scholarly journals PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) SECARA SUBKRONIK TERHADAP BOBOT JANTUNG DAN PARU TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 63-66
Author(s):  
Rezaldi Mahaputra Perdana ◽  
Muhammad Nur Amir ◽  
Sukamto Mamada

Kayu secang merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk terapi pengobatan, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui keamanan dari tanaman tersebut. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) secara subkronik terhadap bobot jantung dan paru tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek toksisitas ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) berdasarkan parameter bobot jantung dan paru-paru tikus putih jantan (Rattus norvegicus) setelah pemaparan subkronik selama 90 hari. Dua puluh ekor tikus putih dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 kontrol sehat, kelompok 2 NaCMC 1%, kelompok 3 ekstrak etanol kayu secang 400 mg/kg BB, dan kelompok 4 ekstrak etanol kayu secang 1000 mg/kg BB. Perlakuan dilakukan selama 90 hari dengan aturan pemberian 1 kali sehari. Efek toksisitas ditentukan melalui pengukuran bobot jantung dan paru-paru. Hasil yang diperoleh menunjukkan  bahwa pemberian ekstrak etanol kayu secang secara subkronik selama 90 hari tidak menyebabkan toksisitas berdasarkan data bobot jantung dan paru-paru tikus putih jantan yang diperoleh.

2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 119
Author(s):  
Ricky Eka Sucita ◽  
Iwan Sahrial Hamid ◽  
Faisal Fikri ◽  
Muhammad Thohawi Elziyad Purnama

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) secara topikal dapat mempercepat kepadatan kolagen pada penyembuhan luka insisi tikus putih (Rattus norvegicus). Sebanyak 20 ekor tikus jantan dibagi secara acak menjadi lima kelompok, yakni: kontrol negatif (K-) yang diberi basis salep, kontrol positif (K+) yang diberi salep povidone iodine 10%, kelompok perlakuan (P1; P2; P3) yang diberi salep ekstrak kayu secang 6.5%; 15%; 30%. Perlakuan diberikan pada daerah luka secara topikal sekali sehari selama 14 hari. Data hasil skoring histopatologi diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Kepadatan kolagen luka insisi kelompok P1 berbeda signifikan dengan kelompok P2, P3, K-, dan K+, dan tidak ada kelompok yang berbeda secara signifikan selain itu. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan rata-rata kepadatan kolagen pada kelompok P1 adalah dosis optimal.


2018 ◽  
Author(s):  
Ratu Safitri ◽  
Ani Melani Maskoen ◽  
Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno ◽  
Mohammad Ghozali ◽  
Ramdan Panigoro

2015 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 103-113
Author(s):  
Safriani Rahman ◽  
Rachmat Kosman ◽  
Ika Indra Wijaya

2017 ◽  
Vol 3 (6) ◽  
pp. 497
Author(s):  
Ratu Safitri ◽  
Lelani Reniarti ◽  
Madihah Madihah ◽  
Lila Delia ◽  
Mas Rizky A.A Syamsunarno ◽  
...  

This research was carried out to detect the effect of Sappan Wood Extract (Caesalpinia sappan), Wheat grass and Vitamin E Treatment on the liver structure of iron overload rat (Rattus norvegicus).The method of experimental used Completely Random Design (CRD in triple repetition. The treatment had been carried out orally. Iron dextran with total dose of 1.5 g kg-1 of body were given to rat on the first, fourth, seventh, ten and thirteenth day. Sappan Wood Extract (Caesalpinia sappan)200 mg kg-1 bw, 400 mg kg-1 bw, Wheat grass extract 100 mg kg-1 bw and Vitamin E 60 mg kg-1 bw were given to rat everyday for 15 days. At the seventeenth, rat were killed and their liver were taken. The observed parameters are morphological abnormality including the colour, the contour, ratio between liver weight and body weight as well as histological destruction. The result showed iron dextran treatment was proved the abnormality on morphological and histological desruction. Futhermore, Sappan Wood Extract (Caesalpinia sappan), Wheat grass and Vitamin E Treatment can decrease the morphological abnormality and the liver histological destructionon of iron overload rat. Keywords: Sappan Wood Extract, Wheat grass, Vitamin E, Iron, Morphological abnormality, Histological destruction


2015 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 103-113
Author(s):  
Safriani Rahman ◽  
Rachmat Kosman ◽  
Ika Indra Wijaya

2020 ◽  
Vol 134 (1) ◽  
pp. 3-10 ◽  
Author(s):  
Alexandre Celma-Miralles ◽  
Juan M. Toro

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Bara Pawana Satya Nagara

ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan obat-obatan yang mudah didapat seperti parasetamol, dimana parasetamol dijual secara bebas akan menyebabkan penyalahgunaannya menjadi lebih besar.Penyalahgunaan ini berakibat timbulnya efek samping  seperti efek hepatotoksik yang menimbulkan kerusakan pada sel-sel hati. Pengendalian efek hepatotoksi didalam tubuh dapat dibantu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan. .Ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) memiliki kandungan antioksidan seperti flavanoid yang diyakini dapat menurunkan aktivitas SGPT dan mengurangi efek toksisitas hepar oleh parasetmol. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) terhadap penurunan aktivitas SGPT  tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol. Metode: Merupakan post-test only control group mengunakan hewan coba tikus putih jantan galur Wistar yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (-), kelompok kontrol (+), kelompok perlakuan yang mendapat terapi ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) 500 mg/Kg BB Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) dosis 500 mg/kg/BB/hari pada tikus tidak menurunkan secara bermakna aktivitas SGPT pada kelompok tikus yang diberi parasetamol dosis tinggi ( p=0,401 α=0,05) Kesimpulan: Parasetamol dosis tinggi meningkatkan secara bermakna aktivitas SGPT tikus putih (Rattus norveicus) galur Wistar. Pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) pada aktivitas SGPT tikus putih (Rattus norveicus) galur Wistar menurunkan  secara tidak bermakna. Kata kunci : Artocarpus camansi, Parasetamol, SGPT


Author(s):  
Ni Made Ridla Parwata

Overtraining syndrome is a decrease in physical capacity, emotions and immunity due to training that is too often without adequate periods of rest. Overtraining is often experienced by athletes who daily undergo heavy training with short break periods. This research aims to look at the effect of overtraining aerobic physical exercise on memory in mice. The research method was experimental in vivo with the subject of adult male rat (Rattus Norvegicus) Winstar strain aged 8-10 weeks, body weight 200-250 gr. Divided into three groups, namely the control group, aerobic group and overtraining group. The results of memory tests with water E Maze showed an increase in the duration of travel time and the number of animal errors made by the overtraining group (p = 0.003). This study concludes that overtraining aerobic physical exercise can reduce memory in rat hippocampus.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document