MGMP Kabupaten Bone. Analisis butir adalah proses menguji respon-respon siswa untuk masing-masing butir tes dalam upaya menjustifikasi kualitas item. Kualitas item, khususnya direpresentasi oleh tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas, dan khusus untuk tes pilihan ganda tidak kalah pentingnya adalah keefektifan pengecoh dan omit. Tujuan analisis butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang buruk. Dalam menghadapi masalah yang telah diuraikan, maka solusi yang ditawarkan adalah gabungan antara teori dan praktik. Teori yang diberikan mengenai teknik melakukan analisis butir soal berdaya nalar tinggi untuk soal pilihan ganda dan soal essay serta interpretasi hasil output dengan menggunakan software ITEMAN dan SPSS.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Ilmi Zajuli Ichsan ◽  
Diana Vivanti Sigit ◽  
Mieke Miarsyah

21st-century learning emphasizes several important abilities, one of which is the ability of Higher Order Thinking Skills (HOTS). This ability can be possessed by students by familiarizing students with HOTS-based questions. The purpose of this study was to develop HOTS-based questions on environmental learning based on green consumerism. The research method used is research and development using Borg and Gall Model. The study was conducted in November 2018 at State Junior High School 1 South Tambun. The validation results show that the assessment on green consumerism-based environmental learning developed has a very valid category according to the experts, and is valid and reliable after measurement. This is because the questions developed are relevant to the current environmental conditions. The results of HOTS male students 44.98 and female students 46.61. The average score of Male and Female 45.79 are still relatively low and need to be improved. The conclusion is that the questions developed have a valid, reliable and appropriate category of use in the process of learning science in junior high school.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document