scholarly journals Mengatasi Anak Tantrum Dengan Media Melukis Pada Masa Pandemi

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 177-190
Author(s):  
Siti Aisyah ◽  
Anita Afrianingsih
Keyword(s):  

Temper trantum merupakan suatu bentuk luapan emosi yang tidak terkontrol pada anak. Masih Banyak di Indonesia orangtua belum  mengenal istilah ini, namun sangat akrab dengan perilaku yang ditunjukkan anak saat mengalami temper tantrum seperti menangis keras-keras, berteriak, menjerit, memukul, menggigit, mencubit, menendang, serta melempar badan ke lantai. Covid-19 telah resmi menjadi pandemi di Dunia. Sejak di tetapkannya pandemi ini banyak sekali aktivitas yang berubah mulai dari pekerjaan,  sekolah bahkan kehidupan sehari-hari pun berubah. Kegiatan yang dilakukan di rumah saja berdampak cukup besar kepada siswa, diantaranya adalah mereka harus belajar dari rumah. Belajar dari rumah secara Daring membuat siswa harus beradaptasi secara ekstrim perubahan gaya belajar mereka. Hal ini menimbulkan kecemasan pada siswa, karena mereka tidak bisa bersosialiasai dan bermain bersama teman seperti biasa, berkurangnya bimbingan dari guru, orang tua yang kurang mampu memberikan bimbingan belajar, membuat siswa panik karena takut tidak dapat pencapai target belajar mereka sebelumnya. Anak usia dini merupakan anak yang baru belajar mengenal dirinya sendiri, termasuk sosial emosionalnya. Pada masa ini pula anak-anak baru mengenal perasaan senang, sedih, marah, kecewa dan sebagainya.  anak usia dini masih belum mampu mengelola dan mengekspresikan emosinya secara wajar. Konselor dalam sesi konseling harus memiliki berbagai cara keterampilan untuk membantu mengungkap permasalahan ataupun keinginan konseli, salah satu cara mengungkap permasalahan konseli dapat dilakukan menggunakan lukisan. Lukisan sangat tepat untuk mengepresikan berbagai hal yang sulit diungkapkan konseli secara verbal maupun tulisan Konseling yang baik adalah dengan seni, karena lebih selaras dengan humaniora dibandingkan dengan ilmu pengetahuan (Hansen, 2012). Pendekatan penelitian ini menggunakan metode Observasi dan tindakan orang tua. Pada penelitian ini subyek menangis karena tidak ingin mengerjakan PR BDRnya daningin bermain dengan memandikan ayamnya, akan tetapi orangtuanya mencegahnya sehingga ia menangis dan melempar-lempar barang yang ada di sekitarnya. Dalam penelitian ini konseling memberikan terapi Melukis Pada subyek dan subyek merespon dengan baik.

2019 ◽  
Vol 10 (8) ◽  
pp. 2798
Author(s):  
Yunita Fauziah ◽  
Ferry Efendi ◽  
Ika Nur Pratiwi ◽  
Gading Ekapuja Aurizki
Keyword(s):  

Author(s):  
David Ari Setyawan

<p class="061IsiAbstrakIndoneia">THE ROLE OF COUNSELOR IN DEALING WITH TEMPER TANTRUM BEHAVIOR. Children aged 4-7 years is a time to get acquainted and learn to deal with disappointment when their desire cannot be fulfilled. Disappointment, anger, sadness, and so on is a natural feeling. However, often, parents unwittingly 'clog up' the emotions felt by the children. For example, when a child cries out in disappointment, parents in various ways try to entertain, distract, scold, and so on in order to stop the child's crying. This actually makes the children's emotions do not come out freely. If this continues, the result will be what is called the emotional pile. This pile of emotions can later explode out of control and appear as temper tantrum. Bursting anger with dangerous actions and causing injury is one form of tantrum so that children get what they want. The realization of the children’s tantrum that can pose a risk of injury can be either dropping to the floor, hitting the head, or throwing things. These are considered as the first stage of temper tantrum when the children are able to express their frustration. If temper tantrums have already appeared in the form of harmful behaviors and have the potential to cause damage, then intervention must be done immediately. The bigger the child, the more powerful the energy is and the more difficult it will be for parents to control or prevent uncontrolled behavior.</p><p class="07KatakunciKeywords"><strong>Keywords</strong>: The role of counselor, Temper Tantrum.</p>


Imaji ◽  
2016 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
Author(s):  
Perdinan Nababan
Keyword(s):  

  Penelitian ini dilakukan untulk mengkaji efektivitas perlakuan  pengaruh bertujuan untuk mengurangi perilaku meltdown/temper tantrum,pada remaja autis dengan memberikan perlakuan bernyanyi melalui desain eksperimen subjek tunggal ABA.   Pada penelitian ini menggunakan teori  copingdalam strategi  emotion-focused coping, dimana perlakuan bernyanyi dijadikan media bagi penyandang autis untuk pengalihan emosi negatif menjadi positif sehingga perilaku  meltdown/temper tantrum menjadi berkurang.   Subjek penelitian seorang remaja perempuan penyandang autis yang berusia 16 tahun memiliki perilaku  meltdown/temper tantrumyang khas. Penelitian  ini dilakukan selama 30 kali pertemuan dengan perincian untuk  baselinesebanyak 10 kali, treatmentsebanyak 10 kali, mengulangbaselinesebanyak 10 kali. Subjek diberikan perlakuan bernyanyi selama 120 menit selama 10 kali pertemuan.   Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan perilaku  meltdown/temper tantrum  setelah diberikan perlakuan bernyanyi selama 10 kali pertemuan. pada fasebaseline1-10,sebesar 288 kemunculan perilaku, fasetreatment  1-10,kemunculan perilakusebesar 68 kemunculan perilaku, fase  mengulang baseline1-10,sebesar 105. Hal ini menunjukkan bahwa  treatment  yang berupa perlakuan bernyanyi dapat digunakan untuk mengurangi perilaku meltdown/temper tantrum.


2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Al Khudri Sembiring ◽  
Heleni Filtri ◽  
Sean Marta Efastri
Keyword(s):  

Persepsi orang tua terhadap kemampuan seseorang dalam melihat, menanggapirealitas nyata lebih di tekankan pada kemampuan seseorang dalam mengamati,menaggapi, suatu objek dan fenomena. Dalam hal ini persepsi yang dimaksudkanadalah persepsi orang tua terhadap temper tantrum sangat tinggi. Temper tantrumadalah perilaku destruktif buruk dalam bentuk luapan yang bisa bersifat fisik(memukul, menggigit, mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak,merengek) atau terus menerus merajuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui bentuk-bentuk perilaku pada anak Temper Tantrum dan untukmengetahui pola asuh yang tepat pada anak Temper Tantrum. Penelitian inimenggunakan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2016 di TK Khalifa Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Sampelpenelitian ini adalah orangtua yang menyekolahkan anaknya di TK KhalifaKecamatan Rumbai. Observasi, angket, dan wawancara merupakan instrumendalam penelitian ini. Data diolah secara kualitatif dan dianalisis secara deskriptif.Berdasarkan data yang ditemukan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagaiberikut: pertama, persepsi orang tua terhadap kemampuan seseorang dalammelihat, menanggapi realitas nyata. Kedua, temper tantrum adalah perilakudestruktif buruk dalam bentuk luapan yang bisa bersifat fisik (memukul,menggigit, mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak, merengek) atauterus menerus merajuk disebabkan faktor fisiologis, yaitu lelah, lapar atau sakit;faktor psikologis, antara lain anak mengalami kegagalan, dan orangtua yangterlalu menuntut anak sesuai harapan orangtua; faktor orangtua, yakni pola asuh;faktor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan luar rumah. Ketiga,ada perbedaan antara pola asuh demokratis dengan temper tantrum pada anakpra sekolah.


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Eny Qurniyawati ◽  
Riska Ratnawati

Background: Child development includes physical, psychological and social aspects. The imbalance stimulation provided by parents could develop temper tantrum of child as a form of emotional explosion. The influence factors of tantrum among children are early weaning, improper toilet training, and the way of parenting in tantrum. This study aims to examine factors influence on temper tantrum among pre-school children.     Method: This is descriptive analytical study with case control design. The number of case sample which selected from mothers who have tantrum pre-school child was 42 mothers and 42 control sample were also selected from mothers who have no tantrum child.  Data were analyzed by univariate, bivariate (Chi-Square) and multivariate using logistic regression to examine the most influenced factors.Results: The study shows that early weaning, toilet training and parenting method were significantly influence on temper tantrum of pre-school children. The most influential variable was the parenting method with OR 9,09 and p-value 0,021.  It means negative parenting method 9 times higher influence on tantrum temper behavior among children compared to positive parenting method.  It is suggested that parenting method should emphasize more in educative and discipline including responsibility aspects.    


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document